Dekatnya hari Kiamat

rizkyRamdhan

1⃣ kiamat pasti terjadi

Keimanan terhadap hari kiamat adalah di antara pokok ajaran Islam bahkan termasuk dari rukun iman.  Keimanan seseorang barulah sempurna jika dia meyakini adanya hari kiamat.

Albaqarah I77

“Sesungguhnya  hari  kiamat  pasti  akan  datang,  tidak  ada  keraguan tentangnya,  akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman.”  (QS. Ghafir:  59).

2⃣ Prinsip IMAN KEPADA HARI AKHIR*

Iman kepada hari akhir tidak sempurna kecuali dengan tiga hal:

1. Iman dengan kebangkitan manusia. Yaitu dibangkitkannya manusia yang telah mati setelah ditiupnya sangkakala kedua sehingga mereka menghadap Allah dalam keadaan tak berpakaian, tak bersandal dan tak dikhitan. Ini adalah suatu kebenaran yang harus diimani karena ditegaskan dalam Al-Qur’an, hadits dan kesepakatan para ulama. (Lihat QS. Al-Anbiya: 104, Al-Mukminun: 15-16)

2. Iman dengan adanya hisab dan pembalasan. Dimana seorang hamba akan dihisab atas amal perbuatannya di dunia lalu diberi balasan. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, hadits dan kesepakatan ulama. (Lihat QS. Al-Ghosyiyah: 25-26, Al-An’am: 160)

3. Iman degan surga dan neraka. Surga adalah tempat yang abadi bagi kaum mukminin dan bertaqwa, sedangkan neraka adalah tempat bagi orang kafir dan dzalim. Ini juga harus dipercayai karena kebenarannya terdapat dalam Al-Qur’an, hadits dan kesepakatan ulama. ((QS. Al-Bayyinah: 7-8, Al-Kahfi: 29)

Iman kepada hari akhir memiliki beberapa faedah berharga:

- Semangat untuk melaksanakan ketaatan demi meraih pahala di hari akhir
- Mewaspadai kemaksiatan karena takut dosa dan pedihnya adzab di hari akhir
- Hiburan bagi seorang mukmin jika tidak mendapatkan keinginannya di dunia karena dia berharap mendapatkannya di akherat.
[6:34 AM 30/12/2019] rizkyRamdhan: Mungkin ada yang menanyakan,  “Bagaimana bisa dikatakan bahwa  kiamat  itu  dekat sedangkan  sudah  seribu  tahun  lebih sejak Nabi Muhammad diutus, kiamat  pun belum terjadi?” Ingatlah bahwa dikatakan dekat berdasarkan ilmu dan ketentuan Allah, walaupun manusia menganggapnya amatlah jauh.

Al ma'arij: 6-7

Kiamat bisa dikatakan dekat karena dilihat dari lamanya kehidupan sebelum umat Muhammad itu ada. Kita ambil contoh, misalnya kita anggap umur dunia ini ada adalah 50 tahun lamanya.  Dan dari  lima puluh tahun  tersebut,  dunia  ini sudah  berjalan selama 45 tahun.  Berarti tersisa lima tahun.  Lima tahun ini jika kita bandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya (yang 45 tahun tadi) adalah waktu yang amat sedikit.

Sesungguhnya ajal kalian--umat Islam--(dengan datangnya hari kiamat.) jika dibandingkan dengan waktu yang ditempuh oleh umat-umat sebelum kalian adalah bagaikan jarak antara shalat  ‘Ashar dan waktu maghrib--saat tenggelamnya matahari--.”  (HR. Bukhari,  no.  3459,  dari Ibnu  ‘Umar ).

Umat Islam dalam hadits ini dimisalkan muncul pada waktu ‘Ashar.  Sedangkan masa umat-umat sebelum Islam--mulai dari Nabi Adam, nabi pertama--hingga diutusnya Nabi Muhammad g adalah rentan waktu antara waktu Shubuh dan  ‘Ashar.  Adapun rentan waktu umat Muhammad ada hingga datangnya hari kiamat adalah rentan waktu antara  ‘Ashar dan Maghrib. Jadi, jika rentan waktu munculnya awal kehidupan di dunia ini hingga datangnya Nabi Muhammad  dibandingan dengan masa hidup umat Islam hingga hari kiamat,  itu adalah perbandingan yang amat jauh.  Sehingga masa umat Islam itu ada hingga hari kiamat datang amatlah dekat.

Jarak antara aku diutus dengan datangnya hari kiamat adalah bagaikan dua jari ini.”  Beliau pun berisyarat dengan jari tengah dan jari telunjuknya.  (HR.  Bukhari,  no.  6504 dan Muslim,  no. 2951,  dari Anas bin Malik  h). Gambarannya, jari tengah itu adalah umur kehidupan di dunia ini hingga hari kiamat. Sedangkan jari telunjuk adalah lamanya waktu mulai dunia ini ada hingga pengutusan Nabi Muhammad. Adapun jarak pengutusan Nabi kita  dengan hari kiamat adalah selisih antara jari tengah dan jari telunjuk.  Bandingkanlah umur  dunia  ini  hingga  Nabi  kita  diutus  dengan  masa  setelah Nabi diutus hingga hari kiamat! Jika kita bandingkan,  waktu terjadinya kiamat  itu  sangatlah dekat  dengan  umat  Muhammad. Manusia  mungkin  merasakan  kiamat  itu  masih  sangat  lama. Namun itulah pemikiran dan pandangan manusia yang dangkal. Rabb kita dan Rasul-Nya menganggap bahwa kiamat itu begitu dekat.

“Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya.” (QS.  An-Nahl:  1).

“Tidak adalah kejadian kiamat itu,  melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi).”  (QS.  An-Nahl:  77).

3⃣ Kiamat dekat namun kebanyakan sibuk dengan dunianya.

Tafsir Al-Mukhtashar

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ (Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka) Yakni telah tekat waktu terjadinya hari kiamat, waktu yang tersisa lebih sedikit daripada yang telah berlalu. وَهُمْ فِى غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ(sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling) Itu karena kesibukan mereka dengan kenikmatan kehidupan yang tidak mereka butuhkan, dengan begitu mereka sibuk dengan dunia dari akhirat, dan tidak mempersiapkan kehidupan akhirat.

4⃣ kapan terjadi kiamat

Lukman; 34

Kapan terjadinya hari kiamat sudah seringkali diramalkan. Entah sudah berapa kali hari kehancuran dunia itu diprediksi. Namun sekian banyak itu pula ramalan yang diracik sejumlah pemuka sekte Kristen, para ”peramal kondang” seperti Nostradamus, dan sejumlah fisikawan (pakar sains), tak pernah terbukti. Di belakang kita saat ini, juga masih ada sederet ramalan tentang kiamat seperti kalender bangsa Maya (2012), tumbukan Planet X/Nibiru (2053), versi Isaac Newton (2060), dan masih banyak lagi. Dari ramalan yang tak berdasar hingga yang dibumbui dengan perhitungan-perhitungan sains.
Apalagi ramalan dengan ilmu cocokologi sebagaimana pada saat ini, pasti lebih besar bahayanya.

Sebagai muslim, kita tentu meyakini, hari kiamat tidaklah pernah dapat diprediksi kapan terjadinya karena merupakan rahasia Allah yang tidak diketahui siapa pun, bahkan termasuk Rasulullah sendiri. Namun demikian, kita masih bisa mengetahui dekat atau tidaknya kedatangan hari kiamat dengan melihat tanda-tandanya (baik tanda-tanda kecil maupun besar) yang diberitakan Allah l dalam Al-Qur’an maupun yang disampaikan Rasulullah melalui As-Sunnah. Meski tentunya, dekat atau jauhnya waktu tersebut tetap tak bisa ditentukan secara pasti.
Yang miris, masih saja ada kaum muslimin yang larut dalam perbincangan mengenai ramalan-ramalan gombal kiamat, namun justru abai terhadap berbagai runutan kiamat berikut tanda-tandanya yang sudah gamblang dipaparkan dalam syariat.

Tak sedikit bahkan yang secara psikis ikut-ikutan tertekan hingga keimanannya mulai hanyut terbawa arus propaganda ramalan kiamat. Terlebih, banyak sekte menyimpang yang ketika menerbitkan ramalan tentang kiamat kemudian mengikutinya dengan tindakan bunuh diri massal para pengikutnya.
Kiamat sendiri adalah suatu perkara yang telah pasti bahkan seluruh manusia sendiri meyakini, suatu saat kehidupan di dunia atau di muka bumi ini memang akan berakhir. Namun bagi seorang muslim, kiamat bukanlah akhir dari segalanya. Masih ada kehidupan akhirat yang menanti kita. Masih ada balasan perhitungan amal yang kita lakukan di dunia. Pantaskah kita diganjar dengan surga atau malah kita, na’udzubillah , menjadi penghuni neraka?
Sehingga keimanan terhadap hari kiamat ini semestinya mendorong kita untuk senantiasa beramal kebajikan dan menjauhi perbuatan dosa, mengusir sikap sombong atau takabur, serta menanamkan sifat tidak mudah putus asa. Kiamat tidak harus disikapi dengan ketakutan yang berlebihan. Namun sebaliknya tidak dihadapi dengan santai terlebih meremehkannya. Beragam musibah dahsyat di berbagai belahan dunia yang pernah atau saat ini kita saksikan sesungguhnya telah nyata mengingatkan bahwa itu semua tetaplah belum seberapa dibandingkan dahsyatnya kiamat kelak.
Hal yang juga patut kita renungkan, sebelum berbicara kiamat, kita sendiri terlebih dahulu dihadapkan pada kiamat “kecil” yang juga tak pernah kita duga sebelumnya, yakni kematian. Sehingga hal paling utama bagi kita adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi datangnya kematian itu serta mempersiapkan perbekalan untuk menghadapi kehidupan setelah hari kebangkitan di akhirat kelak.
Semua yang bermula pasti akan berakhir, oleh karena itu sudah saatnya kita berbekal akhirat menyambut kiamat yang sudah semakin dekat. Wallahu a’lam .

Sumber:

1⃣ Serial Beriman kepada Hari Akhir, Yusuf As Sidawi

2⃣ Prediksi Akhir Zaman, M Abduh Tuasikal

3⃣ Tafsir Al Mukhtashar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA