BUKANNYA SAYA SOMBONG


Ustadz: Firanda Andirja MA
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
“Bukannya saya sombong”, adalah perkataan yang sering kita dengar diucapkan oleh sebagian orang untuk menjauhkan tuduhan terhadap dirinya bahwasanya dia sombong.
Dia tidak ingin dituduh sebagai orang yang sombong.
Maka sebelum dia menyombongkan dirinya dia mengatakan:
“Bukannya saya sombong.”
Kenyataannya, kita dapati sebagian orang tatkala mengucapkan kalimat ini (“Bukannya saya sombong”), maka mulailah dia sombong.
Setelah itu terucap dari kata-katanya yang menunjukkan bahwa dia sombong.
Misalnya dia mengatakan:
“Kalau bukan karena saya dakwah nggak bisa jalan.”
Atau misalnya dia mengatakan:
“Saya yang membangun yayasan tersebut,”
Atau,
“Kalau saya mau, saya bisa begini dan bisa begitu.”
Dia sombong, namun sebelum dia dituduh sombong dia mengucapkan:
“Bukannya saya sombong.”
Semisal dengan ini seperti perkataan sebagian orang yang mengatakan:
“Bukannya saya riyā’.”
Padahal setelah itu diapun mulai riyā’.
Dia mengatakan misalnya:
“Bukannya saya riyā’, saya ini sudah haji lima kali, saya ini sudah umroh sepuluh kali, namun saya tidak riya’ saya cuma mau kasih tahu saja.”
Ini sebenarnya riyā’ namun dia ingin menutupi dirinya dari perkara riyā’ tersebut dengan mengatakan:
“Bukannya saya riyā.”
Semisal dengan ini juga seperti seseorang yang mengatakan:
“Bukannya saya mau ghībah, tetapi saya ingin menceritakan kenyataan yang sesungguhnya si fulan itu demikian demikian.”
Atau dia mengatakan:
“Bukannya saya ghībah akan tetapi supaya engkau tidak seperti dia.”
Atau dia mengatakan:
“Bukannya saya ghībah tapi kau harus hati-hati dengan orang seperti ini.”
Maka kita khawatir sesungguhnya dia telah terjerumus di dalam ghībah yang dilarang oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Karena ghībah adalah menceritakan kenyataan yang buruk yang terdapat pada saudara kita.
ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Menyebutkan tentang saudaramu yang saudaramu tidak suka untuk disebutkan.”
Adapun bila engkau mengatakan sesuatu yang tidak benar maka itu adalah kedustaan.
Karenanya, seseorang hendaknya hati-hati jangan sampai terjebak dengan jebakan iblis.
Jangan sampai terjerumus dalam kesombongan kemudian menutupinya dengan mengatakan:
“Bukannya saya sombong.”
Jangan sampai juga seseorang terjerumus dalam riyā’ kemudian agar tidak terasa seperti riyā’ maka untuk menutupinya mengatakan:
“Bukannya saya riyā’.”
Atau, seseorang jangan sampai terjerumus dalam ghībah jebakan syaithān kemudian syaithān mengatakan:
“Berikanlah dia muqaddimah agar kau tidak dituduh ghībah, katakan saja 'Bukannya saya ghibah’.”
Kenyataannya orang-orang yang mengucapkan demikian seringnya terjerumus dalam sombong, terjerumus dalam riyā’, dan terjerumus dalam ghībah.
Namun, bukan berarti kita menuduh kalo ada yang mengatakan “Bukannya saya sombong” maka dia pasti sombong, tidak!
Kita bukan dalam rangka menuduh orang lain tetapi ini sebagai renungan bagi diri kita yang terkadang kita mengucapkan “Bukannya saya sombong” ternyata itu hanyalah muqaddimah untuk bersombong ria.
Terkadang kita mengatakan “Bukannya saya riyā’” ternyata itu hanyalah pengantar untuk mulai ber-riyā’ (melakukan hal-hal yang riyā’).
Dan terkadang kita mengatakan “Bukannya saya berghībah” tetapi ternyata itu adalah pengantar kita untuk ber ghībah ria.
Semoga, bukannya saya sombong, bukannya saya riyā’, saya hanya menyampaikan saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA