Amanah kepada Thalut

Tafsir Aayatul Ahkam seputar Amanah

Di dalam al-Qur’an dijelaskan dalam QS. al-Baqarah ayat 247.
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻟَﻬُﻢْ ﻧَﺒِﻴُّﻬُﻢْ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺪْ ﺑَﻌَﺚَ ﻟَﻜُﻢْ ﻃَﺎﻟُﻮﺕَ ﻣَﻠِﻜًﺎ ۚ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺃَﻧَّﻰٰ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﻤُﻠْﻚُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻧَﺤْﻦُ ﺃَﺣَﻖُّ ﺑِﺎﻟْﻤُﻠْﻚِ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﺆْﺕَ ﺳَﻌَﺔً ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺎﻝِ ۚ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺍﺻْﻄَﻔَﺎﻩُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻭَﺯَﺍﺩَﻩُ ﺑَﺴْﻄَﺔً ﻓِﻲﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻭَﺍﻟْﺠِﺴْﻢِ ۖ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳُﺆْﺗِﻲ ﻣُﻠْﻜَﻪُ ﻣَﻦْ ﻳَﺸَﺎﺀُ ۚ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺍﺳِﻊٌ ﻋَﻠِﻴﻢٌ
"Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui."

Salah satu ulama tafsir Syaikh Abu Yahya Marwan bin Musa dalam Tafsirnya Hidayatul Insan:

1. Karena Allah yang mengangkat seharusnya mereka menerimanya dan tunduk, tidak protes.
Yakni karena mereka mengatakan Thalut bukan keturunan raja dan nabi, bahkan dia hanya seorang penyamak kulit atau pengembala,
yang dapat digunakan untuk menegakkan kerajaan. Hal ini didasari atas anggapan yang rusak, yaitu anggapan bahwa raja itu harus bernasab mulia dan banyak harta. Mereka tidak mengetahui sifat yang sesungguhnya harus didahulukan.

2. Thalut adalah orang alim (berilmu) Bani Israil dan orang yang paling sempurna fisiknya. Ada yang mengartikan "kelebihan ilmu" di sini dengan kuatnya ra'yu (gagasannya kuat dan tepat), sedangkan "fisik" maksudnya mampu mewujudkannya. Dengan kedua inilah akan sempurna mengurus kerajaan. Jika salah satunya tidak ada, maka akan gagal mengurus kerajaan. Misalnya badannya kuat, namun gagasannya lemah, maka akan terjadi kekacauan dan kekuasaan tanpa kebijaksanaan. Demikian juga jika gagasannya kuat, namun tidak mampu mewujudkannya, maka gagasan tersebut tidak berfaedah apa-apa.

3. Pemberian-Nya tidak bisa ditentang.
Allah Mahaluas pemberian-Nya, rahmat-Nya luas tidak khusus kepada orang tertentu, dan tidak hanya kepada golongan terhormat saja, bahkan golongan rakyat jelata pun kena.
Dia mengetahui siapa yang berhak memegang pemerintahan.

risalah12.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA