HIKMAH BUMI SEBAGAI PERHIASAN

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka
yang terbaik perbuatannya.”
(QS AL-Kahfi 7).

Tuhan Pencipta Yang Maha Penyayang, Pemberi Rezeki Yang Maha Pemurah dan Pencipta Yang Mahabijak telah menjadikan dunia ini dalam gambaran hari raya yang bahagia, pesta besar serta festival alam roh dan spiritual. Dia bungkus setiap roh, baik yang kecil  maupun yang besar dengan jasad sesuai dengan bentuk dan ukurannya. Lalu Dia berikan padanya sejumlah indra dan perasaan serta semua perangkat yang bisa digunakan untuk mereguk beragam karunia dan nikmat yang jumlahnya tak terhingga yang terhampar di hari raya indah itu dan terpampang di festival besar tersebut.
Allah swt memberikan wujud fisik  materi kepada setiap roh seraya mengirimkannya ke hari raya dan festival itu secara sekaligus. Kemudian Dia membagi festival yang luas dan megah tadi dari sisi waktu dan tempat kepada sejumlah masa, tahun dan musim.
Akan tetapi jamuan Ilahi dan hari raya rabani ini berikut berbagai manifestasi nama ar-Rahman (Yang Maha Pengasih) dan al-Muhyi (Yang Maha Menghidupkan) dikelilingi oleh perpisahan dan kematian yang hal itu menunjukkan nama Allah al-Qahhar (Yang Maha Memaksa) dan al-Mumit (Yang Maha Mematikan).
Ada dua hikmah yang terkandung dibalik kejadian ini, yaitu :

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
“dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu”
(QS al-A’raf 156).

Hikmah yang kedua Allah  Sang  Pencipta Yang Maha Penyayang dan Pemurah menganugerahkan kepada setiap kelompok tersebut keinginan untuk beristirahat dan kecenderungan untuk berpindah ke alam lain. Kematian adalah perpindahan dari alam dunia ke alam kubur (barzah). Kiamat adalah perpindahan dari alam dunia ke alam akhirat. Kelahiran adalah perpindahan dari alam rahim ke alam dunia. Itulah siklus kehidupan.

Hikmah yang lainnnya adalah :
1. Lewat datangnya masa tua
Allah swt memperlihatkan kepada manusia stempel kefanaan dan kebinasaan atas segala sesuatu yang bersifat duniawi sekaligus memberikan sejumlah esensinya yang pahit, sehingga hal itu membuat manusia lari dari dunia dan mencari sesuatu yang abadi sebagai gantinya.

2. Allah swt membuat manusia rindu kepada yang dicintainya.
Mereka memiliki ikatan batin yang kuat, sehingga bila orang yang dicintainya telah meninggal, ia pun ingin menyusulnya. Kecintaan yang kuat itu mendorong manusia untuk menyambut kematian dan ajal dengan bembira dan bahagia.

3. Allah swt mendorong manusia untuk sadar atas kelemahannya.
Menyadari kelemahan dan ketidakberdayaannya yang tak terhingga, entah dengan beban hidup, tugas, kewajiban dan berbagai hal lain. Hal itu melahirkan keinginan kuat pada dirinya untuk menuju tempat istirahat dan kerinduan untuk mengarah ke negeri lain.

4. Allah swt menjelaskan kepada orang yang beriman lewat cahaya iman
Kematian bukan merupakan ketiadaan, tetapi merupakan penggantian tempat ; bahwa kubur bukan merupakan lubang sumur yang gelap tapi pintu menuju alam cahaya. Bahwa dunia berikut semua kesenangannya laksana penjara sempit jika dibandingkan dengan akhirat. Karena itu keluar dari penjara dunia menuju  taman surga ukhrawi serta berpindah dari kehidupan materi yang keruh menuju alam tempat istirahat dan ketentraman berlepas diri dari kebisingan makhluk menuju hadirat Ilahi yang tenang dan menyenangkan.

5. Allah swt memberikan pemahaman kepada pecinta Al-Qur’an tentang ilmu hakikat yang ada di dalamnya.
Lewat cahaya hakikat Dia mengajarkan substansi dunia  sehingga sikap senang dan cenderung kepada dunia adalah sesuatu yang tak berguna.
Dunia memang ladang akhirat, tanami, ambil dan jagalah buahnya, abaikan semua kotorannya yang fana. Kenalilah Dzat yang tampak di dalamnya, lihatlah cahaya-Nya serta pahami makna nama-nama-Nya yang terwujud padanya. Cintai kandungannya, putuskan hubungan dengan potongan kacanya yang sewaktu-waktu dapat pecah dan lenyap.

Referensi : Buku Al-Kalimat Jilid 1 karya Badiuzzaman Said Nursi.
Penerbit Anatolia, Jakarta 2011.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA