Nabi diberi wahyu agar umatnya bertauhid


📚 Fawaid At Tauhid

📖

 ﻗُﻞْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﺑَﺸَﺮٌ ﻣِﺜْﻠُﻜُﻢ
ْ ﻳُﻮﺣَﻰٰ ﺇِﻟَﻲَّ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﺇِﻟَٰﻬُﻜُﻢْ ﺇِﻟَٰﻪٌ ﻭَﺍﺣِﺪٌ ۖ ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮْﺟُﻮ ﻟِﻘَﺎﺀَ ﺭَﺑِّﻪِ ﻓَﻠْﻴَﻌْﻤَﻞْ ﻋَﻤَﻠًﺎ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﻌِﺒَﺎﺩَﺓِ ﺭَﺑِّﻪِ ﺃَﺣَﺪًﺍ

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Qs Al Kahfi: 110).

Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Thawus, ia menceritakan, ada seseorang yang bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku bersikap dengan beberapa sikap, yang kukehendaki hanyalah keridhaan Allah, aku ingin agar tempatku diperlihatkan.” Maka Rasulullah tidak memberikan jawaban sama sekali sehingga turun ayat ini: Fa man kaana yarjuu liqaa-a rabbiHii falya’mal ‘amalan shaalihaw Wa laa yusyriku bi-‘ibaadati rabbiHii ahadan (“Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.”) Demikianlah yang dikemukakan oleh Mujahid dan beberapa ulama lainnya.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa’id bin Abi Fadhalah al-Anshari, yang ia termasuk salah seorang sahabat, ia bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Jika Allah telah mengumpulkan orang-orang yang hidup pertama dan orang-orang yang hidup terakhir pada hari yang tidak ada keraguan terjadinya. Lalu ada seorang (Malaikat) yang berseru: ‘Barangsiapa yang dalam suatu perbuatan yang dilakukannya menyekutukan Allah dengan seseorang, maka hendaklah ia meminta pahalanya kepada selain Allah, karena Allah merupakan Rabb yang tidak memerlukan sekutu.’” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Faedah Ayat

1. Nabi hendak menyampaikan pada umatnya: Yakni aku bukanlah tuhan, dan tidak bersekutu dalam kerajaan-Nya, aku tidak mengetahui yang gaib dan tidak ada pada sisi-Ku perbendaharaan-perbendaharaan Allah. Inilah makna Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hamba Allah..

2. Serta Nabi menasihati kepada umatnya yakni aku dilebihkan di atas kamu dengan memperoleh wahyu, yang isinya bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, di mana tidak ada yang berhak disembah dan ditujukan berbagai ibadah kecuali Dia, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Aku mengajak kamu untuk mengerjakan amal yang dapat mendekatkan dirimu kepada-Nya, mendapatkan pahala-Nya dan dijauhkan dari siksa-Nya, yaitu dengan mengerjakan amal saleh dan tidak berbuat syirk di dalamnya.

3. Yaitu amal yang sesuai syariat, baik yang wajib maupun yang sunnah yang difardhukan kepada muslimin

4. Suatu amal tidak akan bermanfaat bila tidak bertauhid, Seperti berbuat riya yang menghapus amalnya.

5. Ayat ini menerangkan syarat diterimanya amal, yaitu ikhlas karena Allah dan mutaba’ah (sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam). Keduanya ibarat sayap burung, jika salah satunya tidak ada, maka burung tidak dapat terbang. Orang yang ikhlas dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam amalnya, itulah yang memperoleh apa yang dia harapkan dan yang dia minta. Sedangkan selain ikhlas dan Mutaba'ah maka dia akan rugi di dunia dan akhirat, tidak memperoleh kedekatan dengan Tuhannya dan tidak mendapat ridha-Nya.

📝 Disalin dari Tafsir Ibnu Katsir dan Hidayatul Insan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA