Konsistensi Ibadah Pasca Ramadhan


๐Ÿ“–

 Ramadhan telah berlalu seiring berjalannya waktu, namun kepergiannya menyisakan sejumlah kenangan yang tersirat di dalam qalbu. Terdapat perasaan lega bercampur resah dalam hati orang-orang beriman. Hati  dapat lega  karena  telah menjalani  berbagai  ibadah  dan menjauhi dosa dan kemaksiatan  selama bulan  Ramadhan, tetapi perasaan resah juga tidak dapat ditepis karena khawatir ibadah dan ketaatan tersebut tidak diterima di sisi Allah. Kendati bulan Ramadhan telah berlalu, tetapi amal ibadah yang  disyariatkan  di  dalamnya  tidak  putus  dengan  berakhirnya bulan tersebut. Puasa, shalat berjamaah, shalat malam, memakmurkan masjid, membaca al-Quran, zakat, infak, sedekah dan  berbagai  amalan  lainnya    masih  tetap  harus  dilanjutkan  di  luar bulan Ramadhan.

 Bulan  Ramadhan  diibaratkan  sebagai  madrasah  untuk melatih  pribadi-pribadi  beriman  agar  dapat  berkompetisi melakukan beragam ibadah yang sesungguhnya pada  sebelas bulan berikutnya.

 Alumninya diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan ibadah-ibadah yang telah dijalaninya selama sebulan penuh. Sebab Allah Ta'ala yang disembah dengan sepenuh hati dan seikhlas jiwa pada bulan Ramadhan, Dia juga Rabb yang disembah dan ditaati pada setiap waktu dan tempat. Rabb yang dipuja dan dimohon rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya, Dia juga yang diharap dan dimintai segala kebutuhan makhluk. Tidak heran jika sebagian orang saleh menganggap  orangorang yang hanya rajin dan semangat beribadah pada bulan Ramadhan sebagai orang yang buruk. Saat ditanya tentang orang yang seperti itu, Bisyir bin Harits al-Hafi menegaskan:  "Mereka adalah seburuk-buruk manusia, karena tidak mengenal hak Allah kecuali pada bulan Ramadhan.

 Hamba Allah yang saleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah sepanjang tahun." Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menjaga konsistensi ibadah beliau. Ibadah yang disyariatkannya selalu rutin dikerjakan. Aisyah radhiyallahu ‘anha menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika mengerjakan suatu amal maka amalan tersebut dirutinkannya." [HR. Muslim].
Alasan merutinkan amal ibadah itu dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau: "Amal ibadah yang paling dicintai Allah ‘Azza wajalla adalah amalan  yang  rutin  dikerjakan  meskipun  sedikit."  [HR.  Muslim]

 Istiqamah dan kontinu meneruskan suatu amalan dapat menjadi indikasi diterimanya amal seseorang.

Ibnu Rajab menyatakan:  "Jika Allah menerima amalan seorang hamba, maka Allah akan memberinya taufik untuk melakukan amalan saleh sesudahnya. Sebagian ulama salaf berkata: 'Ganjaran perbuatan baik adalah taufik Allah untuk mengerjakan kebaikan sesudahnya. Barang siapa mengerjakan amal kebaikan lalu ia melakukan kebaikan lagi setelahnya, maka hal itu merupakan indikasi diterimanya amal kebaikan sebelumnya. Tetapi barang siapa   mengerjakan suatu amal kebaikan, lalu ia melakukan perbuatan buruk sesudahnya, maka hal itu merupakan indikasi tertolaknya kebaikan yang telah dikerjakannya'." [Lathaif Al-Ma'arif, hal. 247]

๐Ÿ“ Dari Buku Andaikan Ramadhan ini terakhirmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA