Makna Ramadhan

Ramadlan berasal dari kata : رَمِضَ – يَرْمَضُ – رَمَضًا , artinya terik, sangat panas.
[Lisanul Arab 7/160]
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ : خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَهْلِ قُبَاءِ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ فَقَالَ : صَلاَةُ اْلأَوَّابِيْنَ إِذَا رَمِضَتِ الْفِصَالُ –مسلم-
Dari Zaid bin Arqam, ai berkata, Rasulullãh saw telah keluar kepada Ahli Quba dan mereka sedang shalat, kemudian beliau bersabda : “Shalatnya orang-orang yang bertaubat ialah pada saat anak unta merasakan teriknya matahari.”
[HR. Muslim No. 748 bab shalat al-awwabin hina tarmidlu al-fishal]
Menurut Ibnu Duraid, orang Arab dahulu ketika mengubah nama-nama bulan dari bahasa lama ke bahasa Arab, mereka namakan bulan-bulan itu menurut masa yang dilalui bulan itu. Dan kebetulan bulan Ramadhan pada masa itu panas karena terik matahari yang sangat menyengat, sehingga dinamailah bulan tersebut Ramadhan. (Lisanul Arab 7/162)
Ibnu Manzhur menyebutkan bahwa Syahru Ramadlan diambil dari ramidla as-sha’imu (sangat panasnya orang yang sedang shaum), dengan mulutnya yang panas kering karena sangat haus.
[Lisanul Arab 7/162]
قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ ، مَا رَمَضَانُ ؟ قَالَ : أَرْمَضَ اللهُ فِيْهِ ذُنُوْبِ الْمُؤْ مِنِيْنَ وَغَفَرَهَا لَهُمْ . قِيْلَ : فَشَوَّالُ ؟. قَالَ : شَالَتْ فِيْهِ ذُنُوْبُهُمْ فَلَمْ يَبْقَ فِيْهِ ذَنْبٌ إِلاَّ غَفَرَهُ
Telah ditanyakan kepada Nabi saw : Wahai Rasulullah, apa Ramadlan itu ? Beliau menjawab : ”Allãh SWT membakar padanya dosa-dosa orang mukmin dan mengampuni (dosa-dosa) bagi mereka”. Ditanyakan kepadanya : Bagaimana dengan Syawwal ? Beliau menjawab : ”Matinya dosa-dosa mereka padanya hingga tidak tersisa satu dosapun kecuali Dia (Allah SWT) mengampuninya”.
Puasa berasal dari bahasa Sanksekerta yang artinya kira-kira hampir sama dengan Shaum. Dan istilah puasa berasal dari agama Hindu, seperti terlihat dalam kitabnya, ”Upawasa itu pada hari kamu dilahirkan, ketika kamu menginginkan sesuatu, ketika kami menyatakan kecintaan antara Athman dan Brahman, tetapi cucilah rambutmu sebelum melakukannya itu “. (Candravid 4/9).
Dalam ungkapan lain dinyatakan, ”Rayakanlah penutupan upawasa itu dengan tabuh-tabuhan“. (Candravid 4/6).
Secara Konseptual, Puasa dengan Shaum sangat berbeda. Menurut agama Hindu, hidup di dunia itu merupakan siksaan (samsara), sebab kebahagiaan hanya didapat di surga (nirwana). Berdasarkan konsep seperti itu, maka manusia harus menghindari kesenangan dunia dengan jalan menyiksa diri, di antaranya dengan puasa tersebut. Jadi menurut ajaran agama Hindu, Puasa itu adalah “Penyiksaan diri“, sedangkan dalam ajaran Islam bertujuan terbentuknya “Pribadi yang taqwa“
Menurut bahasa shaum (اَلصِّيَام) artinya menahan diri dari sesuatu (أَْلإِمْسَاكُ وَالْكَفُّ عَنِ الشَّيْئِ).
Dan shaum asal katanya adalah shama-yasuumu-shauman-shiyaaman- artinya menahan diri dari sesuatu, berhenti, diam atau berada di suatu tempat. Seperti kata shama ar-rih artinya angin berhenti berhembus, atau shama asy-syams artinya matahari ada di tengah-tengah langit, shama al-fars artinya kuda enggan melakukan perjalanan.
Sedangkan menurut istilah (syara’) adalah :
أَ ْلإِمْسَاكُ عَنِ اْلأَكْلِ وَالشُّرْبِ وَغَشْيَانِ النِّسَاءِ مِنَ الْفَجْرِ إِلَى الْمَغْرِبِ إِحْتِسَابًا ِللهِ وَإِعْدَادًا لِلنَّفْسِ وَتَهْيِئَةً لَهَا لِتَقْوَى اللهِ بِمُرَاقَبَتِهِ فِى السِّرِّ وَالْعَلَنِ. –المراغى-
Menahan diri dari makan dan minum dan jimak dari terbit fajar sampai terbenam matahari (maghrib)karena mengharap keridloan Allãh dan menyiapkan serta melatih diri untuk bertaqwa kepada Allãh dengan cara mendekatkan diri dalam perkara yang tersembunyi maupun yang nyata.
[Tafsir Al-Maraghi 2/67]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA