Sunnah Menjawab Adzan


📚 Pelajaran Fiqih

📖

 Para  ulama  terbagi  dalam  dua  pendapat  berbeda  berkaitan  dengan  hukum  mendengar  dan  menjawab adzan.  Namun  hukum  yang  terkuat  adalah mustahab/  sunnah.

Riwayat  yang  dikeluarkan  Ibnu  Abi  Syaibah  dengan sanad  shahih,  sebagai  berikut: “Aku  menjumpai  Umar  dan  Utsman;  jika  seorang  imam  keluar  (menuju  masjid),  maka  kami  meninggalkan shalat,  dan  bila  berbicara  (berkhutbah),  maka  kami  meninggalkan  perbincangan.”  [HR  Ibnu  Abi  Syaibah dan  dishahihkan  Al Albani].

Cara  Menjawab Adzan

dalilnya  ialah  hadits Abdullah  bin  Amru  dan  Abu  Sa‟id  Al Khudri  yang  berbunyi: Sesungguhnya  Rasulullah  Shallallahu  'alaihi  wa  sallam  bersabda,”Jika  kalian  mendengar  adzan,  maka jawablah  seperti yang  disampaikan  muadzin.  [HR.  Muttafaqun  „alaihi].

 Dari  'Umar  bin  al-Khaththab  Radhiyallahu  anhu,  dia  mengatakan  bahwa  Rasulullah  Shallallahu  'alaihi  wa sallam  bersabda,  “Jika  muadzin  mengucapkan,  „Allaahu  akbar,  Allaahu  akbar.‟  Maka  hendaklah  salah seorang  di  antara  kalian  (juga)  mengucapkan,  „Allaahu  akbar,  Allaahu  akbar.‟  Kemudian  jika  muadzin mengucapkan,  „Asyhadu  allaa  ilaaha  illallaah.‟  Maka  ia  mengucapkan,  „Asyhadu  allaa  ilaaha  illallaah.‟ Kemudian  jika  muadzin  mengucapkan,  „Asyhadu  anna  Muhammadar  Rasulullaah.‟  Maka  ia  mengucapkan, „Asyhadu  anna  Muhammadar  Rasulullaah.‟  Kemudian  jika  muadzin  mengucapkan,  „Hayya  'alash  shalaah.‟ Maka  ia  mengucapkan,  „Laa  haula  walaa  quwwata  illaa  billaah.‟  Kemudian  jika  mu-adzin  mengucapkan, „Hayya  'alal  falaah.‟ Maka  ia  mengucapkan,  „Laa  haula  walaa  quwwata  illaa  billaah.‟ Kemudian  jika  muadzin mengucapkan,  „Allaahu  akbar,  Allaahu  akbar.‟  Maka  ia  mengucapkan,  „Allaahu  akbar,  Allaahu  akbar.‟ Kemudian  jika  muadzin  mengucapkan,  „Laa  ilaaha  illallaah.‟  Maka  ia  mengucapkan,  „Laa  ilaaha  illallaah,‟ dengan  hati yang  tulus,  maka  dia  akan  masuk  Surga."  (HR.  Muttafaq  'alaihi)

An-Nawawi (rohimahulloh) berkata
مذهبنا أن المتابعة سنة ليست بواجبة ، وبه قال جمهور العلماء ، وحكى الطحاوي خلافا لبعض السلف في إيجابها
"Pendapat madzhab kami, bahwa mengikuti adzan HUKUMNYA SUNAH & TIDAK WAJIB.
Ini merupakan pendapat mayoritas ulama. & diceritakan oleh at-Thahawi adanya perbedaan dari sebagian ulama salaf yg mewajibkan menjawab adzan."
#Kitab al-Majmu’ 3/127
Imam Ahmad (rohimahulloh) berkata
وإن دخل المسجد فسمع المؤذن استحب له انتظاره ليفرغ، ويقول مثل ما يقول جمعا بين الفضيلتين. وإن لم يقل كقوله وافتتح الصلاة، فلا بأس. نص عليه أحمد
"Jika orang masuk masjid & mendengarkan adzan, dianjurkan untuk menunggu sampai selesai adzan, & MENGUCAPKAN SEPERTI YG DIUCAPKAN MUADZIN,
sehingga dia mendapatkan dua keutamaan. & jika dia tidak menjawab adzan & langsung memulai shalat (tahiyatul masjid), tidak masalah."
#Kitab al-Mughni, 1/311

Diantara dalilnya adalah riwayat dari Tsa’labah bin AbdulMalik al-Quradzi, beliau menceritakan,
أنهم كانوا في زمان عمر بن الخطاب يُصَلُّون يوم الجمعة حتى يخرج عمر ، فإذا خرج عمر وجلس على المنبر وأذن المؤذنون؛ جلسنا نتحدث . فإذا سكت المؤذنون وقام عمر يخطب أنصتنا فلم يتكلم منا أحد
"Di zaman Umar bin Khatab, mereka (sahabat dan tabiin) mengerjakan shalat sunah di hari jumat sampai Umar keluar.

Ketika Umar keluar & duduk di mimbar, & muadzin mengumandangkan adzan, KAMI DUDUK SAMBIL NGOBROL.
Ketika muadzin telah berhenti, Umar berdiri menyampaikan khutbah & kami diam, tidak ada satupun yg berbicara di antara kami."
#Kitab al-Muwatha’, 1/103

Imam al-Albani menjelaskan hadis ini,
في هذا الأثر دليل على عدم وجوب إجابة المؤذن ، لجريان العمل في عهد عمر على التحدث في أثناء الأذان ، وسكوت عمر عليه
"Dalam riwayat di atas terdapat dalil tidak wajibnya menjawab adzan.
Karena praktek ini banyak terjadi di zaman Umar, mereka berbicara ketika adzan, & UMAR DIAM MENYAKSIKAN INI."
#Kitab Tamam al-Minnah, hlm. 340

Hanya saja, kita sangat MENEKANKAN AGAR KITA MENJAWAB ADZAN, meskipun sambil mengobrol atau berkegiatan lainnya. Karna

1⃣ Menjawab adzan memiliki keutamaan & janji yang sangat besar.

Dari Umar bin Khatab Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، فَقَالَ أَحَدُكُمْ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ…مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Jika muadzin mengucapkan,
‘Allahu akbar… Allahu akbar…’
lalu kalian menjawab,
‘Allahu akbar… Allahu akbar…’
(hingga akhir adzan).. dia ucapkan itu dari hatinya, MAKA AKAN MASUK SURGA.”
(HR. Muslim 385 dan Abu Daud 527).

2⃣ Sebagian sahabat, seperti Ibnu Mas’ud menilai, tidak menjawab adzan termasuk tindakan teledor.
أربع من الجفاء …، وأن يسمع المؤذن فلا يجيبه في قوله
“Ada 4 perbuatan yg termasuk sikap teledor (terhadap agama), (diantaranya),… ada orang mendengar muadzin, namun dia tidak menjawab ucapannya.”
(Sunan al-Kubro, al-Baihaqi, no. 3552)

💭 Wallahu A'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA