Nasehat Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika terjadi perselisihan.

وإذا وقع بين معلم ومعلم أو تلميذ وتلميذ أو معلم وتلميذ خصومة ومشاجرة لم يجز لأحد أن يعين أحدهما حتى يعلم الحق فلا يعاونه بجهل ولا بهوى بل ينظر في الأمر
Apabila antara guru dengan guru atau murid dengan murid atau guru dengan murid terjadi perseteruan dan pertengkaran maka tidak boleh seorangpun membantu salah satunya sampai mengetahui kebenaran. Tidak boleh ia mendukung salah satunya dengan kebodohan dan hawa nafsu, tetapi hendaklah ia periksa masalahnya;

فإذا تبين له الحق أعان المحق منهما على المبطل سواء كان المحق من أصحابه أو أصحاب غيره ; وسواء كان المبطل من أصحابه أو أصحاب غيره فيكون المقصود عبادة الله وحده وطاعة رسوله ; واتباع الحق والقيام بالقسط
Apabila telah jelas kepadanya kebenaran, maka ia mendukung yang berada di atas kebenaran baik itu temannya atau bukan. Sehingga maksud tujuan tertingginya adalah ibadah kepada Allah dan menaati rasulNya. Mengikuti kebenaran dan menegakkan keadilan.

قال الله تعالى : { يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين بالقسط شهداء لله ولو على أنفسكم أو الوالدين والأقربين إن يكن غنيا أو فقيرا فالله أولى بهما فلا تتبعوا الهوى أن تعدلوا
Allah Ta'ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman jadilah penegakkan keadilan sebagai saksi saksi untuk Allah walaupun atas diri kalian sendiri atau kedua orang tua atau karib kerabat. Jika ia kaya atau faqir maka Allah lebih layak untuk keduanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu dari berbuat adil”.

ومن مال مع صاحبه - سواء كان الحق له أو عليه - فقد حكم بحكم الجاهلية وخرج عن حكم الله ورسوله
Barang siapa yang lebih condong kepada sahabatnya walaupun ia di atas kesalahan, maka sesungguhnya ia telah berhukum dengan hukum jahiliyah dan telah keluar dari hukum Allah dan RasulNya.

(Majmu fatawa 28/16-17)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA