TAKWA

  Oleh Edi Sucipno

“takwa” sering kita dengar dalam ceramah-ceramah agama, sebagaimana kalimat ini mudah dan ringan diucapkan di lisan kita. Akan tetapi, sudahkah hakikat kalimat ini terwujud dalam diri kita secara nyata? sudahkah misalnya ciri-ciri orang bertakwa yang disebutkan dalam ayat berikut ini terealisasi dalam diri kita?

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit,dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kasalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,sedang mereka mengetahuinya” (QS. Ali ‘Imran: 134-135) 
 
 Inilah Takwa menurut shahabat Ali Radhiyallahu 'anhu 
 
Kriteria takwa adalah:
1.        Al-kouf bil jalil ( takut kepada Allah yang Maha Mulia)
 Yang dimaksud takut di sini bukan seperti kepada algojo atasan yang jahat, namun takut di sini adalah takut karena kebesaran dan ke- Maha Bijaksanaan Allah Swt
2.        Al-hukmu bil tanzil (berhukum kepada Al-Qur’an yang diturunkan)
 Banyak di antara Islam yang ingin berhukum kepada al-qur’an, namun mereka masih memakai hukum kuffar
3.        Al-isti’dad li yaumil rahil (menyiapkan diri untuk hari akhirat)
 Nabi Saw pernah menyatakan bahwa orang yang cerdas orang yang dapat menahan hawa nafsunya dan beramal untuk persiapan setelah meninggal dunia.
4.        Al-ridho bil qolil (ridho dengan bagian yang sedikit)
Sikap ini sejalan dengan makna qona’ah (rasa puas dengan pemberian Allah) Sikap ini sangat sulit jika tidak didorong dengan sikap husnuzhan (baik sangka) kepada Allah Swt.
            Syarat dalam mencapai takwa antara lain:     
1.        Ilmu
       Sebagai syarat untuk menggapai derajat takwa, karena ilmu adalah merupakan langkah awal untuk melakukan atau menentukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
2.        Ikhlas
       Yang dimaksud adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan kepada-Nya, memurnikan ibadah hanya untuk Allah, dalam rangka menjalankan perintah dan menjauhi larangang-Nya.
3.        Ittiba’
       Mengikuti contoh (suri tauladan) nabi Muhammad Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam di seluruh totalitas kehidupan kita dalam beribadah kepada Allah Swt.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA