Nasihat Berharga Meraih Hidup Bahagia

Ikhwatu Iman Rahimakumullaah, Hidup bahagia adalah dambaan semua orang. Mereka akan berusaha meraihnya pada setiap sisi ruang dan waktu. Sebagian mereka benar-benar mendapatkannya, namun tidak sedikit yang terperdaya oleh rasa gelisah, putus asa, galau dan sedih hati, hingga pada akhirnya mereka akan merasa bahwa penderitaan sudah menjadi bagian dari hidupnya.
Hanya Allahlah yang mampu memberikan taufik dan pertolonganNya untuk menggapai semua kebaikan dan menolak semua mudharat. Hakikat kebahagiaan tersebut hanyalah karunia dari Allah. Kebahagiaan dalam Alqur’an diungkapkan dengan kata Sa’idun,
وَأَمَّا ٱلَّذِينَ سُعِدُواْ فَفِى ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ إِلَّا مَا شَآءَ رَبُّكَ ۖ عَطَآءً غَيْرَ مَجْذُوذٍۢ
(هود – 108)
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (Hud Ayat 108).
Selama beberapa pekan tim Mutiara Ar-Risalah akan menjelaskan Kitab sederhana berjudul Al-Wasa’il Mufidah Lilhayati AsSa’iidah yang dibuat penafsir terkemuka Syaikh Abdurrahman bin Nashir AsSa’di. Dalam edisi-edisi yang akan kita simak kami juga mengambil referensi dari Tafsir Qur’anul ‘adziim (Ibnu Katsir), Jalalayn dsb.

Ketenangan hati, kebahagiaan hidup dan hilangnya rasa gundah adalah impian setiap orang. Demgan kondisi batin seperti itulah kehidupan terasa damai, perasaan senang dan tentram akan dapat dicapai. Dan demi mendapatkan itu semua, ada beberapa faktor yang harus terpenuhi. Ada faktor diniyyah, faktor alami (ilmu yang ditetapkan Allah) & faktor amaliah (perbuatan). Ada sebagian orang yg sudah memenuhi sebagian besar dari faktor-faktor tersebut, shingga dapat hidup dengan baik & tenang, namun ada sbagian lagi yg sama sekali blm bisa memeuhi faktor-faktor trsebut, sehingga mereka hidup sengsara & tidak bahagia. Bahkan ada lagi yg setengah-setengah, hanya Allah yg mampu memberikan taufik & pertolonganNya untuk menggapai semua kebaikan dan menolak setiap mudarat.
Disini kami pun mengambil bab-bab yang sekiranya penting untuk dibahas dalam penjelasan kitab ini.
Bab I, Iman dan Amal Sholih
مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
(النحل - 97)
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl Ayat 97)
(Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa yang dimaksud adalah kehidupan di surga. Menurut pendapat yang lain dikatakan adalah kehidupan dunia, yaitu dengan mendapatkan rasa qana`ah atau menerima apa adanya atau ia mendapatkan rezeki yang halal (dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan).
Yakni dengan kebahagiaan di dunia, ketenteraman hatinya, ketenangan jiwanya, sikap qanaah (menerima apa adanya) atau mendapatkan rezeki yang halal dari arah yang tidak diduga-duga, dsb. Berdasarkan ayat ini, cara untuk memperoleh kebahagiaan atau ketenangan batin adalah dengan beriman (tentunya dengan memeluk Islam) dan beramal saleh atau mengerjakan ajaran-ajaran Islam. Bahkan, tidak hanya memperoleh kebahagiaan di dunia, di akhirat pun, Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan memberikan balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan, dengan memberikan surga yang penuh kenikmatan, yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di hati manusia.

Di dalam ayat ini, Allah memberitakan dan menjanjikan bagi orang yang dapat memadukan antara iman dan amal shalih untuk mendapatkan kehidupan yang baik pula di dunia & akhirat. Alasannya sudah jelas, karena orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang benar yang membuahkan amal shalih dan dapat memperbaiki kondisi hati, moral (tingkah lakunya) atau urusan keduniaan dan akhiratnya berarti dia sudah mempunyai pondasi yang kuat untuk menghadapi segala kemungkinan, baik yg mendatangkan kbahagiian dan ksenanganan maupun kemungkinan buruk yg dapat mendatangkn keguncangan, kesempitan dan kesedihan.
Kebahagiaan dan kesenangan mereka sambut dengan sepenuh hati, mensyukurinya dan memprgunakannya untuk hal-hal yg brmanfaat. Dan bila mereka berhasil mnerima & memprgunakannya dgn cara smacam itu, maka implikasinya adalah akan timbul hal2 besar lainnya yang merupakan kebaikan & keberkahan.
Ini merupakan janji dari Allah Ta’ala bagi orang yang mengerjakan amal shalih, yaitu amal yang mengikuti Kitab Allah Ta’ala (al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya, Muhammad, baik laki-laki maupun perempuan yang hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Amal yang diperintahkan itu telah disyari’atkan dari sisi Allah, yaitu Dia akan memberinya kehidupan yang baik di dunia dan akan memberikan balasan di akhirat kelak dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya. Kehidupan yang baik itu mencakup seluruh bentuk ketenangan, bagaimanapun wujudnya.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari `Abdullah bin `Umar, bahwa Rasulullah bersabda: “Sungguh beruntung orang yang berserah diri, yang diberi rizki dengan rasa cukup, dan diberikan perasaan cukup oleh Allah atas apa yang telah Dia berikan kepadanya.
Imam Ahmad juga meriwayatkan, dari `Anas bin Malik, dia bercerita, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mendhalimi suatu kebaikan seorang mukmin yang Dia berikan di dunia dan diberikan balasan atasnya di akhirat kelak. Sedangkan orang kafir, maka dia akan diberi makan di dunia karena berbagai kebaikannya di dunia sehingga apabila datang di alam akhirat, maka tiada satu pun kebaikan yang mendatangkan kebaikan baginya.” (HR. Muslim).
Kebahagiaan dan kesenangan yg disambut oleh mu'minin dan beramal shalih mlebihi kebahagiaan dan kesenangan yg pertama (ia dapatkan). ini sebagai akumulasi suka cita dan keinginan untuk mempertahankan keberadaan dan keberkahan nikmat tersebut, serta harapan untuk mmperoleh pahala syukur. Begitu pula dengan cobaan, kemudaratan, kesempitan & keruwetan hidup, baik yg mampu ia atasi, dpcahkan yg hanya dpt diminimalisir, dilakukan, dan mau tdk mau (harus dilakukan), maka hrus dia atasi dgn ksabaran.
Dan sebagai dampak dari akumulasi kemampuan menghadapi ujian plus cobaan dan kekuatan juga akumulasi dari kesabaran plus pengharapan terhadap pahala maka mereka akan mendapatkan hal-hal besar lainnya yg dengan hal-hal tersebut semua ujian dan cobaan apapun tidak akan terasa, bahkan akan berubah menjadi kesenangan dan harapan-harapan baik, serta keinginan untuk mendapatkan karunia dan pahala dari Allah. (bahasan dilanjut pekan depan).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA