Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

BERPUASA AGAR BERTAKWA

💡🗒️  Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Puasa ialah sebab ketakwaan apabila kewajiban puasanya dijalankan sepenuhnya. Allah ta‘ala berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183) Orang yang berpuasa diperintahkan untuk bertakwa; yaitu menjalankan segala yang Allah perintahkan dan menjauhi semua larangan-Nya, inilah tujuan terbesar puasa. Puasa tidak dimaksudkan untuk menyusahkan orang yang menjalaninya dengan tidak makan, minum, atau menjauhi hubungan biologis saja.” (Fushul fish Shiyam) ———————————————————————— Diwajibkan berpuasa agar kita bertakwa; yakni supaya lebih mampu menjauhi maksiat dan dosa. Sebab puasa menghancurkan syahwat dan melemahkan keinginan maksiat. Fathul Qadir, 1/159. Kata al-Baidhawi rahimahullah, لَيْسَ الم

Waspadalah terhadap gajah di bulan Ramadhan❗️

Anda mungkin kaget dengan judulnya, tapi rasa heran itu akan hilang saat Anda membaca 👇.. Imam Malik duduk di Masjid Nabawi, seperti biasa, meriwayatkan hadits Rasulullah, semoga sholawat dan salam Allah tercurah atasnya Maka semua murid bergegas melihat gajah itu dan meninggalkan Malik..kecuali Yahya bin Yahya Al-Laithi.. Imam Malik berkata kepadanya: Mengapa Anda tidak pergi keluar dengan mereka? Pernahkah Anda melihat gajah sebelumnya? Yahya berkata: Aku datang ke Madinah untuk melihat Malik, bukan untuk melihat gajah. Al-Dhahabi menyebutkannya dalam “Siyar” dan “Al-Tarikh” (biografi Yahya Al-Laithi) dan Al-Shirazi dalam “Tabaqat Al-Fuqaha” (hal. 152-153). Jika kita merenungkan cerita ini.. kita akan menemukan bahwa hanya satu dari mereka yang tahu mengapa dia datang? Dan apa tujuannya? Jadi dia tidak terganggu.. dan dia tidak menyia-nyiakan energinya ke kanan dan ke kiri.. sedangkan yang lain, mereka keluar untuk menonton.. jadi lihatlah perbedaan besar di antara mereka. Riwayat I

Al-An'am 151-153

📚 كِتَابُ التَّوْحِيدِ 📚 Kitab Tauhid 🔖 dalil dari atsar sahabat قُالْ ابْنُ مَسْعُوْدِ رَضِيَ اللّٰه عَنْهُ: مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى وَصِيَّةِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم، الَّتِيْ عَلَيْهَا خَاتَمُهُ فَلْيَقْرَأْ  قَوْلَهُ تَعَالَى:  { قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَاحَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُم ْ}. إِلَى قَوْلِهِ تَعَالَى: { وَأَنَّ هٰذَا صِرَطِى مُسْتَقِيمًا } الْآيَةَ Ibnu Mas'ûd رضي الله عنه berkata, "Siapa saja yang ingin melihat wasiat Rasulullah صلى الله عليه وسلم, yang stempel beliau tertera di atas (wasiat) itu, hendaknya ia membaca firman (Allah) Ta'âlâ, ' Katakanlah (Muhammad), 'Kemarilah kalian. Saya membacakan hal-hal yang Rabb kalian haramkan terhadap kalian,',' hingga firman (Allah) Ta'âlâ, 'Dan sungguh (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus.'." [3,4] (Al-An'am: 151-153) ~~~~~~🍃🍃🍃 ~~~~~~ [Biografi]         Ibnu Mas'ûd adalah Abdullah bin Mas'ûd bin Ghâfil bin Habîb Al-Hudzaly, seorang

Allah Menjaga Orang yang Waraʼ

⛵🌱 Serial Hadits Kitabul Jamiʼ | Bab Zuhud dan Waraʼ (BAG. 6) ✅ Hadits 5 | Allah Menjaga Orang yang Waraʼ وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ ﷺ يَوْمًا، فَقَالَ: يَا غُلَامُ! احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ، وَإِذَا اِسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ. رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ، وَقَالَ: حَسَنٌ صَحِيحٌ. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma , beliau berkata: Pada suatu hari, aku pernah diboncengkan di belakang Nabi ﷺ, dan beliau bersabda, “Nak! Jagalah (agama) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah (agama) Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Apabila meminta, mintalah kepada Allah; dan apabila meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.” H.R. At-Tirmidzi [2516]; beliau berkata, “Hadits ini hasan shahih.” ———————————————————————— Telah lewat pengertian waraʼ, yaitu menjaga diri dari yang haram. Kadang, terbuka kesempatan meraih sebuah keuntungan, tapi ia takut itu haram,
قال بعض السلف: أهونُ الصيام: تركُ الطعام والشراب. وقال جابرٌ: إذا صُمت فليصم سمعُك وبصرُك ولسانُك عن الكذب والمحارم، ودع أذى الجار، وليكن عليك وقارٌ وسكينةٌ، ولا تجعل يوم صومك ويوم فطرك سواء. 📖 ابن رجب | لطائف المعارف (364) Sebagian salaf berkata: "Yang paling ringan dari puasa adalah menahan diri dari makan dan minum." Jabir berkata: "Kalau kamu berpuasa, maka puasakanlah pendengaran, penglihatan, juga lisanmu dari dusta dan hal-hal yang diharamkan, jangan lagi mengusik tetangga, jagalah kewibawaan dan ketenangan dirimu, jangan sampai hari tidak puasa dan hari puasamu sama saja! t.me/nasehat2ulama

Shalat Khusus pada Malam Nishfu Sya'ban

Al-Hafizh Al-'Iraqi berkata : حديث صلاة ليلة نصف شعبان حديث باطل "Hadits shalat malam nishfu Sya'ban adalah hadits yang batil" (Al-Mughni 'an hamlil Asfar, takhjrij ahadits Ihya Ulumiddin, 1/157) Imam Nawawi berkata : الصلاة المعروفة بصلاة الرغائب، وهي اثنتا عشرة ركعة بين المغرب والعشاء، ليلة أول جمعة من رجب، وصلاة ليلة النصف من شعبان مائة ركعة، هاتان الصلاتان بدعتان منكرتان، ولا يغتر بذكرهما في كتاب: (قوت القلوب)، و(إحياء علوم الدين)، ولا بالحديث المذكور فيهما، فإن كل ذلك باطل، ولا يغتر ببعض من اشتبه عليه حكمهما من الأئمة فصنف ورقات في استحبابهما، فإنه غالط في ذلك "Shalat yang dikenal dengan shalat ragaib, yaitu 12 rokaat antara maghrib dan isya pada malam jum'at pertama bulan Rajab, shalat malam nishfu/pertengahan dari Sya'ban 100 rokaat, dua shalat ini adalah BID'AH yang MUNKAR. Jangan tertipu dengan disebutkannya keduanya dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya Ulumuddin, dan juga jangan tertipu dengan hadits yang disebutkan tentang keduanya, karena

Menerima kebaikan

Bismillaah... Menerima kebaikan adalah menyimak, memahami, dan melaksanakan ajakan kebaikan hingga menjadi perbuatan. Setiap ilmu tentang kebaikan yang kita terima bukan sekedar menjadi pengetahuan melainkan harus menjadi amal, sehingga langkah dan kegiatan mencari ilmu tidak sia sia. Betul, bahwa mencari ilmu berpahala dengan sendirinya, tapi akan semakin berlipat pahalanya ketika ilmu yang diterima berbuah amal. Menerima kebaikan tidak harus memasalahkan sudah atau belum baik penyampainya. Kita hanya bertanggung jawab menerima kebaikan bukan mengetahui duduk perkara orang yang menyampaikannya. Baik dan tidak baik penyampai jadi tanggung jawab penyampai, sehingga yang terbebani untuk mengetahui baik buruk perilakunya hanyalah penyampai. Oleh sebab itu, jangan sampai mengabaikan ajakan kesalehan yang disampaikan oleh orang yang menurut penilaian kita bukan orang sholih. Kita tidak harus mencibir ajakan bersedekah hanya gara gara orang yang mengajaknya bukan orang yang rajin bersedekah.