Kisah Nabi Adam (31)


📚 Materi Shahih Kisah Para Nabi

📖

Sementara Kain (Qabil) tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan mayat saudaranya. Dia membawanya di punggungnya mengembara dari satu tempat ke tempat berusaha menyembunyikannya. Kemarahannya kini telah mereda dan hati nuraninya dibebani dengan rasa bersalah. Dia lelah di bawah beban mayat yang sudah mulai memiliki bau busuk.

Sebagai rahmat, dan untuk menunjukkan bahwa martabat bisa dipertahankan bahkan dalam kematian, Allah mengutus dua gagak yang mulai berkelahi, menyebabkan kematian salah satunya. Burung yang menang menggunakan paruh dan cakarnya untuk menggali lubang di tanah, menggulingkan korbannya ke dalamnya dan menutupinya dengan pasir.
Menyaksikan ini, Kain diliputi rasa malu dan penyesalan. "Celakalah aku!" serunya. "Aku tidak mampu untuk melakukan apa yang telah dilakukan gagak ini, yaitu untuk menyembunyikan mayat kakakku."

Kemudian Kain memakamkan saudaranya. Ini juga merupakan penguburan pertama manusia.
Allah mengungkapkan:
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!".
Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam". "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim".
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku,  mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (Q.S. Al-Mā'idah 5:27-31 ).

Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan sekelompok para sahabat Nabi Muhammad meriwayatkan bahwa pernikahan antar-laki-laki dari satu kehamilan dengan perempuan dari kehamilan lain telah dipraktekkan di antara anak-anak Adam. Habel ingin menikahi adik Kain, tapi Kain menginginkannya untuk dirinya sendiri karena dia sangat cantik. Adam memerintahkan dia untuk merelakannya menikah dengan saudaranya, tapi ia menolak. Maka Adam memerintahkan mereka berdua untuk mempersembahkan korban, kemudian pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah Adam pergi, mereka mempersembahkan korban mereka, Habel mengorbankan domba gemuk, dia adalah seorang gembala, sedangkan Kain menawarkan seikat gandum terburuk. api turun dan melahap korban Habel, meninggalkan kurban Kain sehingga ia menjadi marah dan berkata: "Aku pasti akan membunuhmu sehingga Engkau tidak akan menikahi adikku." Habel menjawab, "Allah menerima dari orang-orang yang takut akan Dia."
Menurut Abu Ja'afar al Baqir, Adam menyaksikan pengorbanan mereka dan yakin bahwa korban Habel akan diterima. Kain mengeluh kepada Adam bahwa penerimaan itu karena permintaannya untuk Habel dan bahwa ia tidak melakukan hal yang sama untuknya, jadi dia berjanji kepada ayahnya untuk menyelesaikan masalah antara dirinya dan saudaranya. Suatu malam, Habel terlambat kembali dari merawat gembalaannya. Adam mengirim Kain untuk melihat apa yang terjadi padanya. Ketika ia menemukannya, ia melotot kepadanya dan berkata: "Korbanmu diterima, dan millikku tidak." Habel menjawab, "Allah hanya menerima dari mereka yang takut kepada Allah." Kain menjadi marah ketika mendengar ini dan memukulnya dengan sepotong besi yang dipegangnya dan dengan demikian membunuhnya. Dalam versi lain dikatakan bahwa ia membunuhnya dengan batu ke kepala saat ia sedang tidur.

*Nasihat Adam kepada Anak-anaknya*

Adam benar-benar dilanda kesedihan karena kehilangan kedua putranya. Yan satu sudah meninggal, yang lain dimenangkan oleh setan. Adam berdoa bagi putranya dan beralih ke hal-hal duniawi karena ia harus bekerja keras untuk rezekinya. Pada saat yang sama ia adalah seorang nabi yang menasihati anak dan cucunya, memberitahu mereka tentang Allah dan menyeru mereka untuk percaya kepada-Nya. Dia mengatakan kepada mereka tentang Iblis dan memperingatkan mereka dengan menceritakan pengalamannya sendiri dengan setan dan bagaimana iblis telah menggoda Kain untuk membunuh saudaranya.

📕 Kisah Nabi Adam, Ibnu Katsir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA