Perkara hari kiamat dan tanda-tandanya adalah ghaib

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻋِﻠْﻢُ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔِ ﻭَﻳُﻨَﺰِّﻝُ ﺍﻟْﻐَﻴْﺚَ ﻭَﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺣَﺎﻡِ ۖ ﻭَﻣَﺎ ﺗَﺪْﺭِﻱ ﻧَﻔْﺲٌ ﻣَﺎﺫَﺍ ﺗَﻜْﺴِﺐُ ﻏَﺪًﺍ ۖ ﻭَﻣَﺎ ﺗَﺪْﺭِﻱ ﻧَﻔْﺲٌ ﺑِﺄَﻱِّ ﺃَﺭْﺽٍ ﺗَﻤُﻮﺕُ ۚ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋَﻠِﻴﻢٌ ﺧَﺒِﻴﺮٌ
Arab-Latin: Innallāha 'indahụ 'ilmus-sā'ah, wa yunazzilul-gaīṡ, wa ya'lamu mā fil-ar-ḥām, wa mā tadrī nafsum māżā taksibu gadā, wa mā tadrī nafsum bi`ayyi arḍin tamụt, innallāha 'alīmun khabīr

Terjemah Arti: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Tafsir: An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Telah jelas, bahwa ilmu Allah meliputi yang gaib dan yang tampak, yang zahir (tampak) maupun yang batin (terrsembunyi). Kelima perkara yang disebutkan dalam ayat di atas adalah perkara gaib yang disembunyikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, sehingga tidak diketahui oleh nabi, malaikat yang dekat maupun manusia.
Yakni kapan terjadinya.
Dia sendiri yang menurunkannya, dan mengetahui kapan turunnya.
Dia yang menciptakannya, dan Dia yang mengetahui hal yang terjadi padanya, apakah nantinya dia akan menjadi orang yang berbahagia atau sengsara, dst. Jika ada yang berkata, “Bukankah dengan alat canggih sudah dapat diketahui keadaan janin, apakah ia laki-laki atau perempuan?” Maka jawabnya adalah, bahwa ayat tersebut menggunakan lafaz “maa” (apa), bukan “man” (siapa) yang menunjukkan laki-laki atau perempuan, maka perhatikanlah.
Maksudnya, manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka diwajibkan berusaha.
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan secara khusus lima perkara gaib, maka Dia mengumumkan pengetahuan-Nya, bahwa pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.
Dia mengenal yang tersembunyi sebagaimana Dia mengenal yang zahir (tampak). Di antara hikmah-Nya yang sempurna adalah Dia menyembunyikan kelima perkara ini karena dalam menyembunyikannya terdapat maslahat sebagaimana telah diketahui dengan jelas bagi orang yang memikirkannya.

Apa yang disebutkan oleh ayat ini merupakan kunci-kunci kegaiban yang hanya Allah sendirilah yang mengetahuinya. Maka tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali setelah ia diberi tahu oleh Allah Swt. tentangnya. Pengetahuan mengenai saat hari kiamat tiada seorang pun dari kalangan nabi yang diutus atau malaikat yang terdekat mengetahuinya.
} ﻟَﺎ ﻳُﺠَﻠِّﻴﻬَﺎ ﻟِﻮَﻗْﺘِﻬَﺎ ﺇِﻻ ﻫُﻮَ {
tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Al-A'raf: 187)

} ﻭَﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻣَﻔَﺎﺗِﺢُ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐِ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻬَﺎ ﺇِﻻ ﻫُﻮَ {
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59)

Jika seorang muslim mengetahui dan mengamalkan kaidah ayat-ayat ini, maka ia tidak akan mencari-cari ta'wil atau meramal-ramal kejadian2 dengan hadits2 tentang tanda-tanda hari kiamat.

Bila saja meramalkan hari kiamat sudah tercela, apalagi tanda-tandanya. Wal 'iyaadzu billah sebagian dari ustadz2 kita mereka2, menyandarkan pada hadits2 dhaif dan meramalkan tentang Ad Dukhan, Imam Mahdi, Dajjal dan yang lainnnya.

Padahal semua ini adalah perkara ghaib yang mutasyabihat.

Karena itu, hendaknya seorang muslim menjaga akal dan lisannya. Karena boleh jadi kita tidak mengetahui hikmah-hikmah tersebut tetapi sungguh banyak pelajaran yang bisa kita petik.

ﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻣِﻨْﻪُ ﺁﻳَﺎﺕٌ ﻣُﺤْﻜَﻤَﺎﺕٌ ﻫُﻦَّ ﺃُﻡُّ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻭَﺃُﺧَﺮُ ﻣُﺘَﺸَﺎﺑِﻬَﺎﺕٌ ۖ ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻓِﻲ ﻗُﻠُﻮﺑِﻬِﻢْ ﺯَﻳْﻎٌ ﻓَﻴَﺘَّﺒِﻌُﻮﻥَ ﻣَﺎ ﺗَﺸَﺎﺑَﻪَ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﺑْﺘِﻐَﺎﺀَ ﺍﻟْﻔِﺘْﻨَﺔِ ﻭَﺍﺑْﺘِﻐَﺎﺀَ ﺗَﺄْﻭِﻳﻠِﻪِ ۗ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺗَﺄْﻭِﻳﻠَﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ۗ ﻭَﺍﻟﺮَّﺍﺳِﺨُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺁﻣَﻨَّﺎ ﺑِﻪِ ﻛُﻞٌّ ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِ ﺭَﺑِّﻨَﺎ ۗ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺬَّﻛَّﺮُ ﺇِﻟَّﺎ ﺃُﻭﻟُﻮ ﺍﻟْﺄَﻟْﺒَﺎﺏِ

Terjemah Arti: Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.

Di dalam Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir, Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar (mudarris tafsir Universitas Islam Madinah) berkata;

Tidaklah yang aku takuti atas ummat ini dari seorang mukmin yang dijauhkan dari imannya, dan dari seorang fasiq yang jelas kefasikannya, tetapi yang aku takuti atas ummat ini adalah seseorang ketika membaca al-qur'an dengan lisannya, kemudian dia mentakwil isinya dengan takwil yang tidak benar!

Sedangkan tafsir Li Yaddabbaru Ayatih (Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim)

Dijelaskan;
Allah adalah Dzat yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu wahai nabi Muhammad. Di antaranya ada ayat-ayat muhkamat, yaitu ayat yang hanya memiliki satu sudut pandang penafsiran seperti ayat {Wa laa Taqrabuz zinaa} [surah Al-Isra’ 17/32] ayat-ayat tersebut merupakan sumber dalam Al-Qur’an yang digunakan sebagai pedoman. Di antaranya juga ada ayat mutasyabihat, yaitu ayat-ayat yang mengandung banyak makna seperti ayat {Ar-Rahman ‘alal ‘arsyistawa} [surah Thaha 20/5] dan ayat {Yadullahi fauqa aidiihim} [Surah Al-fath 48/10], juga janji tentang terjadinya kiamat, hakikat ruh dan lain-lain. Adapun orang-orang yang di dalam hatinya itu berpaling dari yang haq menuju yang bathil, maka mereka lebih terikat dengan ayat mutasyabihah, mereka menafsirkannya dengan cara yang membingungkan dengan maksud untuk memfitnah manusia tentang agama yang benar dan menta’wilkannya sesauai tujuan mereka. Tidak ada yang mengetahui tafsir dan hakikat ayat mutasyabihah kecuali Allah. Orang yang mahir dalam keilmuan berkata: “Kami beriman kepada seluruhnya, bahwa setiap ayat muhkamat dan mutasyabihat itu dari sisi Tuhan Kami,” Ayat-ayat itu tidak saling tumpang tindih, sehingga ayat-ayat sifat menolak ayat-ayat tentang kesucian yang mutlak, begitu juga ayat-ayat tentang penggambaran tentang Isa dengan diberi kalimat dan ruh yang bertentangan dengan ayat-ayat tauhid yang sudah mutlak. Dan tidak ada yang mengambil pelajaran dari ayat-ayat ini kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat.

Orang-orang yang berpenyakit hati karena niatnya yang buruk berusaha mencari ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan syubhat di tengah manusia agar dapat menyesatkan mereka, di samping itu, mereka menta'wil ayat-ayat mutasyabihat untuk menguatkan pemahaman mereka yang batil.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah membacakan ayat di atas, Dan bersabda,
ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻳَﺘَّﺒِﻌُﻮْﻥَ ﻣَﺎ ﺗَﺸَﺎﺑَﻪَ ﻣِﻨْﻪُ ﻓَﺄﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺳَﻤَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﺎﺣْﺬَﺭُﻭْﻫًﻢْ
"Apabila kalian melihat orang-orang yang mencari ayat-ayat mutasyabihat, mereka itulah orang-orang yang disebut Allah, maka berhati-hatilah."
Jumhur (mayoritas) mufassir mewaqfkan (memberhentikan) sampai ayat ini, namun yang lain menyambung dengan kata-kata "wa raasikhuun…dst." Kedua-duanya masih mengandung kemungkinan benar, jika maksud "ta'wil" di sini adalah mengetahui hakikatnya, maka yang benar adalah waqf sampai "illallah", karena yang mengetahui hakikatnya adalah Allah saja. Misalnya hakikat sifat Allah, hakikat sifat-sifat yang terjadi pada hari akhir dsb. Hal ini, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah, tidak boleh bagi seseorang memberanikan diri mengkaifiyatkannya.

Oleh karena itu, Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang firman Alllah "Ar Rahmaanu 'alal 'arsyis tawaa" (Allah berIstiwa di atas 'Arsy) bagaimana Istiwa?"

Maka ia menjawab, "Istiwa Allah adalah kata yang sudah diketahui, bagaimananya adalah majhul (tidak diketahui), mengimaninya wajib dan menanyakannya bid'ah." Demikianlah yang harus dikatakan dalam ayat-ayat sifat, yakni bahwa sifat tersebut diketahui, namun kaifiyatnya majhul. Orang-orang yang ilmunya mendalam, mengimaninya dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah.
Adapun jika arti "ta'wil" di ayat ini adalah tafsir, penjelasan lebih dalam, maka yang benar adalah menyambung kata-kata Ar Raasikhuun (orang-orang yang ilmunya mendalam) dengan Allah; tidak diwaqfkan. Sehingga tafsir ayat-ayat yang mutasyabihat, pengembalian kepada ayat-ayat yang muhkamat serta penyingkiran kesamaran yang ada dalam ayat-ayat mutasyabihat, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Ta'ala dan orang-orang yang ilmunya mendalam.
Oleh karena semua ayat tersebut berasal dari sisi Allah, maka tidak akan terjadi pertentangan, bahkan isinya sama, yang satu dengan yang lain saling membenarkan dan menguatkan.
Hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat memahami dan mengerti maknanya secara benar.

Ya Allah karuniakanlah kepada kami rahmat yang mencakup segala jenis dan macamnya, antara lain berupa kemantapan iman, ketenangan batin, kemudahan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Rahmat itu bersumber dan langsung dari sisi-Mu,
turun secara berkesinambungan dan tanpa mengharap imbalan apa pun dari makhluk, sebab sesungguhnya engkau maha pemberi.

Baarakallahu fiikum

Rizky Ramadhan

t.me/MutiaraTafsir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA