Nilai – nilai Qurban



Pembaca yang budiman, sagala puji bagi Allah yang telah menyampaikan kita dibulan dzulhijjah yang disana ada berbagai keistimewaan yang dipersembahkan Allah kepada hambanya. Keistimewaan ini diterangkan dalam Al-qur’an yang adanya syi’ar-syi’ar Allah, seperti yang Allah terangkan dalam ayat:
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.
(QS. Al Hajj 32).
Dalam pandangan mufasir Ibnu Katsir rahimahullah syi’iar-syi’ar Allah yang dimaksud yaitu:
1. Masy’aril Haram
2. Sa’i di shafa dan marwah
3. Apa-apa yang berkaitan dengan baitullah
4. Berqurban
Dalam bahasan buletin bulan oktober ini kita akan bahas nilai-nilai qurban berkaitan pula dengan ayat yang barusan
kita baca dan dalil –dalil yang kami kemukakan selanjutnya.
Pembaca, ada beberapa istilah ibadah penyembelihan hewan ternak. Sebelum kita pelajari, kita perhatikan bahwa Qurban dalam bahasa Arab artinya dekat (berasal dari kata qorroba-yuqorribu-qurbanan), ibadah qurban dalam arti khusus artinya menyembelih hewan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah qurban disebut juga "udzhiyah" artinya hewan yang disembelih sebagai qurban. Ibadah qurban disinggung oleh al-Qur'an surah al-Kauthar "Maka dirikanlah shalat untuk Tuhanmu dan menyembelihlah" (Al-kautsar 2).
Beberapa istilah Allah mengenai penyembelihan hewan ternak antara lain pada ayat: Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (qs al-an’am: 142)
Dalam ayat tersebut penyembelihan memakai kata ” farsyan” yang dalam terjemahan diartikan menghamparkan maksudnya dalam hewan ternak (sapi, domba, kambing dan unta,, lihat ayat 143-144 dari surah al-an’am) Allah hamparkan untuk disembelih agar dalam ayat tersebut nantinya setelah disembelih maka dimakan rezeki Allah, karena rezeki itu dihamparkan maka jangan sampai mengikuti langkah syetan karena syetan itu menyesatkan dari jalan Allah yang lurus agar manusia tidak bersyukur (Al-A’raf 16-17). Inilah nilai qurban sebagai penghamparan Allah yang harus dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Kemudian dalam ayat lain:

(Yaitu) orang-orang (Yahudi) yang mengatakan:` Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan beriman kepada seseorang rasul, sebelum dia mendatangkan kepada kami qorban yang dimakan api. `Katakanlah:` Sesungguhnya telah datang kepada kamu beberapa orang rasul sebelumku, membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kamu adalah orang-orang yang benar.`(QS. Ali Imran:183)
Ayat ini sebagai penentangan Allah kepada kaum yahudi yang menyatakan tidak beriman karena mereka menduga belum mendapat qorban dimakan api. Maka Allah menentang dengan adanya rasul yang membawa keterangan dan qorban yang dimaksud. Dan inilah Allah tidak membenarkan kaum yahudi yang membunuh para rasul dan tidak beriman. Artinya ada nilai bahwa dalam qurban harus dilandasi keimanan karena kita melaksanakan qurban atas yang kita yakini dalam Al-Qur’an. Kalu beriman kepada Kitab-kitab Allah, jangan ada sekali-kali penentangan terhadap ayat-ayat Allah. Sebagian orang islam ada yang menyembelih hewan untuk selain Allah, maka inilah penentangan terhadap kata Lailahaillallah. Dimana mereka menyekutukan Allah dengan yang mereka lakukan, dimana syirik dosanya tidak diampuni (QS. An-Nisa 148)

Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, "Sungguh, aku pasti membunuhmu!" Dia (Habil) berkata, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa." (Al maidah 27).
Bahwa qurban itu hanya diterima dengan dasar taqwa.
Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. (Qs. Al hajj 37)
Harus ada niat berlandaskan taqwa kepada Allah , menjalankan perintah Allah dalam segala amal dan sesuai peratuan Allah agar amal itu bermanfaat.
Kemudian dalam istilah berikutnya yaitu ada dalam ayat:
"Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka? “(Bukan hanya tidak menolong mereka) Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka. Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan." (Qs. Al-Ahqaf [46]:28)
Dalam ayat ini mendekatkan diri wajib kpada Allah saja karena tidak ada manfaatnya mendekatkan diri kepada selain Allah, karena itu jangan mengada-ada dengan mendekatkan diri kepada selain Allah.Dalam ayat ini pula sesuai dengan kata asalnya qurban diartikan mendekatkan diri. Secara umum mendekatkan dri kepada Allah adalah dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya agar seorang muslim dekat dengan rahmatNya. Inilah nilai qurban yaitu tauhid (hanya menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya).
Terakhir yang diungkapkan di ayat yang pertama kita baca dalm buletin ini adalah nilai qurban sebagai syi’ar Allah. Yakni syi’ar dengan pelaksanaannya. Hal ini pernah dicontohkan oleh salah satu grup amal pusat zakat umat dimana mereka lakukan penyembelihan di daerah yang disana hewan peliharaan orang islam yang mendominasi adalah babi. Maka inilah ujian bagi mereka untuk mensyi’arkan islam dengan qurban di daerah tersebut. Dimana islam mengharamkan babi sebagai hewan yang dimakan dan supaya pemeeliharaan sesuai dengan syari’at Allah. Maka tepat ibnu katsir menjelaskan bahwa qurban sebagai syi’ar Allah juga.

Sekian Yang bisa kami sampaikan semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada kesalahannya. Kritik saudara kami harapkan. Terima kasih. Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wafil’aakhirati hasanah waqinaa ‘adzaabannaar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA