GMT 2016: Lab Fisika Raksasa
Posted on 24 Februari 2016 by pakarfisika
GMT-Indonesia-2016
GMT-Indonesia-2016
Momen gerhana matahari total (GMT) kembali akan menyambangi sebagian wilayah Indonesia pada 9 Maret mendatang. Fenomena alam ini pernah muncul sekitar 33 tahun yang lalu. Menyikapi kejadian langka ini, pemerintah diharapkan tidak melarang masyarakat melihat matahari seperti pada 1983.
Jika hal itu dilakukan kembali, maka perlu waktu paling cepat 40 hingga 350 lagi untuk dapat menikmati GMT menghampiri Indonesia. Sejarah GMT yang menghampiri Indonesia selalu disertai dengan bukti kebuntuan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu astronomi. Bagaimana tidak?
Saat 1983 terjadi peristiwa GMT, presiden melarang masyarakatnya untuk keluar rumah dan menatap langsung sang surya dengan alasan akan menyebabkan kebutaan. Padahal sesungguhnya jika mata telanjang menatap momen istimewa tersebut, tidak akan berdampak buruk. Kecuali jika radiasi sinar matahari pascagerhana tertangkap langsung oleh mata manusia.
”Pemerintah saat itu memberikan penjelasan yang salah,” kata A. R. Sugeng Riyadi, ketua umum Asosiasi Maestro Astronomi dan Ilmu Falak Indonesia Merdeka (ASTROFISIKA) kepada Jawa Pos Radar Solo, kemarin (20/2). Di era keterbukaan ilmu pengetahuan saat ini, pemerintah diharapkan lebih terbuka menyikapi perkembangan informasi dan teknologi yang berkembang, khususnya dalam bidang astronomi.
Sebagaimana sebuah peristiwa sakral, GMT 2016 seharusnya menjadi ajang pesta rakyat bagi pecinta astronomi. Itu dilakukan untuk menunjukkan kebenaran pengetahuan tentang proses gerhana matahari. ”Seharusnya seluruh pelajar dikumpulkan di tanah lapang untuk menjadi saksi hidup, sekaligus membuktikan apa yang selama ini dipelajari di buku,”; papar dia.
Proses GMT, selain hanya dipandang sekadar fenomena alam, juga harus dimaknai sebagai proses edukasi secara langsung kepada masyarakat. Lantaran sebagai sarana edukasi, maka pemerintah juga harus menyediakan perlengkapan pendukung, seperti penyiapan teleskop, kaca mata matahari, serta sosialisasi secara masif. Jika itu tidak dilakukan, maka Indonesia sebagai negara yang dilalui proses GMT akan mengalami degradasi pengetahuan yang jauh tertinggal.
”Orang-orang ahli astronomi dari berbagai penjuru dunia nanti akan berkumpul di Indonesia. Apakah masyarakat Indonesia sebagai tuan rumah ini hanya diam saja?,” katanya. Fenomena GMT dapat disaksikan secara utuh di Palembang, Bangka, Belitung, Palangkaraya, Balikpapan, Sampit, Luwuk, Ternate, Tidore, Palu, Poso, dan Halmahera. Bagaimana dengan Kota Solo?
Kota Bengawan masih bisa merasakan gerhana matahari sebagian. Dari langit Solo, diperkirakan 80 persen matahari pada 9 Maret nanti akan tertutup bulan. Sehingga meski tidak seutuhnya gelap, masyarakat dapat memantau proses ketika bumi, bulan, dan matahari berada sejajar.
Puncak gerhana sendiri terjadi dalam waktu singkat, yakni sekitar dua menit. Namun rangkaian proses terjadinya gerhana dapat disaksikan lebih lama. Dia menyebutkan sejak pukul 06.20, proses tersebut sudah mulai diamati hingga pukul 07.24, di mana puncak gerhana terjadi. Sedangkan selesainya tahapan gerhana diperkirakan pada pukul 08.36. ”Posisi matahari nanti di sisi timur utara belahan bumi,” paparnya.
Tidak hanya Kota Solo, enam kabupaten eks Karesidenan Surakarta pada 9 Maret nanti juga dapat merasakan hal yang sama. Sehingga sebagai masyarakat yang menjadikan pendidikan sebagai dasar utama kehidupan, disarankan agar pemkot dan pemkab, khususnya dinas pendidikan untuk mengerahkan seluruh siswanya berada di kawasan terbuka.
Dengan harapan mereka agar dapat melihat secara langsung proses gerhana. Hal itu dapat dijadikan sebagai laboratorium besar pengetahuan fisika dunia. ”Kalau di Solo bisa ke alun-alun atau yang punya halaman luas cukup ke halaman,” kata dia.
Dia berharap dengan adanya GMT ini dapat dijadikan sebagai langkah awal kemajuan pengetahuan masyarakat, khususnya bidang astronomi. Selain itu juga dapat dijadikan penebus dosa sejarah pengetahuan lantaran pengetahuan yang minim. ”GMT ini dijadikan sebagai fakta empiris yang akan tercatat dalam tinta pengetahuan dunia,” tandasnya.
===
RadarSolo
Ahad, 21 Feb 2016 hlm. 7 .

*jangan lupa shalat gerhana 9 maret 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA