Ada yang Lebih Baik dari Baju Baru

Abdan Syakuron

Memikirkan pakaian baru sah-sah saja, itu adalah bagian dari yang dihalalkan. Namun jika karena memikirkan baru menjadikan kesibukan seorang muslim di akhir-akhir Ramadlan adalah di mall dan tempat perbelanjaan, sangatlah disayangkan. Baju baru jadinya hanya membuat seseorang luput dari nikmatnya qiyam ramdhan, indahnya bermunajat dengan Allah swt ewat i’tikaf, juga tilawah al-Qur`an di akhir Ramadlan. Padahal yang lebih dipentingkan adalah pakaian taqwa. Dan di akhir Ramadlan, itulah puncak pahala amalan akan semakin besar. Karena kata Rasul saw "innamal-a’malu bil-khawatim" ; setiap amalan akan dinilai pada akhirnya.
Ingatlah, tujuan ibadah shaum adalah untuk menggapai taqwa,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian shaum sebagaimana diwajibkan pada orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al-Baqarah [2] : 183).
Pakaian taqwa itulah yang terbaik dibanding pakaian lahiriyah. Allah swt berfirman :
يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (QS. al-A’raf [7] : 26).
Syaikh Muhammad Ibn Shalih al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa pakaian itu ada dua macam, yaitu pakaian lahiriyah dan pakaian batin. Pakaian lahiriyah yaitu yang menutupi aurat dan ini sifatnya primer. Termasuk pakaian lahir juga adalah pakaian perhiasan yang disebut dalam ayat di atas dengan risya’ yang berarti perhiasan atau penyempurna. Pakaian batin sendiri adalah pakaian taqwa. Pakaian ini lebih baik daripada pakaian lahir yang nampak.
Setelah menyebutkan dua penjelasan di atas, Syaikh Ibn ‘Utsaimin menjelaskan, “Kita dapati bahwa orang-orang begitu semangat sekali memperhatikan bersihnya pakaiannya yang nampak. Jika ada kotoran yang menempel di pakaiannya, maka ia akan mencucinya dengan air dan sabun sesuai kemampuannya. Namun untuk pakaian taqwa, sedikit sekali yang mau memperhatikannya. Kalau pakaian batin tersebut kotor, tidak ada yang ambil peduli. Ingatlah, pakaian taqwa itulah yang lebih baik. Itu menunjukkan seharusnya perhatian kita lebih tinggi pada pakaian taqwa dibanding badan dan pakaian lahir yang nampak. Pakaian taqwa itulah yang lebih penting.” (Syarah Riyadlus-Shalihin, 4: 266).
Dari penjelasan Syaikh di atas, kita lihat bahwa yang mesti diperhatikan adalah pakaian taqwa. Bahkan pakaian taqwa inilah yang jadi bekal terbaik. Allah swt berfirman,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (QS. al-Baqarah [2] : 197)
Syaikh ‘Abdurrahman Ibn Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Bekal yang sebenarnya yang tetap mesti ada di dunia dan di akhirat adalah bekal takwa, ini adalah bekal yang mesti dibawa untuk negeri akhirat yang kekal abadi. Bekal ini dibutuhkan untuk kehidupan sempurna yang penuh kelezatan di akhirat dan negeri yang kekal abadi selamanya. Siapa saja yang meninggalkan bekal ini, perjalanannya akan terputus dan akan mendapatkan berbagai kesulitan, bahkan ia tak bisa sampai pada negeri orang yang bertakwa (yaitu surga). Inilah pujian bagi yang bertaqwa.” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 92)
Al-Qasimi berkata, “Persiapkanlah ketakwaan untuk hari kiamat (yaumul ma’ad). Karena sudah jadi kepastian bahwa orang yang bersafar di dunia mesti memiliki bekal. Musafir tersebut membutuhkan makan, minum dan kendaraan. Sama halnya dengan safar dunia menuju akhirat juga butuh bekal. Bekalnya adalah dengan ketakwaan pada Allah, amal taat dan menjauhi berbagai larangan Allah. Bekal ini tentu lebih utama dari bekal saat safar di dunia. Bekal dunia tadi hanya memenuhi keinginan jiwa dan nafsu syahwat. Sedangkan bekal akhirat (taqwa) akan mengantarkan pada kehidupan abadi di akhirat.” (Mahasin at-Ta’wil, 3: 153. Dinukil dari Kunuz Riyadlus-Shalihin, 10: 125)
Tak masalah memang memiliki baju baru karena asalnya mubah. Namun jangan melalaikan dari menyiapkan bekal hakiki untuk akhirat yaitu taqwa. Wal-'Llahul-Musta'an
Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA