Meraih Husnul Khatimah dengan Beristiqamah

Setiap muslim ingin menutup hidupnya dengan husnul  khatimah, penutup (hidupnya) dengan baik. Bahwasanya Dunia ini adalah permainan dan senda gurau saja. Dan setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian.

Allah Berfirman:
ﻛُﻞُّ ﻧَﻔْﺲٍ ﺫَﺍﺋِﻘَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ۗ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺗُﻮَﻓَّﻮْﻥَ ﺃُﺟُﻮﺭَﻛُﻢْ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ۖ ﻓَﻤَﻦْ ﺯُﺣْﺰِﺡَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﺃُﺩْﺧِﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ۗ ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﻴَﺎﺓُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺘَﺎﻉُ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭﺭِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Qs Ali Imran)

Tentunya dalam meraih husnul Khatimah, seorang muslim harus beristiqamah. Karena bahwasanya seseorang tidak mengetahui apa yang menjadi penutup hidupnya, apakah dirinya berada dalam ketaatan atau berada dalam kemaksiatan. Karena itulah amalan seseorang bergantung pada penutupnya.

ﻋَﻦْ ﺳَﻬْﻞِ ﺑْﻦِﺳَﻌْﺪٍ ﺍﻟﺴَّﺎﻋِﺪِﻯِّ ﻗَﺎﻝَ ﻧَﻈَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺟُﻞٍ ﻳُﻘَﺎﺗِﻞُ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ، ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﺃَﻋْﻈَﻢِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ ﻏَﻨَﺎﺀً ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﻓَﻘَﺎﻝَ ‏« ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺐَّ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻈُﺮَ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺟُﻞٍ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻓَﻠْﻴَﻨْﻈُﺮْ ﺇِﻟَﻰ ﻫَﺬَﺍ ‏» . ﻓَﺘَﺒِﻌَﻪُ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺰَﻝْ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﺟُﺮِﺡَ ، ﻓَﺎﺳْﺘَﻌْﺠَﻞَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺑِﺬُﺑَﺎﺑَﺔِ ﺳَﻴْﻔِﻪِ ، ﻓَﻮَﺿَﻌَﻪُ ﺑَﻴْﻦَ ﺛَﺪْﻳَﻴْﻪِ ، ﻓَﺘَﺤَﺎﻣَﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ، ﺣَﺘَّﻰ ﺧَﺮَﺝَ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﻛَﺘِﻔَﻴْﻪِ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ‏« ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﻟَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﻓِﻴﻤَﺎ ﻳَﺮَﻯ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻋَﻤَﻞَ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ، ﻭَﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻤِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ، ﻭَﻳَﻌْﻤَﻞُ ﻓِﻴﻤَﺎ ﻳَﺮَﻯ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻋَﻤَﻞَ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﻫْﻮَ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ، ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺨَﻮَﺍﺗِﻴﻤِﻬَﺎ ‏»
Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “ Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini .” Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit, pen.). Lalu serta merta, ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya.
Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya. ” (HR. Bukhari, no. 6493)
Dalam riwayat lain disebutkan,
ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟْﺨَﻮَﺍﺗِﻴﻢِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.
Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad.

Kata Ibnu Rajab, dari sinilah para ulama khawatir dengan keadan suul khatimah, keadaan akhir hidup yang jelek. Lihat pembahasan Ibnu Rajab dalam Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam , 1: 173.

Sehingga jangan terkagum pada amalan kita saat ini. Karena akhir hayat itulah penentunya, apakah benar kita bisa istiqamah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‏« ﻻَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺗُﻌْﺠَﺒُﻮﺍ ﺑِﺄَﺣَﺪٍ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻨْﻈُﺮُﻭﺍ ﺑِﻢَ ﻳُﺨْﺘَﻢُ ﻟَﻪُ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻣِﻞَ ﻳَﻌْﻤَﻞُ ﺯَﻣَﺎﻧﺎً ﻣِﻦْ ﻋُﻤْﺮِﻩِ ﺃَﻭْ ﺑُﺮْﻫَﺔً ﻣِﻦْ ﺩَﻫْﺮِﻩِ ﺑِﻌَﻤَﻞٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻟَﻮْ ﻣَﺎﺕَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْ

ﺠَﻨَّﺔَ ﺛُﻢَّ ﻳَﺘَﺤَﻮَّﻝُ ﻓَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﻋَﻤَﻼً ﺳَﻴِّﺌﺎً ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﻟِﻴَﻌْﻤَﻞُ ﺍﻟْﺒُﺮْﻫَﺔَ ﻣِﻦْ ﺩَﻫْﺮِﻩِ ﺑِﻌَﻤَﻞٍ ﺳَﻴِّﺊٍ ﻟَﻮْ ﻣَﺎﺕَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺛُﻢَّ ﻳَﺘَﺤَﻮَّﻝُ ﻓَﻴَﻌْﻤَﻞُ ﻋَﻤَﻼً ﺻَﺎﻟِﺤﺎً ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻌَﺒْﺪٍ ﺧَﻴْﺮﺍً ﺍﺳْﺘَﻌْﻤَﻠَﻪُ ﻗَﺒْﻞَ ﻣَﻮْﺗِﻪِ ‏» . ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﻳَﺴْﺘَﻌْﻤِﻠُﻪُ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﻳُﻮَﻓِّﻘُﻪُ ﻟِﻌَﻤَﻞٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﺛُﻢَّ ﻳَﻘْﺒِﻀُﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ‏»
“Janganlah kalian terkagum dengan amalan seseorang sampai kalian melihat amalan akhir hayatnya. Karena mungkin saja seseorang beramal pada suatu waktu dengan amalan yang shalih, yang seandainya ia mati, maka ia akan masuk surga. Akan tetapi, ia berubah dan mengamalkan perbuatan jelek. Mungkin saja seseorang beramal pada suatu waktu dengan suatu amalan jelek, yang seandainya ia mati, maka akan masuk neraka. Akan tetapi, ia berubah dan beramal dengan amalan shalih. Oleh karenanya, apabila Allah menginginkan satu kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan menunjukinya sebelum ia meninggal.” Para sahabat bertanya,
“Apa maksud menunjuki sebelum meninggal?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yaitu memberikan ia taufik untuk beramal shalih dan mati dalam keadaan seperti itu.” (HR. Ahmad, 3: 120, 123, 230, 257 dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah 347-353 dari jalur dari Humaid, dari Anas bin Malik. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam Tahqiq Musnad Imam Ahmad mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat shahih Bukhari – Muslim. Lihat pula Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah , no. 1334, hal yang sama dikatakan oleh Syaikh Al-Albani)
Oleh karenanya, penting sekali amalan yang kontinu dan menjadi akhir hidup dengan penutup terbaik yaitu husnul khatimah.

Di dalam Alquran Allah menyebutkan tentang pencabutan nyawa orang yang beristiqamah.

ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺭَﺑُّﻨَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺛُﻢَّ ﺍﺳْﺘَﻘَﺎﻣُﻮﺍ ﺗَﺘَﻨَﺰَّﻝُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟْﻤَﻠَﺎﺋِﻜَﺔُ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﺨَﺎﻓُﻮﺍ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺤْﺰَﻧُﻮﺍ ﻭَﺃَﺑْﺸِﺮُﻭﺍ ﺑِﺎﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﻮﻋَﺪُﻭﻥَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.

Ibnu Katsir mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas dalam amalannya untuk Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan syariat Allah niscaya para malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian menyongsong mereka dengan berkata “janganlah kalian takut atas amalan yang kalian persembahkan untuk akhirat dan jangan bersedih atas perkara dunia yang akan kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama sebab kami akan mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi kabar gembira berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan”.
Kemudian Ibnu Katsir menukil perkataan Zaid bin Aslam: “Kabar gembira akan terjadi pada saat kematian, di alam kubur, dan pada hari Kebangkitan”. Dan mengomentarinya dengan: “Tafsiran ini menghimpun seluruh tafsiran, sebuah tafsiran yang bagus sekali dan memang demikian kenyataannya”.
Firman-Nya: “Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat maksudnya para malaikat berkata kepada orang-orang beriman ketika akan tercabut nyawanya, kami adalah kawan-kawan kalian di dunia, dengan meluruskan, memberi kemudahan dan menjaga kalian atas perintah Allah, demikian juga kami bersama kalian di akhirat, dengan menenangkan keterasinganmu di alam kubur, di tiupan sangkakala dan kami akan mengamankan kalian pada hari Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan membalasi kalian dengan shirathal mustaqim dan mengantarkan kalian menuju kenikmatan syurga”. ( Tafsiru Al Quranil ‘Azhim (4/100-101)).

Semoga kita diberikan taufik oleh Allah hingga menutup akhir hayat kita dengan beristiqamah.
Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA