Antara Tauhid dan Syirik


📚 Fawaid At Tauhid

.Dari Sahabat Jabirradhiyallahu‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,“Barang siapa menjumpai Allah (dalam keadaan) tidak menyekutukanNya dengan sesuatu (sembahan) apapun pasti (dia) masuk (kedalam) Surga.(Sebaliknya) barang siapa menjumpaiNya (dalam keadaan) menyekutukanNya dengan sesuatu (maka pasti ia)masuk (kedalam) Neraka.”(HRMuslim)

Faedah hadis:

1. Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata, “(Barang siapa mati tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun) artinya: tidak menjadikan sekutu bersama Allah dalam (segala bentuk) penghambaan, tidak dalam penciptaan, dan tidak pula dalam ibadah. Sebagaimana diketahui di dalam syariat yang disepakati oleh Ahlusunah wal Jamaah adalah barang siapa mati di atas hal itu maka pasti masuk Surga sekalipun sebelumnya orang tersebut disiksa dan diberi ujian. Sebaliknya, barang siapa mati di atas kesyirikan maka orang tersebut tidak akan masuk Surga, tidak mendapatkan rahmat, dan kekal di dalam Neraka selama-lamanya.”

 2. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Di dalam hadis (ini terdapat penjelasan tentang) keutamaan tauhid. Barang siapa mati di atasnya (tauhid) pasti masuk Surga. Ini adalah janji Allah, dan Allah tidak akan menyelisihi janji-Nya, sekalipun orang tersebut memiliki banyak dosa dan maksiat selain kesyirikan. Boleh jadi Allah mengampuni dosadosanya dan memasukkannya (langsung) ke dalam Surga tanpa azab (siksaan). Dan boleh jadi sebelum itu Allah mengazabnya sesuai dengan dosa-dosanya kemudian memasukkannya ke dalam Surga.”

3. Di dalam hadis (ini terdapat penjelasan tentang wajibnya seseorang) takut dari kesyirikan. Seharusnya seseorang takut kalau dia mati di atas kesyirikan, (perkara) yang membuatnya menjadi penghuni Neraka. Dan janganlah seseorang teperdaya (tertipu) dengan diri sendiri, sekalipun dia merasa telah berilmu, beriman, dan memiliki banyak pengetahuan. Bahkan yang seharusnya seseorang mengakui kelemahan dirinya, dan sangat butuhnya dia kepada Allah Ta‘ālā.

 4. Di dalam hadis (ini terdapat penjelasan) makna Lā ilāha illa Allah, karena di dalam hadis tersebut berisi penjelasan tauhid dan syirik. Maka (perhatikanlah) Lā ilāha (tiada sembahan yang berhak disembah adalah peniadaan dari segala kesyirikan) dan illa Allah (melainkan hanya Allah adalah penetapan tauhid).

👤Abu Abdillah Muhammad Yusran Mushaffa Al Jawy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA