hati yang bersih: Keutamaan Mengimani bahwa Allah Senantiasa Bersama Hamba-Nya

 Seseorang pernah bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, وَمَا تَزْكِيَةُ النَّفْسِ ؟ “Apa yang dimaksud hati yang bersih (suci)?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مَعَهُ حَيْثُ كَانَ » “(Yaitu) seseorang mengetahui bahwa Allah ‘azza wa jalla selalu bersamanya di mana saja dia berada.” (HR. Thobroni dalam Al Mu’jam Ash Shogir. Hadits ini dishohihkan oleh Syaikh Al Albani di As Silsilah Ash Shohihah no. 1046)
 
 Allah Selalu Bersama Kita Di Mana Saja Kita Berada Mengenai hal ini kita dapat melihat dalam banyak dalil. Di antara dalil-dalil mengenai hal ini telah disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al ‘Aqidah Al Wasithiyah. Berikut kami bawakan dalil-dalil yang beliau sampaikan. [1] Dalil mengenai kebersamaan Allah yang bersifat umum Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hadid [57] : 4)
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Mujadilah [58] : 7)
[2] Dalil mengenai kebersamaan Allah yang bersifat khusus Allah Ta’ala berfirman,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At Taubah [9] : 40)
إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى “Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (QS. Thoha [20] : 46)
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An Nahl [16] : 128)
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal [8] : 46)
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah [2] : 249)
Inilah ayat-ayat yang menjelaskan kebersamaan Allah dengan makhluk-Nya. Dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah bersama makhluk-Nya secara umum termasuk kebersamaan dengan orang beriman dan orang kafir, orang yang berbuat baik dan berbuat jahat. Juga ada ayat-ayat yang menunjukkan kebersamaan Allah secara khusus yaitu kebersamaan khusus berkaitan dengan sifat seperti Allah bersama dengan orang-orang yang bertakwa. Ada pula kebersamaan khusus yang berkaitan dengan person tertentu seperti dalam surat At Taubah ayat 40 di atas. Dalam ayat tersebut dikisahkan bahwa Abu Bakr dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di dalam goa untuk melindungi diri dari kejaran orang-orang musyrik. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Abu Bakr,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At Taubah [9] : 40)
Inilah dua macam kebersamaan. Ada kebersamaan yang bersifat umum. Ada pula kebersamaan yang bersifat khusus dan ini bisa dimaksudkan kebersamaan Allah berkaitan dengan sifat atau kebersamaan Allah berkaitan dengan person tertentu. Demikian penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin yang kami sarikan dari Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah, hal. 253-254. Allah Juga Dekat Sebagaimana hal ini terdapat dalam ayat berikut.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), “Aku itu dekat”. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah [2] : 186)
Begitu juga terdapat dalil dalam Shohih Muslim pada Bab ‘Dianjurkannya merendahkan suara ketika berdzikir’, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالَّذِى تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَةِ أَحَدِكُمْ “Yang kalian seru adalah Rabb yang lebih dekat pada salah seorang di antara kalian daripada urat leher unta tunggangan kalian.” (HR. Muslim no 2704)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA