Keilmuan tanpa diiringi kebersihan hati

Harus direnungkan, khususnya bagi orang-orang yang mengisi majelis ta‘lim, mengisi kajian kitab, pengajar ilmu, para da‘i, ulama dan sejenisnya. Diantara penyakit yang lihai menjangkit:
ينفقه للرياء، ويحاج للمراء، ومناظرته في العلم تكسبه المأثم، مراده في مناظرته أن يعرف بالبلاغة، ومراده أن يخطئ مناطرته
Mengamalkan ilmunya cenderung mencari muka (riya’), berargumentasi supaya terlihat ahli. Berdiskusi atau debat keilmuan dengannya justru membuahkan dosa. Ia berargumentasi dengan maksud agar terlihat piawai menggunakan kata-kata dan untuk menyudutkan kesalahan lawan bicaranya
ينطق بالحكمة فيظن أنه من أهلها، ولا يخاف عظم الحجة عليه لتركه استعمالها
Bertutur kata dengan bijak agar ia disangka sebagai ahli hikmah/nasihat. Ia tak khawatir besarnya tanggungjawab ucapannya karena ia tak mengamalkannya
إن سئل عما لا يعلم أنف أن يقول: لا أعلم
Jika ditanya masalah yang ia belum pahami, ia segan menjawab “saya tidak tahu”
ثم علم أنه أخطأ أنف أن يرجع عن خطئه، فيثبت بنصر الخطاء؛ لئلا تسقط رتبته عند المخلوقين
Jika tahu dirinya salah, ia enggan menarik pendapatnya bahkan dipertahankan dengan berbagai dalih, agar pamornya tidak jatuh di mata orang banyak (apalagi fansnya)
Itu diantara petuah-petuah Muhammad bin Husain bin ‘Abdillah al-Ajurri (w. 360 H), penulis berbagai kitab: asy-Syari‘ah fis Sunnah, Akhlaq Ahlil Qur‘an, ar-Ru‘yah, al-Ghuraba’, ats-Tsamanin, al-Arba‘in, dan yang lain. Beliau pakar hadits yang menuntut ilmu di Baghdad dan menjadi teladan di al-Haram al-Syarif pada zamannya.
Ingat dan amalkan selalu peringatan Allah Subhanahu wa Ta'ala:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ
(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, (QS. Asy-Syu'ara': 88)
اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat (QS. Asy-Syu'ara': 89)
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala menfirmankan tanda ulama sejati:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
Sesungguhnya hamba-hambaNya yang takut kepada Allah hanyalah para ulama (bagian QS. Al-Fathir: 28)
Keilmuan tanpa diiringi kebersihan hati dan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, bisa jadi hanya menghasilkan kepuasan intelektual. Bertumpuk kitab (buku) yang telah dibaca tapi kurang bahkan tidak menghasilkan perubahan ruhaniah dan tentu jauh dari keberkahan. Na'udzu billah min dzalik
Disadur: kitab Akhlaqul ‘Ulama' karya al-Ajurri, cet. 1 (Damaskus: Darul Qalam,1422 H/2001 M), halaman 93-94

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA