MELURUSKAN JARUM HATI


Oleh: K.H.E.ABDURRAHMAN

Cinta dan Benci adalah penggerak
amal, pendorong untuk
menentukan sikap dan perbuatan
yang akan kita lakukan.
Dengan Cinta dan Suka, manusia
bergerak berusaha agar yang
dicintainya itu dapat dimiliki atau
dirasakan. Dan dengan Benci
manusia berusaha agar terhindar
dari sgala sesuatu yang tidak
disukainya. Tanpa Cinta dan
Benci, manusia akan kesepian,
kehilangan kesibukan, dan akan
merasa wujudnya di dunia ini
tidak ada artinya.
Cinta dan benci bukan karakter
yang berdiri sendiri.
Kehadirannya akan tergugah,
oleh sesuatu yg lain, seperti yang
didengar, dilihat dan diketahui.
Akan tetapi sesuatu yang dilihat
atau didengar, bahakan demikian
pula ilmu yang dimilikinya
adakalanya palsu. Karenanya cinta
dan benci yang timbul diletakan
bukan pada tempatnya, maka
yang akan menolong disangka
menyolong sebab mendengar
berita fitnah yang salah. Ibarat
obat yang dibuang yang disangka
racun atau karena salah baca.
Karenaya, cinta dan benci yang
sejati mesti dibangkitkan oleh
ilmu yang tidak palsu.
Pendengaran dan penglihatan
yang salah, atau pengertian dan
tanggapan yang salah, akan
mengakibatkan salah sikap dan
salah tindak.
Sehubungan dengan ini
Rasulullah saw bersabda:
“Sahabat-sahaba tku, janganalah
kalian menyampaikan kepadaku
berita buruk mengenai sahabat
kalian yang lain. Sebab, saya mau
menemui kamu dengan (hati)
yang tidak terpengaruh”. (HR.
Abu
Daud 2:564).
Berita yang kita dengar,
mengenai kebaikan atau
keburukan akhlak seseorang,
akan membangkitkan rasa cinta
dan benci. Rasulullah berpesan
agar berita yang tidak wajar dan
tidak benar jangan disampaikan
kepadanya, karena besar
kemungkinan berita-berita
semacam itu kan mengundang
rasa benci yang bukan pada
tempatnya, atau mengeruhkan
pikiran dan mengacaukan
suasana.
Cinta dan benci akan sesuatu
jangan ditunggu atau dibiarkan
datang dan diterima tanpa
diperiksa dan diteliti terlebih
dahulu kebenarannya. Demikian
pula ilmu dan tanggapan yang
sudah ada pada hati kita, kita
wajib berusaha utuk
mendatangkan cinta dan benci
yang sangat tepat pada
tempatnya. Cinta kepada
kebenaran dan benci pada
kebathilan atau kejahatan.
Orang yang melakukan kebaikan
belum tentu beramal shaleh.
Sebab nilai dari sesuatu amal
adalah tergantung dari niatnya,
yang membangkitkan kemauan,
yang menggugah perasaan.
Untuk mendapatkan niat, kita
perlu berusaha mencari sebab-
sebab, yang dengan sebab-sebab
tersebut, tumbuh kecintaan atau
kebencian yang akan mendorong
kita ke arah gerak demi mencari
keridhaan Allah.
Berusaha untuk membangkitkan
cinta kepada yang haq dan benci
kepada yang bathil mesti
diusahakan dengan belajar,
“thalabul ilmi”, teliti dan kritis
dalam menerima keterangan dan
berita, bersahabat dengan orang-
orang baik, serta mengutamakan
lingkungan orang-orang jujur
dan shaleh. Sebab, apa saja yang
sering kita temui, atau sering kita
dengarkan, apalagi jika sifatnya
belajar atau mendalami, akibatnya
akan menumbuhkan rasa cinta
atau benci yang tepat berada
pada tempatnya.
Orang yang jauh telinganya dari
agama dan alergi dari
mendengarkan penerangan,
terutama teguran dan nasehat,
pasti tidak akan menemukan
kemauan untuk menjadi orang
yag shaleh. Cara berfikir dan cara
bertindaknya akan berlainan
disebabkan perbedaan
lingkungan, bacaan dan
pengetahuan yang ia miliki.
Bila kita akan pulang pada waktu
tengah malam yang gelap tidak
ada bulan, sedangkan jarak yang
ditempuh sangat jauh, dan
keamanan daerah terganggu,
maka jika ada orang yang
mengantarkan atau
menemaninya, kita akan sangat
berterima kasih dan akan
menghargai jasanya itu setinggi
langit. Namun akan berkurang
penghargaan kita itu jika orang
yang menemani itu memiliki
rumah dekat atau searah dengan
rumah kita. Disini dapat kita lihat
betapa tingginya harga niat,
irodat yang dekat dengan
sengaja mendorong kepada amal
untuk mencari keridhoan Allah.
Demikian pula orang yang turut
berhari raya atau berpuasa,
pembangkit niatnya beraneka
ragam, ada yang dibangkitkan
dengan kesadaran beragama,
adapula lantaran kebiasaan.
Karenanya jelas bahwa, Jarum
hati perlu diluruskan. Jangan
ditunggu lurus tetapi mesti
diusahakan. Irodat yang tergugah
oleh kesadaran beragama/
panggilan iman dan keyakinan
akan beralih menjadi niat yang
kuat dan bulat. Dan niat yang seperti itu akan melahirkan kekuatan lahir dan batin yang sangat besar.
(Disarikan dari Buku Al-Ibroh –Penuntun Budi Pekerti Insan Sejati-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA