KESABARAN YANG TERCELA


~Ust #Firanda_andirja
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, washshalatu wassalamu ‘ala rasulillah.
Seorang syaikh becerita bahwa dia pernah berdakwah di belantara hutan Afrika.
Dia menempuh perjalanan yang jauh dengan berjalan kaki melewati rawa-rawa menginjak lumpur-lumpur dan dia merasa bahwasannya dia sudah berjuang untuk berdakwah.
Ternyata di tengah hutan belantara tsb dia mendapati seorang wanita bule yang sudah lama tinggal di sana sebagai misionaris mendakwahkan kesyirikan dan kekufuran.
Maka ketika itu syaikh sadar bahwasannya yang telah dia lakukan belum apa-apa dibandingkan dengan pejuang kesyirikan tersebut, terlebih lagi dia adalah seorang wanita.
Ikhwani filla ‘azzaniyallahu waiyyaakum.
Para pelaku maksiat, para pelaku kesyirikan, mereka juga berjuang menyebarkan kesyirikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah meyebutkan dalam Al Quran tentang kesabaran meraka:
إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا لَوْلا أَنْ صَبَرْنَا عَلَيْهَا وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلا
“Sesungguhnya hampirlah ia (yaitu Nabi Muhammad) menyesatkan kita dari sembahan- sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya” dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalan-Nya.”
(QS Al-Furqoon : 42)
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa kaum musyrikin sombong dan bangga dengan kesabaran mereka di atas kesyirikan, sehinga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berhasil mendakwahi mereka.
Meraka dengan bangga mengatakan bahwa kalau bukan karena kesabaran mereka, bukan karena ketegaran mereka dalam kesyirikan maka mereka akan terbawa oleh dakwahnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikianlah kebanggaan mereka.
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala juga meyebutkan:
وَٱنطَلَقَ ٱلْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ ٱمْشُوا۟ وَٱصْبِرُوا۟ عَلَىٰٓ ءَالِهَتِكُمْ ۖ
“Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu,”
(QS: Shaadt: 6)
Lihat, bagaimana mereka saling berwasiat untuk bersabar.
Karenanya kita dapati orang-orang yang berdakwah kepada kekufuran kepada kesyirikan berjuang dengan mengorbankan jiwa dan raga. Mereka juga berinfaq mengeluarkan harta mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ لِيَصُدُّوا۟ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ ۗ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.”
(QS: Al-Anfaal: 36)
Lihat, padahal mereka berinfaq dan infaq mereka mengantarkan mereka ke dalam neraka jahanam, namun mereka bersabar.
Contoh kesabaran orang musyrik, orang kafir yang lain.
Allah menyebutkan tentang kisah Nabi Nuh ‘alaihi salam ketika mendakwahi anaknya.
Tatkala Nab Nuh sudah naik ke atas perahu sementara banjir telah melebar di atas muka bumi, Nabi Nuh melihat anaknya dan dia ingin mendakwahi anaknya yang masih dalam keadaan kafir:
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ (٤٢)قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ (٤٣)
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama Kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.”
Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha Penyayang”. dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; Maka jadilah anak itu Termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
(QS Huud : 42-43)
Ketika sang anak sudah hampir tenggelam, Nabi Nuh berkata, “Wahai anakku (dengan panggilan kasih sayang), ayo naik bersama kami, jangan engkau bersama orang-oarang yang kafir.”
Namun apa jawaban anak Nabi Nuh, dengan begitu tegarnya di atas kekufurannya, di atas kesyrikannya dia mengataka, “Saya akan pergi menuju gunung yang akan menyelamatkan saya dari air banjir ini.”
Ternyata dia tetap bersabar di atas kesririkanya, padahal ayahandanya ingin menolongnya, akhirnya kata Allah, “Diapun tenggelam.”
Ikhwani filla ‘azzaniyallahu waiyyaakum.
Ternyata pelaku kemaksiatan, pelaku kesyirikan dan kekufuran juag bersabar.
Padahal kesabaran meraka itu semakin menjerumuskan mereka kedalam neraka jahannam, semakin membuat terperosok di dasar neraka jahannam.
Lantas kenapa kita tidak bersabar?
Sementara anda adalah pejuang dakwah, anda berpegang teguh di atas jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kenapa anda tidak bersabar dalam berjuang?
Kenapa anda tidak bersabar dalam berdakwah?
Kenapa anda tidak bersabar dalam berinfaq di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Kenapa anda tidak bersabar tatkala dicaci maki oleh orang-orang yang menyuruh kepada kesesatan?
Jika para pelaku maksiat bersabar kenapa anda tidak bersabar? Kenapa kita tidak bersabar?
Lihatlah,
Dahulu, kalau ada seorang wanita membuka jilbanya dan nampaklah sebagian auratnya, misalnya pahanya, maka akan jadi bahan hinaan dikampungnya, akan jadi buah bibir. Dikatakan orang tidak punya malu.
Kita berbicara tentang puluhan tahun yang lalu. Dan wanita yang membuka aurat ini bersabar meskipun dicaci maki, tetap bertahan, sehingga diikuti oleh banyak orang karena besabar dalam maksiat.
Sekarang kondisinya terbalik, dalam kondisi tertentu justru orang yang memakai jilbab yang dicibirin, dihinakan.direndahkan.
Oleh karenanya,
Kalau para pelaku maksiat saja bersabar padahal keabarannya mengantarkan ke neraka jahannam, bagiamana dengan kalian wahai para pejuang dakwah.
Bagaimana dengan kalian wahai para wanita yang berpegang teguh dengan syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bukankah kesabaran kalian akan mengantarkan kalian kepada surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wabillahi taufiq,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabaraktuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA