KALAU BUKAN SUNNAH,..* *APALAGI YANG HARUS KITA IKUTI ?

🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂🍃
*KALAU BUKAN SUNNAH,..*
*APALAGI YANG HARUS KITA IKUTI ?*
Bismillaah...
Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata : Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, *“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa”* (hadits hasan sahih yang kami riwayatkan dari Kitabul Hujjah dengan sanad yang sahih)
*PENJELASAN :*
Hadits ini adalah hadits yang terkenal dan hadits ini terdapat dalam Kitab At Tauhid.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, _“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa”._
Hadits ini berderajat hasan sebagaimana yang dihasankan Imam Nawawi di sini. Bahkan beliau berkata ini adalah hadits yang hasan shahih.
Hadits ini dikatakan sebagai hadits hasan karena hadits ini sesuai dengan makna ayat Al Quran yaitu:
*"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."*
(QS An Nisaa: 65)
Menganggap sebuah hadits memiliki derajat hasan karena memiliki makna yang sesuai dengan ayat Al Quran adalah mazhab yang dianut oleh banyak ulama terdahulu seperti Ibnu Jarir Ath Thobari dan sebagian ulama dan imam ahli hadits.
Perkataan nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pada hadits ini: _“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa”_ memiliki makna bahwa *keimanan yang sempurna TIDAK AKAN TERWUJUD sampai hawa nafsu dan harapan seseorang MENGIKUTI APA YANG DIBAWA oleh Al Musthofa NABI MUHAMMAD shalallahu ‘alaihi wa salam.*
Hal ini juga bermakna bahwa seseorang wajib mendahulukan kehendak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan dengan kehendaknya serta mendahulukan syariat Rasulullah shalallahu ‘alaihi sallam dari pada hawa nafsunya. Jika terdapat pertentangan antara harapannya dengan sunnah, maka dia akan mendahulukan sunnah.
Hal ini telah dijelaskan pada banyak ayat Al Quran dan hadits, seperti firman Allah jalla wa ‘ala:
*Katakanlah : “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.”*
(QS At Taubah: 24)
Maka seseorang wajib untuk lebih mencintai Allah dan RasulNya dibandingkan selain keduanya.
Jika seseorang sudah berbuat demikian, maka hawa nafsunya sudah mengikuti apa yang dibawa oleh Al Musthofa shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallahu a'lam...
Penulis :
Syaikh Shalih bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhahullah
Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arba’in No. 41 Oleh: Abu Fatah Amrullah
Murojaah:
Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar
🍂🍃🍂🍃🍂🍃🍂

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA