"Pendidikan Akhlaq"


> Pengantar
Dalam ajaran Islam "Akhlaq" merupakan pendidikan yang sangat penting untuk dipelajari, diamalkan dan diajarkan karena memang ini adalah tujuan diutusnya Rasulullah saw.
Akhlaq merupakan pokok utama dan menjadi tolak ukur/barometer dalam keberagamaan Islam seseorang. Interaksi sosial (mu'amalah) dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari akhlaq.
Rasulullah saw adalah teladan dalam akhlaqnya yang mulia. Allah swt sudah menjelaskan bahwa beliau saw ada diatas akhlaq yang agung/mulia.
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berakhlaq yang agung (QS. al-Qalam [68] : 4).
Beliau pun mengajarkan do'a agar umatnya memiliki akhlaq yang mulia.
..... وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ
"Pimpinlah aku kepada akhlaq yang baik. Tidak ada yang memimpin kepada akhlaq yang baik melainkan Engkau. Palingkanlah diriku dari akhlaq yang buruk. Tidak ada yang memalingkan dariku akhlaq yang buruk melainkan Engkau" (Shahih Muslim no. 1848-1849).
Do'a ini di baca dalam "iftitah shalat". Menurut imam Muslim, secara khusus dibaca dalam shalat malam/tahajjud. Demikian halnya pendapat Ibn Hajar dalam kitab Bulughul-Maram. Akan tetapi bukan berarti terlarang membacanya dalam shalat wajib, sebab dalam riwayat Abu Dawud disebutkan Rasulullah saw membaca do'a ini dalam shalat wajib (Sunan Abi Dawud no. 761).
Rasulullah saw pun bersabda
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
"Bertaqwalah dimana saja kamu berada, susullah kejelekan dengan kebaikan niscaya akan menghapusnya, dan berinteraksilah dengan manusia dengan akhlaq yang baik" (Sunan at-Tirmidzi no. 1987 ; hadits hasan shahih).
Hadits ini semakna dengan potongan ayat dalam al-Qur`an
..... إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
....... "Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk" (Potongan QS. Hud [11] : 114).
> Hakikat Akhlaq
Hakikat akhlaq adalah 'sesuatu bentuk' yang berurat akar di dalam jiwa dan terlahir darinya perbuatan-perbuatan dalam keadaan refleks dan spontan tanpa melaluai pemikiran dan pertimbangan (Ihya` 'Ulumid-Din 3 : 52).
Beliau menjelaskan, jika 'Hai`ah' (sesuatu bentuk) tersebut melahirkan perbuatan-perbuatan yang terpuji, baik secara akal ataupun syara', maka disebutlah ia "khuluq hasan" (akhlaq terpuji). Sementara jika yang terlahir darinya perbuatan-perbuatan yang tercela, maka 'Hai`ah' itu pun disebut "khuluq sayyi`" (akhlaq tercela).
Jadi, Imam al-Ghazali melanjutkan, kalau ada seseorang mendonasikan hartanya tapi hanya sesekali saja, misalkan dikarenakan ada maksud-maksud tertentu, maka itu belum termasuk kategori "akhlaq terpuji", karena belum menjadi 'Hai`ah Rasikhah' ; sifat yang berurat akar dan tertancap kuat di dalam dirinya, yang dicirikan dengan keterbiasaan dia melakukan amal tersebut.
Demikian juga, jika ada seseorang yang mendonasikan hartanya atau mencoba menahan amarahnya, tapi itu dilakukan dengan susah payah oleh dirinya, maka itu pun belum masuk kategori "akhlaq". Karena akhlaq itu hanya melahirkan perbuatan-perbuatan yang refleks dan spontan, tanpa bersusah payah dan penuh pertimbangan (Ihya` 'Ulumid-Din 3 : 52).
> Pondasi-pondasi Akhlaq
Akhlaq mempunyai pondasi-pondasi yang akan membuatnya tegak dan lurus, yakni ; 1) hikmah, 2) syuja'ah, 3) 'iffah, & 4) 'adl.
1) Hikmah : yaitu menguatkan akhlaq dengan ilmu. Ilmu yang yakin berdasarkan wahyu ; bersumber dari al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah saw.
2) Syuja'ah : yaitu keberanian dan kekuatan mengamalkan ilmu yang bersumber dari al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah saw dengan berjihad di jalan Allah swt & mengendalikan hawa nafsu dengan kekuatan sehingga hati mampu tunduk hanya pada ilmu yang bersumber dari wahyu.
3) 'Iffah : yaitu menjaga kehormatan diri dari sifat-sifat tercela. Dalam konteks jihad di jalan Allah swt dengan cara menguatkan diri mengendalikan hawa nafsu untuk mengorbankan harta yang dimiliki dengan tidak membiasakan diri memiliki sifat "tangan di bawah" dan selalu berusaha memiliki sifat "tangan di atas".
4) Adil : yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Memposisiakan diri sebagai teladan yang baik (uswah hasanah) dalam bertutur kata dan bersikap sesuai ajaran Islam.
Ini semua sudah diisyaratkan oleh Allah swt di dalam al-Qur`an dan menjadi sifat-sifat orang-orang yang beriman.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah (al-Qur`an) dan Rasul-Nya (Sunnah), kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah; mereka itulah orang-orang yang benar keimanannya (QS. al-Hujurat [49] : 15).
Dengan keimanan kepada Allah & Rasulullah saw serta berjihad di jalan Allah swt menjadi buah akhlaq yang mulia sesuai tuntunan syari'at Islam yang sempurna sehingga menimbulkan sifat kasih sayang diantara sesama & bersikap tegas terhadap musuh Islam.
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (Potongan QS. al-Fath [48] : 29).
Ini menjadi isyarat bahwa akhlaq dapat ditempatkan sesuai posisinya tergantung pada orang yang dihadapi.
Syaikh al-'Utsaimin berkata bahwa akhlaq dalam interaksi sosial sehari-hari dapat diwujudkan dengan kejujuran, kesabaran, keridlaan, menghindarkan kejelekan, memangil dengan cara yang baik serta memperlihatkan wajah yang murah senyum.
Bersambung. In sya Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA