Sifat 1: Tawadhu[1]


📚 Penjelasan Makna dan sifat-sifat Ibadurrahman

📖

▶️ Pengertian

Dalam Islam, orang yang pertama kali memperkenalkan sifat tawadhu’ adalah Nabi Muhammad. Dengan ketinggian akhlak beliau, maka mula-mula para shahabat mencontoh perilaku serta sifat-sifat beliau yang salah satu sifatnya adalah sifat tawadhu’ . Sifat tawadhu’ adalah salah satu cara untuk membersihkan jiwa. Karena lawan dari sombong/ tinggi hati adalah tawadhu’/ rendah hati.

Sikap tawadhu’ sangat erat kaitannya dengan sifat ikhlas. Rangkuman keikhlasan seorang hamba ada pada ketawadhu’ annya. Orang yang mampu bersikap tawadhu’ berarti keikhlasan telah bersarang di hatinya. Bedanya, ketawadhu’ an lebih bersifat horizontal.

Tawadhu’ banyak berhubungan dengan manusia secara sosial. Sedangkan Ikhlas, lebih bersifat vertikal, langsung kepada Allah,
tawadhu’ bukan berarti menghinakan diri. Tapi
tawadhu’ adalah bentuk penghambaan kepada Tuhan yang sesungguhnya. Tawadhu’ juga sering disebut sebagai obat dari sifat sombong. Karena dengan mencabut sifat sombong, maka akan timbul sifat rendah hati/ tawadhu’ .

Secara Etimologi Arab kata, tawadhu’ berasal dari kata ( ﺗﻮﺍﺿﻊ - ﻳﺘﻮﺍﺿﻊ ) yang mempunyai arti (merendahkan diri, rendah hati). Selain itu ada kata lain ( ﻭﺿﻊ) yang artinya “tempat, letaknya”. (Mahmud Yunus, 1992: 105).

Tawadhu’ secara Terminologi Menurut Al-Ghozali (1995:350). Tawadhu’ adalah mengeluarkan kedudukanmu atau kita dan menganggap orang lain lebih utama dari pada kita. Pada hakekatnya tawadhu’ itu adalah “sesuatu yang timbul karena melihat kebesaran Allah, dan terbukanya sifat-sifat Allah.” (Ahmad Athoillah, 2006: 448).
 Tawadhu adalah kerendahan hati yang tidak menilai dirinya lebih baik dari orang lain dan tuntutannya adalah perilaku dan ucapan hormat kepada orang lain. (Mulla Ahmad Naraqi, Mi’rajus Saadah, halaman 300).
Ibnu Quddamah rahimahullah mengatakan dalam pembahasannya tentang Tawadhu’: ‘Ketahuilah, sesungguhnya makhluk ini sama seperti makhluk lainnya, mempunyai dua sisi dan  pertengahan: maka sisinya yang cenderung berlebihan dinamakan sombong, dan sisi lainnya yang cenderung kepada kekurangan dan kerendahan disebut kehinaan, dan pertengahan dinamakan Tawadhu’ –dan itulah yang terpuji- yaitu merendahkan diri tanpa menghinakan diri… ‘

Ibnu Qoyyim dalam kitab Madarijus Salikin berkata: “Barangsiapa yang angkuh untuk tunduk kepada kebenaran walaupun datang dari anak kecil atau orang yang dimarahinya atau yang dimusuhinya, maka kesombongan orang tersebut hanyalah kesombongan kepada Alloh karena Alloh adalah Al-Haq (benar); kalam-nya benar, agamanya-Nya benar. Kebenaran datangnya dari Alloh dan kepada-Nya akan kembali. Barangsiapa menyombongkan diri untuk menerima kebenaran berarti dia menolak segala yang datang dari Alloh dan menyombongkan diri di hadapan-Nya.”
ﻣﺸﺘﻖ ﻣﻦ ﺍﻟﻀﻌﺔ ﺑﻜﺴﺮ ﺃﻭﻟﻪ ﻭﻫﻲ ﺍﻟﻬﻮﺍﻥ , ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﺎﻟﺘﻮﺍﺿﻊ ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺍﻟﺘﻨﺰﻝ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺮﺗﺒﺔ ﻟﻤﻦ ﻳﺮﺍﺩ ﺗﻌﻈﻴﻤﻪ , ﻭﻗﻴﻞ ﻫﻮ ﺗﻌﻈﻴﻢ ﻣﻦ ﻓﻮﻗﻪ ﻟﻔﻀﻠﻪ .
Arti kata Tawadhu’ dari segi bahasa sama dengan makna kata al-hawaan yang artinya, malu atau merasa rendah hati.  Sedangkan secara istilah adalah menampakkan kerendahan martabat diri pada orang yang dianggap lebih mulia. Ada juga yang mengartikan Tawadhu’ adalah memuliakan seseorang yang lebih utama darinya.

bersambung-

📲 risalah12.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA