Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Jangan Latah Mengikuti Kebiasaan Umat Lain (Peringatan Hari Ibu, Perayaan Tahun Baru, Perayaan Ulang Tahun & yang Lain)

Dari Ibnu Umar, Rosulullah ﷺ telah mengingatkan: من تشبه بقوم فهو منهم "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari kaum itu." (HR. Ahmad dan Abu Dawud Syaikh Al-Albani berkata "Hasan Shohih" dalam "Shohih Abi Dawud" 3401) Dari Abu Sa'id Al-Khudri, Rosulullah ﷺ juga mengingatkan:  لتتبعن سنن من كان قبلكم شبرا بشبر وذراعا بذراع حتى لو دخلوا جحر ضب لاتبعتموهم  قلنا: يا رسول الله ، اليهود والنصارى؟ قال: فمن! "Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampaipun jika mereka masuk ke lubang dhobb (kadal padang pasir) niscaya kalianpun akan mengikuti mereka.” Kami (para Shohabat) bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nashoro?” Beliau menjawab, “Kalau bukan mereka siapa lagi!” (HR. Al-Bukhori 3269 dan Muslim 2669) Al-Imam An-Nawawi Asy-Syafii menjelaskan: والمراد الموافقة في المعاصي والمخالفات لا في الكفر وفي هذا معجزة ظاهرة لر

Duduk Antara Dua Sujud dan Bacaannya.

KAIFIYAT SHALAT يَسْجُدُ وَيَقْعُدُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ Hadits I عَنْ أَنَسٍ قَالَ مَا صَلَّيْتُ خَلْفَ أَحَدٍ أَوْجَزَ صَلَاةً مِنْ صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي تَمَامٍ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَقَارِبَةً وَكَانَتْ صَلَاةُ أَبِي بَكْرٍ مُتَقَارِبَةً فَلَمَّا كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ مَدَّ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَامَ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَوْهَمَ ثُمَّ يَسْجُدُ وَيَقْعُدُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَوْهَمَ dari Anas dia berkata, "Belum pernah aku shalat di belakang seseorang yang lebih ringkas shalatnya daripada shalat Rasulullah Saw. dengan kesempurnaannya. Shalat beliau adalah saling berdekatan (durasinya antara satu rukun dengan rukun lainnya), dan shalat Abu Bakar adalah saling berdekatan (durasinya antara satu rukun dengan rukun lainnya). Lalu ketika Umar mengimami, maka di

DISINILAH TEMPATNYA

** Jika hanya mencari kenikmatan Dunia, jelas disini bukanlah tempatnya. Tapi jika mencari hal yg Allah Ridhoi, bahkan di nilai bisa mendapatkan Predikat Sebaik-baik Hamba  menurut penilaianNya, insya allah disini ada jalan menuju predikat penilaian tsbt. Jika kita belum mampu mensedekahkan harta wakaf, yang di kemudiannya menjadi investasi yg akan terus mengalir pahalanya sampai kematian kita, maka syi'arkanlah ilmu yg kita miliki, karena invest yg akan terus mengalir sampai kematian kita bukanlah hanya shodaqoh jariyah seperti wakaf, melainkan juga  ilmu yg bermanfa'at, yg bisa di jadikan invest yg terus mengalir pahala sampai kematian kita. DAN.... Disini ada jalan, ada lapak untuk menanam invest yg akan terus kita rasakan pahalanya sampai kematian kita, melalui syi'ar ilmu Semakin banyak orang yg merasakan manfa'at ilmu yg kita syi'ar, jelas maka akan semakin besarlah pahala yg akan kita rasakan yg bahkan akan terus mengalir sampai kematian kita. Dan lagi

Berdalil dengan Ayat Al-Qur'an Membolehkan Ucapan Selamat Natal (?)

Bolehkah mengucapkan "selamat natal" berdasarkan surat Maryam ayat 33, "Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku”? Jawab: Tidak setiap orang yang menukil dalil Al-Qur'an was Sunnah pasti benar menurut syariat. Boleh jadi dalilnya shohih akan tetapi istidlalnya (cara pendalilannya) salah atau batil. Karena standar kebenaran dalam memahami dalil adalah merujuk kepada keterangan para shohabat Nabi dan ijma' para Ulama. Nabi ﷺ telah mengingatkan: فإنه من يعش منكم فسيري اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة "Barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku (cara beragamaku) dan sunnah (cara beragama) para Khulafa’urrosyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku, gigitlah ia (sunnah-sunnah itu) dengan gigi-gigi gerahammu, dan hati-hatilah kalian dari perkara yang baru da

Murid Lamban yang jadi Imam Besar

** Barangkali setiap orang yang mempelajari mazhab Imam Asy Syafi’i tidak ada yang tidak kenal dengan murid beliau yang bernama Rabi’ bin Sulaiman Al Muradi. Beliau adalah salah seorang murid terbesar Imam Asy Syafi’i. Rabi’ mendapatkan rekomendasi istimewa dari Imam Asy Syafi’i sebagai perawi kitabnya. Keulamaannya diakui oleh seluruh orang. Dengan itu beliau berhak menyandang gelar Imam. Terdapat 200 orang murid brilian yang berguru kepada Rabi’ bin Sulaiman, yang menjadi generasi pewaris ilmu Imam Asy Syafi’i. Beliau dikaruniai umur yang panjang, sampai 96 tahun. Dilahirkan pada tahun 174 H dan meninggal pada tahun 270 H. Beliau meninggal 66 tahun setelah Imam Asy Syafi’i wafat. Masa yang cukup lama itu beliau habiskan untuk menyebarkan ilmu gurunya. Imam As Subky di dalam kitab Tabaqat Asy Syafi’iyyah Al Kubra, menuliskan bahwa di awal belajar kepada Imam Asy Syafi’i beliau bukanlah seorang yang cerdas. Bahkan bisa dikatakan murid yang sangat lamban. Bagaimana tidak, dalam sat

Abu Syibrin & Ummu Syibrin

Syaikh Al-'Allamah Bakr Abu Zaid berkata, "Waspadalah jangan engkau menjadi Abu Syibrin! Sungguh telah dihikayatkan: العلم ثلاثة أشبار من دخل في الشبر الأول تكبر ومن دخل في الشبر الثانى تواضع ومن دخل في الشبر الثالث علم أنه ما يعلم “Ilmu itu ada tiga syibrin (jengkal), barangsiapa yang masuk jengkal pertama maka ia menjadi sombong, siapa saja yang masuk jengkal kedua dia menjadi tawadhu’ (rendah hati), dan siapa saja yang masuk jengkal ketiga maka dia menyadari bahwa dirinya belum mengetahui apa-apa.” (Hilyah Tholibil ‘Ilmi hal. 79) Para Ulama juga menjelaskan, bahwa "Abu Syibrin" adalah orang yang baru belajar setahap ilmu lalu dia tinggalkan tahapan berikutnya karena menyangka dirinya telah berilmu dan kemudian berfatwa, mendebat, menuduh siapa saja yang menyelisihinya hanya dengan modal sejengkal ilmu yang dimilikinya. Perbuatan seperti ini termasuk ujub (bangga diri) dan kesombongan. Seyogyanya para penuntut ilmu bersabar dalam tholabul ilmi hingga gurunya m