Kisah Ash-Haabul Ukhdud

Kisah Ash-Haabul Ukhdud yang diabadaikan oleh Alloh Azza wa Jalla dalam QS. Al-Buruj...
Kisah ini juga diabadikan oleh Allah dalam surat Al-Buruj. Ibnu Abbas r.a berkata “Kisah ini terjadi 70 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad Saw.”
Ada banyak ‘ibrah yang dapat kita petik dari kisah tersebut, di antaranya adalah keteguhan seorang pemuda dalam mempertahankan aqidahnya. Sang penguasa boleh membawa pemuda tersebut ke tempat paling mengerikan di dunia ini, namun mereka tidak akan mampu membawanya ke tempat yang di sana tidak ada Allah Swt. Penderitaan yang sangat berat hingga mengundang kematian tak mampu memisahkan keimanan dari hati sang pemuda.
Sunnatullah akan selalu terulang hingga hari kiamat. Siapa yang meniti jalan menuju syurga, maka ada konsekwensi khusus yang harus diterimanya. Seperti yang difirmankan Allah Swt: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqoroh: 214)
Demikian pula orang-orang yang memilih jalan kebatilan. Mereka akan diberi kekuasaan di muka bumi, bersuka ria dan tertawa-tawa karna keberhasilannya mengalahkan orang-orang beriman. Namun seperti para pendahulunya, Kekuasaan mereka hanya ada di dunia sedangkan kematian selalu mengintai di belakangnya. Jika manusia-manusia zalim itu tidak bertobat sampai ajal menjemput, maka mereka akan disiksa di neraka jahannam kekal selama-lamanya. [Sumber: azam/islampos]
عَنْ صُهَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّي قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَيَّ غُلَامًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلَامًا يُعَلِّمُهُ فَكَانَ فِي طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلَامَهُ فَأَعْجَبَهُ فَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ حَبَسَنِي أَهْلِي وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ حَبَسَنِي السَّاحِرُ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَدْ حَبَسَتْ النَّاسَ فَقَالَ الْيَوْمَ أَعْلَمُ آلسَّاحِرُ أَفْضَلُ أَمْ الرَّاهِبُ أَفْضَلُ فَأَخَذَ حَجَرًا فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ الدَّابَّةَ حَتَّى يَمْضِيَ النَّاسُ فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى النَّاسُ فَأَتَى الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ الرَّاهِبُ أَيْ بُنَيَّ أَنْتَ الْيَوْمَ أَفْضَلُ مِنِّي قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا أَرَى وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى فَإِنْ ابْتُلِيتَ فَلَا تَدُلَّ عَلَيَّ وَكَانَ الْغُلَامُ يُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَيُدَاوِي النَّاسَ مِنْ سَائِرِ الْأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِيَ فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَاهُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ أَنْتَ شَفَيْتَنِي فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ فَآمَنَ بِاللَّهِ فَشَفَاهُ اللَّهُ فَأَتَى الْمَلِكَ فَجَلَسَ إِلَيْهِ كَمَا كَانَ يَجْلِسُ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ قَالَ رَبِّي قَالَ وَلَكَ رَبٌّ غَيْرِي قَالَ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الْغُلَامِ فَجِيءَ بِالْغُلَامِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ أَيْ بُنَيَّ قَدْ بَلَغَ مِنْ سِحْرِكَ مَا تُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ فَقَالَ إِنِّي لَا أَشْفِي أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِي اللَّهُ فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الرَّاهِبِ فَجِيءَ بِالرَّاهِبِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِجَلِيسِ الْمَلِكِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِي مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِيءَ بِالْغُلَامِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ فَأَبَى فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى جَبَلِ كَذَا وَكَذَا فَاصْعَدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَإِذَا بَلَغْتُمْ ذُرْوَتَهُ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاطْرَحُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَرَجَفَ بِهِمْ الْجَبَلُ فَسَقَطُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ فَاحْمِلُوهُ فِي قُرْقُورٍ فَتَوَسَّطُوا بِهِ الْبَحْرَ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلَّا فَاقْذِفُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ فَانْكَفَأَتْ بِهِمْ السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا وَجَاءَ يَمْشِي إِلَى الْمَلِكِ
فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِي حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِي عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِي ثُمَّ ضَعْ السَّهْمَ فِي كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ ثُمَّ ارْمِنِي فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتَنِي فَجَمَعَ النَّاسَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِهِ ثُمَّ وَضَعَ السَّهْمَ فِي كَبْدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلَامِ ثُمَّ رَمَاهُ فَوَقَعَ السَّهْمُ فِي صُدْغِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِي صُدْغِهِ فِي مَوْضِعِ السَّهْمِ فَمَاتَ فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلَامِ فَأُتِيَ الْمَلِكُ فَقِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ مَا كُنْتَ تَحْذَرُ قَدْ وَاللَّهِ نَزَلَ بِكَ حَذَرُكَ قَدْ آمَنَ النَّاسُ فَأَمَرَ بِالْأُخْدُودِ فِي أَفْوَاهِ السِّكَكِ فَخُدَّتْ وَأَضْرَمَ النِّيرَانَ وَقَالَ مَنْ لَمْ يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ فَأَحْمُوهُ فِيهَا أَوْ قِيلَ لَهُ اقْتَحِمْ فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءَتْ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا صَبِيٌّ لَهَا فَتَقَاعَسَتْ أَنْ تَقَعَ فِيهَا فَقَالَ لَهَا الْغُلَامُ يَا أُمَّهْ اصْبِرِي فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ.
2102- Dari Shuhaib RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda, "Pada zaman dahulu ada seorang raja yang berkuasa dan memiliki seorang peramal/tukang sihir. Ketika peramal itu sudah berusia lanjut, maka ia berkata kepada raja, 'Wahai tuan raja, sesungguhnya saya ini sudah tua. Oleh karena itu, tugaskanlah seorang anak muda untuk berguru kepada saya, hingga saya dapat menurunkan dan mengajarkan ilmu sihir kepadanya.' Kemudian raja tersebut menugaskan seorang anak muda untuk belajar ilmu sihir dan ilmu ramal kepada peramal tua itu. Dalam perjalanan menuju rumah kediaman sang peramal tua itu, anak muda tersebut melewati seorang rahib. Lalu anak muda itu mencoba untuk mendekati dan mendengarkan ajaran yang disampaikan oleh rahib itu. Tak diduga sebelumnya, ternyata ajarannya itu menarik perhatian sang anak muda. Setiap kali anak muda itu berangkat ke rumah peramal tua, maka ia sempatkan dirinya untuk singgah terlebih dahulu ke rumah rahib tersebut. Sesampainya di rumah sang peramal/tukang sihir, anak muda itu langsung dipukul oleh peramal tua. Kemudian anak muda itu mengadukan hal tersebut kepada sang rahib yang bijaksana. Lalu rahib itu berkata, "Hai anak muda, apabila kamu takut dimarahi oleh tukang ramal/sihir itu, maka katakanlah kepadanya, 'Saya terlambat karena adanya halangan dari keluarga saya.' Dan sebaliknya, apabila kamu takut dimarahi oleh keluargamu, maka katakanlah kepada mereka, 'Saya terlambat karena tukang sihir itu telah menahan saya." Ketika dalam perjalanan pulang, anak muda itu menjumpai seekor hewan besar yang menghalangi lalu lintas orang banyak. Lalu anak muda itu berkata, "Sekarang saya ingin mengetahui siapakah yang lebih hebat, tukang sihir ataukah rahib itu?" Kemudian ia mengambil sebuah batu sambil berkata, "Ya Allah, apabila ajaran rahib itu lebih Engkau sukai daripada ajaran tukang sihir istana, maka bunuhlah binatang besar itu hingga orang-orang dapat lewat seperti biasa!" Lalu ia lempar binatang besar itu dengan batu hingga mati dan orang-orang pun dapat lewat jalan tersebut seperti biasanya. Setelah itu, anak muda itu pergi menemui sang rahib sambil menceritakan peristiwa yang telah terjadi pada dirinya. Mendengar ceritanya, sang rahib pun berkata, "Hai anakku, sekarang kamu lebih hebat daripadaku. Kemampuanmu sekarang telah melebihi kemampuanku. Kamu pasti akan diuji. Dan nanti, jika kamu diuji, maka janganlah kamu menyebut-nyebut namaku!" Sekarang anak muda itu telah mampu menyembuhkan orang yang buta sejak lahir, penderita kusta, dan berbagai penyakit lainnya. Kebetulan salah seorang teman dekat raja yang buta mendengar berita itu. Lalu ia pergi untuk berobat kepadanya sambil membawa berbagai hadiah untuk anak muda tersebut. Teman dekat raja yang buta itu berkata, "Hai anak muda, ketahuilah bahwa segala hadiah yang aku bawa ini sengaja aku berikan kepadamu jika kamu dapat menyembuhkan penyakitku." Anak muda itu dengan lembut menjawab, "Wahai tuanku, sebenarnya saya ini tidak dapat menyembuhkan seseorang, tetapi hanya Allah lah yang dapat menyembuhkannya. Oleh karena itu, jika tuan mau beriman kepada Allah, maka saya pun akan memohonkan kepada Allah demi kesembuhan penyakit tuan." Kemudian teman raja itu pun beriman kepada Allah dan ia dapat sembuh dari penyakitnya." Setelah itu, teman dekat raja tersebut datang berkunjung kepada raja di istana. Lalu ia duduk di dekat raja sebagaimana biasanya. Karena heran dengan perubahan yang terjadi pada diri teman dekatnya ini, raja pun bertanya, "Wahai temanku, siapakah yang menyembuhkan penglihatanmu?" Tanpa ragu-ragu lagi, teman raja itu menjawab, "Tuhanku lah yang telah menyembuhkannya." Raja bertanya lagi, "Apakah kamu mempunyai tuhan selain aku?" Teman raja itu menjawab dengan mantap, "Ketahuilah bahwasanya Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." Akhirnya raja memerintahkan para anak buahnya untuk menangkap dan menyiksa teman dekatnya itu di penjara hingga ia menyebut-nyebut nama anak muda itu. Tak lama kemudian, anak muda tersebut datang dan raja langsung menginterogasinya, "Hai anak muda, aku dengar ilmu sihirmu telah mencapai tingkat tinggi hingga kamu dapat menyembuhkan orang yang menderita buta sejak lahir, penderita kusta, dan penyakit berat lainnya." Anak muda itu menjawab, "Wahai tuan raja, sebenarnya saya tidak dapat menyembuhkan penyakit siapapun, tetapi hanya Allahlah yang dapat menyembuhkannya." Akhirnya anak muda itu ditangkap dan disiksa terus- menerus hingga ia menyebut nama rahib tersebut. Lalu rahib tersebut digiring ke istana raja dan dikatakan kepadanya, "Hai rahib, keluarlah dari agamamu!" Ternyata rahib itu menolak seruan tersebut hingga membuat raja murka dan mengancamnya dengan meletakkan gergaji besi pada bagian tengah kepala rahib. Lalu digergajinya kepala rahib tersebut hingga terbelah menjadi dua. Setelah itu, teman dekat raja yang telah beriman kepada Allah digiring pula ke istana dan dikatakan kepadanya, "Hai temanku, keluarlah kamu dari agamamu!" Ternyata teman dekat raja itu menolak hingga membuat raja murka dan mengancamnya dengan meletakkan gergaji besi pada bagian tengah kepalanya —sebagaimana yang telah dilakukan pada sang rahib. Lalu digergajinya teman dekat raja itu hingga terbelah menjadi dua. Akhirnya anak muda yang beriman itu digiring ke istana serta dikatakan kepadanya, "Keluarlah dari agamamu!" Namun anak muda yang beriman itu tetap menolak. Lalu raja menyerahkan anak muda itu kepada beberapa orang hulu balangnya sambil berkata, "Hai para hulu balang, bawalah anak muda ini ke sebuah gunung! Setelah itu, bawalah ia ke atas puncak gunung! Apabila kalian telah sampai di atas puncaknya dan ia mau keluar dari agamanya, maka lepaskanlah ia! Tetapi sebaliknya, apabila ia menolak untuk keluar dari agamanya, maka lemparkanlah ia!" Lalu para hulu balang kerajaan bersama-sama membawa anak muda tersebut ke atas puncak gunung yang telah disebutkan raja. Kemudian anak muda itu berdoa dan memohon kepada Allah, "Ya Allah, lindungilah hamba-Mu dari kejahatan musuh-musuh-Mu ini!" Tak lama kemudian, tanpa diduga-duga sebelumnya, tiba-tiba gunung tersebut berguncang dengan hebat hingga para hulu balang kerajaan berjatuhan, kecuali anak muda yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Setelah itu, anak muda yang beriman tersebut pulang ke istana untuk menemui raja. Raja bertanya kepadanya, "Kemana para hulu balangku? Dan apa yang telah terjadi pada diri mereka?" Anak muda yang beriman itu menjawab, "Sesungguhnya Allah telah melindungiku dari kejahatan mereka." Kemudian raja menyerahkan anak muda tersebut kepada beberapa hulu balang kerajaan yang lainnya seraya berkata, "Hai para hulu balangku, bawalah anak muda ini dengan perahu ke tengah laut. Apabila ia bersedia keluar dari agamanya, maka lepaskanlah ia. Tetapi sebaliknya, apabila ia tetap pada keyakinannya, maka lemparkanlah ia ke tengah laut!" Lalu para hulu balang kerajaan membawa anak muda itu ke tengah laut. Seperti biasa, anak muda itu berdoa kepada Allah, "Ya Allah, lindungilah hamba-Mu ini dari kejahatan musuh-musuh-Mu?" Akhirnya perahu tersebut melemparkan mereka ke tengah laut hingga tenggelam ke dalamnya. Setelah itu, anak muda tersebut pulang menemui raja. Lalu raja pun bertanya, "Kemana para hulu balangku? Apa yang telah terjadi pada diri mereka?" Anak muda yang beriman itu menjawab, "Sesungguhnya Allah telah menyelamatkanku dari kejahatan mereka." Selanjutnya anak muda itu berkata, "Hai tuan raja, ketahuilah bahwasanya tuan raja tidak akan dapat membunuh saya kecuali tuan raja bersedia melakukan apa yang saya perintahkan." Raja bertanya, "Apa itu?" Anak muda itu berkata, "Kumpulkan seluruh rakyat di suatu tempat yang tinggi dan setelah itu saliblah saya pada sebuah batang pohon. Kemudian, ambil anak panah dari tempat anak panah saya dan pasanglah pada busur panah. Setelah itu ucapkanlah, 'Dengan nama Allah, Tuhan anak muda ini, 'barulah bidik saya!' Apabila tuan raja bersedia melaksanakan apa yang telah saya sebutkan tadi, maka tuan pasti dapat membunuh saya!' Akhirnya raja memerintahkan seluruh rakyatnya untuk berkumpul di suatu tempat yang tinggi. Kemudian ia memerintahkan para hulu balangnya untuk menyalib anak muda itu pada sebuah batang pohon. Lalu ia mengambil anak panah dari tempat anak panah milik anak muda itu dan meletakkannya pada busurnya. Setelah itu ia berkata, "Dengan nama Allah, Tuhan anak muda ini." Lalu raja mulai membidik anak muda itu dengan panahnya hingga menancap pada pelipisnya. Maka anak muda yang beriman itu meletakkan tangannya pada pelipisnya yang terkena panah dan setelah itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Melihat adegan tersebut, secara serentak rakyat banyak pun berseru, "Kami beriman kepada Tuhan anak muda itu! Kami beriman kepada anak muda itu! Kami beriman kepada Tuhan anak muda itu!" Seseorang datang kepada raja sambil berkata, "Wahai tuan raja, sekarang tuan dapat melihat sendiri apa yang selama ini tuan raja khawatirkan. Sebenarnya, apa yang dulu tuan raja khawatirkan sekarang telah terjadi. Rakyat banyak telah beriman." Lalu raja memerintahkan para hulu balangnya untuk membuat parit-parit besar di pintu jalan masuk kota. Setelah itu, dinyalakanlah api unggun di dalam parit tersebut. Raja berkata, "Barang siapa tidak mau keluar dari agamanya, maka lemparkanlah ia ke dalam parit tersebut!" Para hulu balang raja mulai melaksanakan tugasnya dengan melemparkan orang-orang yang beriman ke dalam parit tersebut hingga tibalah giliran seorang perempuan yang menggendong bayinya yang masih kecil. Sepertinya sang ibu ragu untuk masuk ke dalam parit api itu, tetapi sang bayi berkata, "Wahai ibu, tabahkanlah hatimu! Karena, sesungguhnya, ibu berada dalam kebenaran." {Muslim 8/229-231}

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA