BELAJAR DARI KISAH AMAZING, SITI HAJAR





Oleh Nata Heriadi
Menempatkan Sang Khalik sebagai yang pertama di hatinya.
“..................Ibrahim berkata): ""Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam""."QS. Al baqarah:132
Tanggal 10 Dzulhijah, 1 diantara sekian banyak hari istimewa bagi kita umat Islam. Sebuah hari yang mengingatkan kita pada peristiwa penuh inspiratif, kisah ketaatan hamba pada RabbNya. Cinta Nabi Ibrahim, Ismail dan Siti Hajar yang tanpa syarat. Keteladan Nabi Ibrahim, Ismail dan ibundanya sungguh amat sempurna. Merekalah hamba-hamba yang demi cintanya pada Allah melakukan pengabdian dan pengorbanan yang tiada banding. Banyak pelajaran yang dapat kita petik, dari perjalanan cinta keluarga Nabi Ibrahim. Akan tetap terjaga “hikmah”nya sebagaimana terpeliharanya Alquran. Sungguh, pengorbanan tak tertandingi keluarga mulia ini bisa diteladani oleh kita seluruh umat Islam sepanjang masa. Salah satunya wanita amazing, ya Siti Hajar.
Setiap muslimah bisa berkaca pada Siti Hajar. Bercermin pada ketaatannya, cintanya dan pengorbanan nya yang luar biasa. Sebagai wanita, Siti Hajar adalah pribadi yang amat tangguh, yang cintanya pada Allah teramat dalam. Sebagai istri Siti Hajar adalah pendamping yang penuh khidmat dan ketaatan pada sang suami. Sebagai ibu, Siti Hajar adalah wanita yang begitu menakjubkan. Kasih sayangnya yang sungguh besar pada sang buah hati, tak sedikitpun menghalanginya untuk tetap menempatkan Sang Khalik sebagai yang pertama di hatinya.
Saat ditinggal hanya berdua saja dengan permata hati yang masih bayi, di sebuah gurun tandus tak berpenghuni, Siti Hajar ridla dan ikhlas menjalani. Begitu tahu ayah putranya meninggalkan mereka adalah karena perintah Allah, maka Siti Hajar mendengar dan taat. Menaati Allah sekaligus suami yang amat dicinta. Lebih-lebih takkala Ismail, anak yang teramat menyenangkan hati, diambil untuk “dikorbankan” atas perintah Allah, Siti Hajar pun ridla dan sabar. Hati beliau begitu bening sebening embun diufuk pagi, tak ada prasangka apapun pada Allah, yang ada hanyalah 1keyakinan bahwa Allah adalah Maha Pemberi Yang Terbaik. Hanya yang terbaik yang akan Allah berikan pada para hambaNya baik berupa ujian kesenangan maupun kesusahan.
Andai semua wanita bisa bercermin pada Siti Hajar, alangkah indahnya. Tak akan lagi dijumpai wanita yang berani melanggar perintah Rabbnya, berlenggak lenggok di jalan tanpa hijab penutup aurat. Berhijab namun mempertontonkan lekuk tubuhnya. Tak akan ada lagi wanita yang berselfie ria di medsos, mempertontonkan wajahnya untuk berharap pujian, Tak akan pernah ada lagi wanita yang menghianati kehormatan diri dan suaminya. Tak akan ada, seorang ibu yang tega menyakiti bahkan membunuh anaknya sendiri. Tak akan ada wanita yang suka mencaci maki sesamanya. Tak ada lagi wanita yang sibuk bekerja mengumpulkan harta bahkan beraktifitas terlibat riba. Tak akan ada lagi wanita yang sombong dengan karir pekerjaannya sehingga melupakan kodratnya. Tak mungkin ada istri yang durhaka dan tak menaati suaminya. Tak ada wanita yang mau berbuat dholim dalam hal apa pun dan pada siapapun. Semua menjadi wanita taat, hebat, kuat dan smart!
Sama sekali ini bukan uthopis ataupun mimpi di siang bolong. Karena semua itu pasti bisa terjadi. Kalau Siti Hajar bisa, kenapa saudariku tidak? Kalau wanita-wanita lain bisa menjadi hamba yang kaffah menaatiNya, bisa berkhidmat dan taat sepenuh cinta pada suaminya, mengapa saudariku tidak? Kalau banyak wanita bisa menjadi ibu yang luar biasa, kenapa saudariku tidak? Kalau banyak wanita yang bisa bersabar dengan segala ujian hidup, kenapa saudariku tidak? Kalau banyak wanita yang mampu menjaga lisannya hanya untuk ucapan yang baik dan bermanfaat saja, kenapa saudariku tidak? Bukankah saudariku sama-sama wanita yang diciptakan Allah dengan karakteristik yang sama pula, tak ada perbedaan sedikitpun. Belajar dari Siti Hajar akan membuat saudariku menjadi shalihah, kuat, dan tangguh. Bukankah ujian hidup yang dihadapi tak seberapa dibandingkan dengan cobaan yang Allah berikan pada Siti Hajar?
Duhai diri kita semua, belajarlah dengan sesungguhnya belajar, bukan hanya belajar untuk mengetahui kisahnya saja. Belajar bukan hanya tentang konsep dan teori semata. Tapi belajar yang sempurna, disertai perubahan sikap, sifat dan perilaku. Belajar untuk kemudian terjemahkan dalam perilaku hidup sehari-hari. Siti Hajar, meskipun begitu berat ujian dan cobaan dariNya, adalah wanita yang bahagia. Selalu qonaah dan tak pernah protes dengan keputusan-keputusanNya. Tidakkah kita ingin seperti beliau? Menghiasi hidup hanya dengan menaatiNya, tak melanggar apapun perintahNya meskipun mungkin amat berat pengorbanan yang harus dijalani.
Mari kita sambut idul adha dengan terus belajar dari kisah amazing salah satu wanita hebat sepanjang zaman. Selamat memilih untuk menjadi wanita shalihah, atau bisa jadi memilih menjadi pria yang membimbing istri dan anak wanitanya untuk menjadi wanita shalihah, yang senantiasa menaatiNya, mencintaiNya tanpa syarat. Selamat untuk memilih menjadi wanita bahagia, atau suami yang memiliki istri dan anak wanita yang hanya mengharap ridha dan cintaNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA