Kisah Nabi Adam (22)


📚 Materi Shahih Kisah Para Nabi


📖

"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)

Tidak benar apa yang disebutkan oleh kitab-kitab kaum Yahudi bahwa Hawa menggoda Nabi Adam yang karenanya ia bertanggung jawab terhadap pemakanan buah itu. Nas Al-Qur'an tidak menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Demikianlah setan disalahkan dan Nabi Adam juga disalahkan karena kesombongan. Salah seorang dari mereka menghina manusia, dan yang lain ingin menjadi tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.

Belum selesai Nabi Adam memakan buah tersebut sehingga ia merasakan penderitaan, kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitamya dan berhentilah suara indah yang memancar dari dalam dirinya. Ia mengetahui bahwa ia tak berbusana, demikian juga istrinya. Akhirnya, ia mengetahui bahwa ia seorang lelaki dan bahwa istrinya seorang wanita. Ia dan istrinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun dari surga.

Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi. Mereka keluar dari surga. Nabi Adam dalam keadaan sedih sementara Hawa tidak henti-hentinya menangis. Karena ketulusan taubat mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan Allah memberitahukan kepada mereka bahwa bumi adalah tempat mereka yang asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan.

Allah berfirman:

"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. " (QS. al-A'raf: 25)

Beberapa orang percaya bahwa alasan mengapa manusia tidak tinggal di surga adalah bahwa Adam tidak taat dan bahwa jika bukan karena dosa ini, kita bisa berada di sana sepanjang masa. Ini adalah fiksi naif karena ketika Allah ingin menciptakan Adam, Dia berkata kepada para malaikat, "Aku akan membuat khalifah di muka bumi." Dia tidak mengatakan, "Aku akan membuat khalifah di surga."
Turunnya Adam ke bumi, oleh karena itu, bukan karena degradasi melainkan turun secara bermartabat. Allah mengetahui bahwa Adam dan Hawa akan makan dari pohon tersebut dan turun ke bumi. Ia tahu bahwa setan akan memanfaatkan kepolosan mereka. Pengalaman itu sangat penting bagi kehidupan mereka di bumi, itu adalah landasan kekhalifahan mereka. Hal itu dimaksudkan untuk mengajarkan Adam, Hawa, dan keturunan mereka bahwa itu adalah setan yang menyebabkan mereka diusir dari surga dan bahwa jalan ke surga hanya dapat dicapai dengan ketaatan kepada Allah dan permusuhan kepada Setan.
Bisakah dikatakan bahwa Adam dan seluruh umat manusia ditakdirkan untuk berdosa dan harus diusir dari surga dan dikirim ke bumi? Bahkan, fiksi ini naif seperti yang pertama.
Adam berkehendak secara bebas, dan ia menanggung konsekuensi dari perbuatannya. Ia tidak taat dengan mwmakan dari pohon terlarang, maka Allah mengusirnya dari surga. Ketidaktaatannya tidak meniadakan kebebasan. Sebaliknya itu adalah konsekuensi dari itu.
Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa Allah mengetahui apa yang akan terjadi, karena Dia selalu tahu hasil dari suatu peristiwa sebelum terjadi. Namun Allah tidak memaksa hal-hal tersebut terjadi. Dia memberikan kehendak bebas kepada makhluk-Nya sebagai manusia. Untuk itu Dia mendasarkan kebijaksanaan tertinggi-Nya dalam mengisi bumi, pembentukan khalifah, dan sebagainya.
Adam mengerti pelajarannya ketiganya. Sekarang dalam cara yang praktis ia tahu bahwa iblis adalah musuhnya, penyebabnya kehilangan karunia hidup di surga, dan penyebab penderitaannya. Adam juga memahami bahwa Allah menghukum ketidaktaatan dan jalan menuju surga harus melalui kepatuhan kepada kehendak Allah. Dan dia belajar dari Allah SWT untuk meminta maaf.
Allah menerima tobat Adam dan memaafkannya. Dia kemudian mengirimnya ke bumi sebagai utusan-Nya yang pertama.

Sumber:
📕 Kisah Para Nabi, Ustadz Dadan Ahmad Ramdhan
dan Kisah Nabi Adam, Ibnu Katsir Rahimahumallah Nabi Adam (22)

"Dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia." (QS. Thaha: 121)

Tidak benar apa yang disebutkan oleh kitab-kitab kaum Yahudi bahwa Hawa menggoda Nabi Adam yang karenanya ia bertanggung jawab terhadap pemakanan buah itu. Nas Al-Qur'an tidak menyebut Hawa, namun ia menyebut Nabi Adam sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Demikianlah setan disalahkan dan Nabi Adam juga disalahkan karena kesombongan. Salah seorang dari mereka menghina manusia, dan yang lain ingin menjadi tandingan bagi Allah SWT dalam hal kekekalan.

Belum selesai Nabi Adam memakan buah tersebut sehingga ia merasakan penderitaan, kesedihan, dan rasa malu. Berubahlah keadaan di sekitamya dan berhentilah suara indah yang memancar dari dalam dirinya. Ia mengetahui bahwa ia tak berbusana, demikian juga istrinya. Akhirnya, ia mengetahui bahwa ia seorang lelaki dan bahwa istrinya seorang wanita. Ia dan istrinya mulai memetik daun-daun pohon untuk menutup tubuh mereka yang terbuka. Kemudian Allah SWT mengeluarkan perintah agar mereka turun dari surga.

Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi. Mereka keluar dari surga. Nabi Adam dalam keadaan sedih sementara Hawa tidak henti-hentinya menangis. Karena ketulusan taubat mereka, akhirnya Allah SWT menerima taubat mereka dan Allah memberitahukan kepada mereka bahwa bumi adalah tempat mereka yang asli, di mana mereka akan hidup di dalamnya, mati di atasnya, dan akan dibangkitkan darinya pada hari kebangkitan.

Allah berfirman:

"Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. " (QS. al-A'raf: 25)

Beberapa orang percaya bahwa alasan mengapa manusia tidak tinggal di surga adalah bahwa Adam tidak taat dan bahwa jika bukan karena dosa ini, kita bisa berada di sana sepanjang masa. Ini adalah fiksi naif karena ketika Allah ingin menciptakan Adam, Dia berkata kepada para malaikat, "Aku akan membuat khalifah di muka bumi." Dia tidak mengatakan, "Aku akan membuat khalifah di surga."
Turunnya Adam ke bumi, oleh karena itu, bukan karena degradasi melainkan turun secara bermartabat. Allah mengetahui bahwa Adam dan Hawa akan makan dari pohon tersebut dan turun ke bumi. Ia tahu bahwa setan akan memanfaatkan kepolosan mereka. Pengalaman itu sangat penting bagi kehidupan mereka di bumi, itu adalah landasan kekhalifahan mereka. Hal itu dimaksudkan untuk mengajarkan Adam, Hawa, dan keturunan mereka bahwa itu adalah setan yang menyebabkan mereka diusir dari surga dan bahwa jalan ke surga hanya dapat dicapai dengan ketaatan kepada Allah dan permusuhan kepada Setan.
Bisakah dikatakan bahwa Adam dan seluruh umat manusia ditakdirkan untuk berdosa dan harus diusir dari surga dan dikirim ke bumi? Bahkan, fiksi ini naif seperti yang pertama.
Adam berkehendak secara bebas, dan ia menanggung konsekuensi dari perbuatannya. Ia tidak taat dengan mwmakan dari pohon terlarang, maka Allah mengusirnya dari surga. Ketidaktaatannya tidak meniadakan kebebasan. Sebaliknya itu adalah konsekuensi dari itu.
Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa Allah mengetahui apa yang akan terjadi, karena Dia selalu tahu hasil dari suatu peristiwa sebelum terjadi. Namun Allah tidak memaksa hal-hal tersebut terjadi. Dia memberikan kehendak bebas kepada makhluk-Nya sebagai manusia. Untuk itu Dia mendasarkan kebijaksanaan tertinggi-Nya dalam mengisi bumi, pembentukan khalifah, dan sebagainya.
Adam mengerti pelajarannya ketiganya. Sekarang dalam cara yang praktis ia tahu bahwa iblis adalah musuhnya, penyebabnya kehilangan karunia hidup di surga, dan penyebab penderitaannya. Adam juga memahami bahwa Allah menghukum ketidaktaatan dan jalan menuju surga harus melalui kepatuhan kepada kehendak Allah. Dan dia belajar dari Allah SWT untuk meminta maaf.
Allah menerima tobat Adam dan memaafkannya. Dia kemudian mengirimnya ke bumi sebagai utusan-Nya yang pertama.

Sumber:
📕 Kisah Para Nabi, Ustadz Dadan Ahmad Ramdhan
dan Kisah Nabi Adam, Ibnu Katsir Rahimahumallah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA