MASUK SURGA TANPA HISAB Hadits Tentang 70.000 Orang Yang Masuk Surga Tanpa Hisab (lanjutan3)

إِنَّ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ

“Sesungguhnya umatku datang pada hari kiamat dalam keadaan wajah, tangan dan kakinya bercahaya karena bekas wudhu”
(HR. Muslim no. 246).

15. Ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa setiap 1000 dari 70.000 tadi ada 70.000 lagi. Dari Abu Umamah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,

وَعَدَنِى رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِى سَبْعِينَ أَلْفاً بِغَيْرِ
حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفاً

“Rabbku ‘azza wa jalla telah menjajikan padaku bahwa 70.000 orang dari umatku akan dimasukkan surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Setiap 1000 dari jumlah tersebut terdapat 70.000 orang lagi.”
(HR. Ahmad 5: 268. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dan sanad hadits ini hasan). Berarti berdasarkan hadits ini ada 4.900.000 orang yang dimaksud.

16. Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan ada 70.000 orang dari umatnya yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa, lalu beliau masuk rumah. Para sahabat pun berbincang-bincang siapakah orang-orang yang dimaksud tersebut. Ini menunjukkan bahwa boleh berdiskusi ilmiah dalam masalah ilmu untuk mengambil faedah dan mendapatkan kebenaran.

17. Apa yang mereka diskusikan menunjukkan bagaimana dalamnya ilmu para sahabat. Mereka mengetahui bahwa untuk menggapai keutamaan tersebut harus dengan beramal. Itu pun menunjukkan semangat mereka dalam kebaikan.

18. Sifat pertama dari 70.000 orang tersebut adalah tidak meminta diruqyah. Dalam riwayat Muslim disebutkan “laa yarqun”, artinya tidak meruqyah. Tambahan tidak meruqyah di sini keliru karena orang yang meruqyah adalah orang yang berbuat baik. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang ruqyah, beliau bersabda,
مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ

“Siapa yang mampu di antara kalian untuk memberi kemanfaatan pada saudaranya, maka lakukanlah“
(HR. Muslim no. 2199).

‘Auf bin Malik berkata,

كُنَّا نَرْقِى فِى الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِى ذَلِكَ فَقَالَ « اعْرِضُوا عَلَىَّ رُقَاكُمْ لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ تَكُنْ شِرْكًا »

“Kami dahulu pernah meruqyah di masa jahiliyah, kami berkata, “Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang ruqyah yang kami lakukan?” Beliau bersabda, “Tunjukkan ruqyah kalian. Yang namanya ruqyah tidaklah mengapa selama tidak ada kesyirikan di dalamnya.”
(HR. Abu Daud no. 3886, shahih kata Syaikh Al Albani).

Alasan lainnya, meruqyah orang lain tidaklah masalah karena Jibril pernah meruqyah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meruqyah para sahabatnya.

19. Perbedaannya jelas antara orang yang meruqyah dan orang yang meminta diruqyah. Orang yang meminta diruqyah cenderung hatinya bergantung pada selain Allah. Adapun orang yang meruqyah orang lain adalah orang yang berbuat baik.

20. Sifat 70.000 orang tersebut yang lainnya adalah tidak meminta diruqyah. Namun pengobatan kay yaitu penyembuhan luka dengan besi panas asalnya boleh. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus dokter pada Ubay bin Ka’ab untuk mengobati lukanya dengan cara kay.

Hadits-hadits yang membicarakan tentang pengobatan kay

(1) Nabi shallallahu melakukannya,
(2) beliau tidak suka dengan pengobatan kay,
(3) beliau memuji orang yang tidak dikay,
(4) beliau melarang pengobatan kay.
Yang beliau lakukan menunjukkan bahwa kay itu boleh. Beliau tidak pada kay bukan berarti pengobatan kay itu terlarang. Hadits yang menunjukkan beliau memuji orang yang meninggalkan kay berarti meninggalkan kay lebih utama. Adapun hadits yang menyatakan beliau melarangnya menunjukkan bahwa kay itu makruh. Jadi dalil-dalil yang ada tidak saling bertentangan. Demikian kata Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad.

21. Sifat 70.000 orang tersebut selanjutnya adalah mereka tidak bertathoyyur. Tathoyyur adalah beranggapan sial dengan burung atau lainnya. Kalau di tengah-tengah kita misalnya menganggap sial dengan bulan Suro.

22. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa sifat utama dari 70.000 orang tersebut terkumpul pada sifat tawakkal. Karena tawakkal mereka yang sempurna, mereka tidak meminta diruqyah, tidak meminta dikay, dan tidak beranggapan sial. Lihat Miftah Daris Sa’adah karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah.

23. Hadits yang dibicarakan saat ini tidaklah menunjukkan untuk meninggalkan usaha atau sebab. Dan tawakkal itu adalah cara yang utama untuk meraih sebab. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa yang bertawakkal pada Allah, Dialah yang mencukupinya.“
(QS. Ath Thalaq: 3).

Jadi mereka punya enggan melakukan yang dimakruhkan yaitu meminta diruqyah dan meminta dikay, mereka lebih memilih tawakkal daripada mengambil sebab yang makruh tersebut.

24. Adapun mengambil sebab dan berobat dengan cara yang tidak makruh, maka seperti itu boleh dan tidak mencacati tawakkal. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

“Allah tidaklah menurunkan penyakit melainkan menurunkan pula penawar”
(HR. Bukhari no. 5678).

25. ‘Ukkasyah bin Mihshan adalah di antara 70.000 orang tersebut. Ia adalah di antara penunggang kuda terbaik di kalangan Arab dahulu. Beliau mati syahid tahun 12 H ketika berperang bersama Kholid bin Walid memerangi orang-orang yang murtad.

26. Hadits ini menunjukkan boleh meminta do’a pada orang yang punya keutamaan yang lebih seperti yang dilakukan oleh Ukkasyah pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

27. Lantas orang berikutnya setelah ‘Ukkasyah ingin meminta lagi pada Nabi agar berdo’a pada Allah supaya ia juga termasuk dalam 70.000 golongan tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau sudah kedahuluan oleh ‘Ukkasyah”. Ini adalah cara Nabi supaya yang lainnya tidak meminta seperti itu lagi. Ini menunjukkan kelemah lembutan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak beliau yang baik.

28. Orang yang meminta kedua kalinya bukanlah munafik dengan dua alasan: (a) para sahabat Nabi asalnya bukanlah orang munafik,
(b) orang yang meminta seperti itu pada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam– berarti yakin akan benarnya Rasul dan itu tidak muncul dari orang munafik.

29. Boleh menolak sesuatu dengan cara yang terlihat seperti berbohong, namun maksudnya tidak demikian.

Faedah-faedah di atas diambil dari kitab Taisir Al ‘Azizil Hamid karya Syaikh Sulaiman At Tamimi, yang merupakan kitab penjelasan pertama, paling lengkap dan memuaskan dari kitab tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi.

Referensi:

1.At Tamhid li Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Sholih bin ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad Alu Syaikh, terbitan Darul Imam Al Bukhari, cetakan pertama, tahun 1433 H.

2.Taisir Al ‘Azizil Hamid fii Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahhab, terbitan Darush Ash Shomi’i, cetakan kedua, tahun 1429 H.

Dalam sebuah hadits pernah disebutkan bahwa 70.000 orang dari Umat Nabi Muhammad SAW akan masuk surga tanpa melalui proses hisab dan adzab, Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad serta yang lainnya dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Sahabatku, perlu kita ketahui bahwa manusia masuk surga ada 3 kategori, yaitu: Langsung masuk surga tanpa hisab (dihitung kebaikan dan keburukannya), masuk surga setelah dihisab, dan masuk surga setelah diadzab terlebih dulu, Namun ada beberapa kekhususan bagi Ummat nabi Muhammad, Karena dari golongan ummat ini akan ada 70.000 orang yang bisa masuk surga tanpa hisab dan adzab, Seperti yang pernah dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadits dibawah ini,

“Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: ‘Ini adalah Musa dan kaumnya,’ lalu dikatakan, ‘Perhatikanlah ke ufuk.’ Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, ‘Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.’ Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, ‘Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka berkata, ‘Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.’ Maka sampailah hal itu kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, lalu beliau keluar dan berkata, mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan tidak mita di-kay, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal.”
(HR.Bukhari)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA