Baldatun Toyyibatun wa Robbun Ghofur


”Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun".” (QS. Saba : 15)
Pembaca yang budiman, Ketika pemilihan pemimpin telah selesai, maka saatnya seluruh pelaku komponen negara membangun negeri menjadi negeri yang baik dan penuh ampunan Allah subhanahu wa ta’ala seperti disebutkan ayat di atas. Maka wajib seluruh komponen menjalankan kewajiban membangun Negara ini, dalam membangun Negara seperti yang disebutkan ayat di atas ada beberapa syarat. Yaitu;

1. Memanfaatkan karunia Allah

”Dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari kami. (kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba : 10-11)
Ayat 10 dan 11 menjelaskan bahwa Nabi Daud as diberikan karunia berupa kemampuan penguasaan sumberdaya alam (gunung) beserta ekosistemnya, terutama fauna (burung), serta penguasaan teknologi pembuatan logam (metalurgi). Menurut mufassirin dalam tafsir Qurtubi, karunia Nabi Daud as adalah kenabian, kitab Zabur, ilmu Allah (An-Namlu:15), kekuatan (shad:18), menguasai gunung, burung dan manusia dalam perjalanan tarwiyah (shad:26), pemimpin atau raja (shad:26), dan penguasa teknik metalurgi. Dengan demikian, karunia yang diberikan kepada Nabi Daud as adalah :

Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan cara mengolah karunia Allah yaitu dengan kata “buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh”. Hal ini menunjukkan dalam memanfaatkan karunia Allah caranya adalah dengan mengolah karunia agar bermanfaat tersebut dan mengerjakan amal-amal saleh merupakan wujud syukur atas karunia Allah.
2. Adil dan tidak mengikuti hawa nafsu
Allah memberikan peringatan kepada Nabi Daud as, bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, sebagian karunia yang diberikannya, jangan disalahgunakan untuk menjalankan dan pemenuhan hawa nafsu, karena dapat menyesatkan dari jalan yang benar.

”Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shad : 26)

3. Tidak menyimpang dari petunjuk Allah

”Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.” (QS. Saba : 12)

Ayat 12 menjelaskan tentang Nabi sulaiman as sebagai pewaris kerajaan ayahnya, sehingga ia memiliki kekuasaan, kenabian, kekayaan dan ilmu pengetahuan. Dengan pengetahuannya, ia dapat menguasai energi angin. Inilah salah satu wujud ketaatan Nabi Sulaiman as kepada Allah.
4. Bersyukur dan berterima kasih
”Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakiNya dari gedung-gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.” (QS. Saba : 13)

5. bersyukur dan menikmati rezeki dari Allah
”Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". (QS. Saba : 15)
6. Tidak berpaling dari perintah Allah
”Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, (yaitu) pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS. Saba : 16.
Ayat 16 menjelaskan penduduk negeri yang memiliki kemakmuran namun mereka menolak ajaran yang dibawa oleh rasul, dan berpaling dari ajaran Allah. Kemudian Allah memberikan siksaan berwujud sailul arim, yaitu bobolnya Bendungan Ma’arib.
Bencana tersebut berupa bencana ekologis, yang ditegaskan dengan firmanNya. ”kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon yang berbuah pahit, pohon atsl dan sedikit pohon sidr”. Bencana tersebut berdampak sebagai berikut : a) Kehancuran kekuasaan yang menyebabkan Kerajaan Sabaiyyah mengalami disintegrasi hingga menjadi tiga kerajaan kecil dan b) Perubahan ekologis, dari wilayah pertanian yang subur makmur, menjadi semak belukar yang ditumbuhi oleh pohon cemara dan bidara yang berduri.
Ibrah dari ayat-ayat yang disebutkan dalam tema ini adalah seharusnya seluruh komponen Negara melakukan 6 syarat di atas agar negaranya baik dan penuh ampunan dari Allah dan tidak diadzab oleh Allah.

Dikutip dari buku ”To Be The Superpower Country” karangan KH. Sa’adih Al-Batawi & Dr. Nandang Najmulmunir, Ir. MS (dengan sedikit penambahan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA