JANGAN MENANTANG ALLAH


Siapa tidak mengenal Fir'aun sang raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan, bahkan ia membangun sebuah menara yang sangat tinggi nyaris menggapai langit. Untuk apa? Menantang Tuhan yang telah mengutus Nabi Musa kepadanya.
Raja Namrud bahkan lebih dulu melakukannya jauh sebelum Fir'aun, ketika menganggap bisa memutuskan nasib seseorang akan dibiarkan hidup atau dihukum mati, bagi Raja Namrud kewenangan ini setara dengan Tuhan Yang Menghidupkan dan Mematikan.
Beralih pada peradaban modern, ketika awak kapal Titanic memperingatkan kemungkinan bahaya di depan mereka, Kapten Edward John Smith justru membantah mereka, "Tak ada kondisi apapun yang akan mengakibatkan kapal tenggelam! Konstruksi kapal canggih ini mampu mengatasi semuanya!"
Ketiga kisah bersejarah di atas adalah contoh mereka yang secara terang-terangan menantang Tuhan dan kita sudah sama-sama tahu bagaimana akhir yang tragis pun terjadi.
Seharusnya menjadi peringatan bagi kita, bahwa tidak sepantasnya manusia menantang Tuhan, baik terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.
Apa yang dimaksud secara sembunyi? Yaitu sikap yang halus, tidak disadari, dan kebanyakan kita anggap biasa. Mari kita lihat contohnya.
Suatu hari kita memesan satu stel jahitan pakaian kepada penjahit langganan. Sedianya untuk dipakai pada suatu acara penting minggu depan, maka kita selalu mengingatkannya agar jahitan selesai tepat waktu. Si penjahitpun dengan yakin berkomentar, "Tenang saja Pak memangnya kapan saya pernah meleset?"
Apa yang terjadi? Begitu hari yang ditunggu tiba, pakaian itu belum selesai proses penjahitannya! Rupanya ada tantangan kepada Tuhan dalam kalimat tersebut tanpa disadari.
Seorang penulis berhasil menelurkan karya yang bermanfaat untuk orang banyak, ketika para pembeli bukunya memuji karya laris itu, iapun menjawab, "Saya menulisnya untuk membantu orang lain, masalah keuntungan yang saya peroleh bukan tujuan saya sama sekali!"
Apa yang terjadi? Walaupun karyanya untung besar, dia tidak bisa menikmatinya karena berbagai alasan yang tidak terduga. Rupanya ada tantangan kepada Tuhan dalam kalimat tersebut yang begitu tersembunyi.
Seorang pengusaha memberi sumbangan untuk pembangunan masjid, saat panitia mengucapkan terimakasih, ia membalasnya, "Ini kan sudah perintah Allah untuk bersedekah, jangankan hanya uang segini, perusahaan pun saya siap sedekahkan kalau memang diminta oleh Allah!"
Apa yang terjadi? Tahun berikutnya krisis ekonomi melanda dan perusahaannya gulung tikar. Rupanya ada tantangan kepada Tuhan dalam kalimat tersebut yang halus sekali.
Oleh karena itu mari kita berhati-hati dengan lisan ini, karena setiap ucapan akan dipertanggungjawabkan. Biasakan mengucapkan Insya Allah jika kita berjanji, dan Alhamdulillah jika mendapat tambahan nikmat dari Allah.
Salam Hijrah.
Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA