Malu sebagian dari Iman

📚 Syarah Shahih AlBukhari Kitabul Iman

📖 Bab 16 

Penjelasan : Telah disinggung sebelumnya dalam bab cabang-cabang Iman, bahwa malu adalah salah satu cabang Iman. Namun untuk masalah kebenaran Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan malu untuk menerangkannya. Firmannya :            “Sesungguhnya Allah tiada malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu”. (QS. Al Baqoroh (2) : 26). “dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar”. (QS. Al  Ahzaab (33) : 53).  

Berkata Imam Bukhori :                                                       “Haddatsanaa Abdullah bin Yusuf ia berkata, akhbaronaa Malik bin Anas dari Ibnu Syihaab dari Saalim bin Abdullah dari Bapaknya bahwa Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam melewati seorang sahabat Anshor yang sedang marah kepada saudaranya karena ia pemalu, Nabi bersabda kepadanya : “Biarkan ia, sesungguhnya malu bagian dari Iman”. 

Penjelasan Hadits : 
1. Sifat malu dapat menahan seseorang untuk berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

2. Umul Mukminin Aisyah Rodhiyallohu 'Anhu mensifati suaminya yang mulia Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dengan orang yang sangat pemalu, sehingga tatkala para sahabat menunggu-nunggu waktu makan Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, Allah menurunkan ayat hijab, Firman-NYa :                                                                       “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah”. (QS. Al Ahzaab: 53)


3. Malu tidak menghalangi sebagian Shohabiyah wanita untuk meminta fatwa kepada Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkaitan dengan masalah kewanitaan. Aisyah Rodhiyallohu 'Anha berkata sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim (no. 776) :             “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor, malu tidaklah menghalangi mereka untuk mempelajari agamanya”. 

4. Malu juga membawa kebaikan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 166), Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda : “Malu itu baik semuanya atau Malu itu semuanya baik”. 

5. Malu dapat mengantarkan pelakunya mendapatkan Jannah, Imam Tirmdzi mengeluarkan hadits (no. 2140) yang beliau katakan hasan Shohih haditsnya dan juga Imam Ibnu Majah (no. 4324), bahwa Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda :  »            « “Malu termasuk keimanan dan Iman tempatnya di jannah, sedangkan kekejian adalah kekeringan (kaku) dan kekeringan tempatnya di neraka”.

6. Malu adalah akhlaknya agama Islam. Imam Ibnu Majah mengeluarkan hadits (no. 4321) yang dihasankan oleh Syaikh Albani, bahwa Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda :  »       « “Sesunggunya setiap agama terdapat akhlak dan akhlaknya Islam adalah malu”. 

7. Malu jika dikenakan pada seseorang akan menghiasinya menjadi indah. Imam Tirmidzi (no. 2106) dan Imam Ibnu Majah (no. 4325) mengeluarkan hadits yang dishohihkan oleh Syaikh Albani, bahwa Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda :  »              « “Tidaklah kekejian terdapat pada sesuatu kecuali ia akan memperjeleknya, sedangkan tidaklah malu terdapat pada sesuatu kecuali ia akan memperindahnya”.

📲 ikhwahmedia.wordpress.com, risalah12.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA