Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab


Beliau adalah Al-‘Allamah Al-Mujaddid Al-Imam Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab bin Sulaiman bin ‘Ali bin Musyaraf Al-Wuhaibi dari Bani Hanzhalah bin Malik At-Tamimi rahimahullah. Lahir di ‘Uyainah pada tahun 1115 H. Nama kunyah beliau adalah Abul ‘Ali atau juga ada yang berpendapat bahwa nama kunyah beliau adalah Abu ‘Abdillah atau Abul Husain.
Beliau rahimahullah tumbuh di bawah atap keluarga yang memiliki segudang keutamaan. Kedua orang tua beliau merupakan orang-orang yang mulia. Ayah beliau adalah Asy-Syaikh ‘Abdul Wahhab bin Sulaiman (wafat 1153 H) termasuk di antara deretan para ‘ulama yang masyhur ketika itu, sekaligus menjabat sebagai Qodhi ‘Uyainah. Sedangkan kakek beliau Asy-Syaikh Sulaiman (wafat 1079 H) terkenal sebagai ahli fiqih dan fatawa. Begitu juga paman beliau Asy-Syaikh Ibrahim rahimahullah. Adapun ibunda beliau adalah putri dari Asy-Syaikh Muhammad bin Azzaz rahimahullah.
Telah tampak di masa kecilnya kekuatan hafalan dan kecerdasan.
Beliau rahimahullah telah menghafal Al Qur’an pada usianya yang masih sangat dini, yakni belum menginjak 10 tahun. Pada saat itu pula beliau rahimahullah telah sibuk dengan menelaah beberapa kitab dalam bidang hadits dan ucapan-ucapan para ‘ulama. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melapangkan dada beliau untuk mengetahui dengan benar hakikat tauhid sekaligus pengamalannya dan mengetahui pula lawan darinya yaitu syirik, yang mana pada zaman itu syirik telah menyebar di berbagai penjuru negeri. Mulailah beliau rahimahullah menyingsingkan lengan baju untuk berdakwah di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, menyeru kepada tauhid dan mengubur sedalam-dalamnya syirik dan bid’ah-bid’ah. Segala pujian hanyalah bagi-Nya. Melalui dakwah beliau Allah Subhanahu wa Ta’ala menghidupkan hati-hati yang telah dibunuh oleh Iblis dengan kesyirikan dan kebid’ahan, membuka kembali mata-mata yang telah dibutakan oleh hawa nafsu dan kemaksiatan, memunculkan kembali cahaya tauhid yang sinarnya begitu hangat menembus setiap kalbu yang terpilih, yang sebelumnya cahaya tersebut terhalangi dan tertutupi oleh awan-awan kejahilan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
{وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (8)} [الصف ] “Dan Allah yang akan menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir membencinya.” (QS. ash-Shaff : 8)
Rihlah Beliau rahimahullah dalam Menuntut Ilmu
Betapa indahnya apa yang diucapkan oleh seorang penyair:
وَكُلُّ خَيْرٍ فِيْ اتِّبَاعِ مَنْ سَلَفَ وَكُلُّ شَرٍّ فِيْ ابْتِدَاعِ مَنْ خَلَفَ
Dan seluruh kebaikan pada mengikuti salaf
Dan seluruh kejelekan pada bid’ah orang-orang khalaf
Di antara kebaikan yang diwariskan oleh para ulama salaf yang wajib diikuti adalah rihlah (melakukan perjalanan) untuk menuntut ilmu syar’i, karena dengan ilmu syar’i-lah akan kokoh dan semakin sempurna tauhid dan iman seorang hamba.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
“Maka Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah.” (Muhammad 19)
Berdalil dengan ayat di atas, Al-Imam Al-Kabir Al Muhaddits Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Ismail Al-Bukhari Rahimahullah berkata:
الْعِلْمِ قَبْلَ الْقَوْلِ وَ الْعَمَلِ
“Berilmu terlebih dahulu sebelum berkata dan berbuat”.
Maka mulailah beliau (Muhammad bin ‘Abdil Wahhab) rahimahullah menuntut ilmu dari para masyaikh yang ada di negeri beliau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA