Belajarlah Al-Qur'an sebagaimana Al-Qur'an Turun dari Langit.

Oleh : al-Faqir Husna Hisaba Kholid.

Ini adalah catatan sederhana mengikat faidah ilmu setelah enam hari berlalu mengikuti Daurah Talaqqi al-Qur'an yang diselenggarakan oleh al-Jazari foundation di Masjid Darul Ihsan Telkom Gegerkalong. Sebelum membahas kitab at-Tamhid fi 'Ilmi at-Tajwid Karya al-Imam al-Muhaqqiq Ibnu al-Jazari Rahimahullah, Syaikh Hisyam Abdul Bari Muhammad Rajih al-Mishri Hafizhahullah membahas tentang mengapa kita mesti belajar al-Qur'an kepada seorang guru yang keilmuannya bersambung kepada Rasulullah saw. Beliau menyampaikan Al-Qur'an jangan disamakan dengan buku karya manusia biasa, ada cara khusus mempelajari al-Qur'an sebagaimana Rasulullah saw. menerima al-Qur'an dari langit. Beliau menjelaskan secara sederhana, "Belajarlah kalian al-Qur'an sebagaimana al-Qur'an itu turun kepada Rasulullah".

Ada beberapa dalil wajibnya kita mempelajari al-Qur'an sebagaimana AL-Qur'an itu turun.

Pertama, Rasulullah seorang yang paling fasih sekalipun diperintahkan  belajar al-Qur'an dengan Tartil dan belajar secara khusus bertalaqqi kepada Malaikat Jibril.

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (Q.S al-Muzammil : 4)

Jibril Membacakan al-Qur'an dan Rasulullah mendengar bacaan Jibril, ini yang disebut metode al-Musyafahah, guru membacakan dan murid secara langsung melihat dan mendengar bacaan gurunya. Kemudian Rasulullah menyetorkan bacaannya kepada Malaikat Jibril secara langsung.
Ini yang disebut metode al-'ard dimana seorang murid langsung membaca di depan seorang guru, agar seorang guru bisa secara langsung mengoreksi bacaan murid. Nabi yang telah fasih sekalipun diperintahkan oleh Allah membaca al-Qur'an dengan bacaan yang khusus sebagaimana jibril menerima al-Qur'an dari Allah 'azza wa Jalla.
ِ
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.

Syaikh Hisyam Mengatakan makna قرانه dalam ayat ini bentuk masdar
Sehingga maknanya ,"Kewajiban Kami untuk mengajarkan Kaifiat Membaca al-Qur'an".

Begitupula dalam surat Thaha ayat 114.

فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَىٰ إِلَيْكَ وَحْيُهُ ۖ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا

Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ”  (Q.SThaha : 114)

Dalam ayat ini Nabi saw. dilarang tergesa-gesa membaca al-Qur'an sebelum benar-benar ayatnya telah dibacakan kepada beliau dengan sempurna.

Kedua Ayat ini menunjukan bahwa bacaan al-Qur'an memiliki cara bacaan khusus sebagaimana Jibril mengajarkan bacaan al-Qur'an secara langsung kepada Rasulullah saw.

Kedua, Para sahabat tidak diberi keringanan untuk mempelajari al-Qur'an dengan cara sendiri. Padahal al-Qur'an itu turun ketika bahasa arab berada di puncak kefasihan dan kejayaanya di masa itu. Dalam Hadis Riwayat Ahmad, dengan derajat Hasan. Ali Radhiyallahu 'anhu mengatakan.

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَقْرَءُوا كَمَا عُلِّمْتُمْ.

"Sungguh Rasulullah saw memerintahkan kalian membaca (al-Qur'an) sebagaimana kalian diajarkan"

Kedisiplinan Para sahabat dalam bacaan al-Qur'an inipun terlihat, dalam riwayat al-Bukhari ketika Umar shalat dibelakang Hisyam Ibnu Hakim Ibnu Hizam dan mendengar bahwa bacaan surat al-Furqan yang dibaca Hisyam berbeda dengan bacaan yang diajarkan kepada Umar. Umar pun marah dan membawa Hisyam untuk mengadukan bacaan Hisyam kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. Meminta Hisyam membacanya kembali. Setelah Rasulullah mendengar bacaan Hisyam kemudian beliau bersabda.

هَكَذَا أُنْزِلَتْ، إِنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، فَاقْرَءُوا مِنْهُ مَا تَيَسَّرَ ".

Seperti itulah al-Qur'an diturunkan. Sungguh al-Qur'an itu diturunkan dengan tujuh Huruf. Bacalah oleh kalian yang mudah dari al-Qur'an" (H.R al-bukhari)

Umar dalam riwayat ini benar-benar menganggap serius dan mengingkari dengan keras ketika ada seseorang membaca al-Qur'an berbeda dengan bacaan yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Bayangkan andaikan kita yang membaca itu di belakang Umar?. "Bacalah kalian al-Qur'an dengan benar jika tidak Umar marah dan memulul kalian", Ungkap Syaikh Hisyam.

Ketiga, Para Tabi'in pun tidak diberi keringanan sedikitpun untuk belajar al-Qur'an dengan cara sendiri. Dikisahkan 'Abdullah bin mas'ud mengajarkan al-Qur'an kepada seseorang bacaan al-Qur'an kemudian orang tersebut membaca. الفقراء dengan tidak memanjangkan dengan semestinya dalam surat at-taubah ayat 60.

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ....

'Abdullah bin Mas'ud pun menegurnya untuk memanjangkan huruf ق dalam kata الفقراء dalam ayat ini. Beliau kemudian menuturkan bahwa seperti itulah Rasulullah dahulu mengajarkan bacaannya. 

Inilah dalil-dalil yang begitu jelas yang mewajibkan kita semua untuk belajar membaca al-Qur'an sebagaimana al-Qur'an itu turun dari langit kepada Rasulullah saw. Semoga Allah hadirkan guru-guru terbaik untuk kita semua dalam bacaan al-Qur'an kita. Wallahu A'lam Bisshawwab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA