Bersyukur di hari Tasyriq

**
Salah satu bentuk kesempurnaan dalam mensyukuri nikmat adalah menggunakan nikmat tersebut sebagai media untuk membantu melakukan ketaatan dan tidak menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah ta’ala. Termaktub dalam hadits,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرٍ لِلَّهِ
_“Hari Tasyriq adalah hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah ta’ala”._ [HR. Muslim: 1141].
Pada hadits tersebut terdapat isyarat bahwa makan dan minum di hari raya dilakukan dalam rangka untuk membantu hamba berdzikir dan melakukan ketaatan kepada Allah ta’ala. Hal itu merupakan kesempurnaan dalam mensyukuri nikmat, yaitu dengan menggunakannya untuk membantu melakukan ketaatan. Allah ta’ala dalam al-Quran telah memerintahkan untuk mengonsumsi makanan yang baik dan mensyukuri hal itu. Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
_“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”._ [al-Baqarah: 172].
Setiap orang yang menggunakan nikmat yang diberikan Allah untuk bermasksiat, sungguh dia telah mengkufuri nikmat Allah, menggantinya dengan kekufuran, dan sangat layak nikmat tersebut dicabut dari dirinya [Lathaif al-Ma’arif hlm. 291 dengan sedikit penambahan].
═══ ¤❁✿❁¤ ═══

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA