Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Dicabutnya Nikmat.

﷽ Di antara siksa yang tersembunyi dan banyak sekali orang yang tidak menyadarinya adalah dicabutnya kenikmatan ketika bermunajat Dicabut lezatnya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika berdzikir seseorang tidak merasakan kenikmatan, Ketika shalat seseorang tidak merasakan kekhusuan, Ketika membaca Al-Quran tidak merasakan apa-apa dihati dan justru yang ada adalah ingin segera selesai Ini semua adalah sanksi yang Allah berikan kepada hamba akibat maksiatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu jika didalam hati seorang muslim mulai terasa berat untuk melakukan ketaatan, maka sudah sepantasnya seorang muslim segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits riwayat Abu Darda’ Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Yang pertama kali diangkat (oleh Allah) dari umat ini adalah sifat khusyu’, sehingga (nantinya) kamu tidak akan melihat lagi seorang yang khusyu’ (dalam ibadahnya)” (HR ath-Thabarani dal

TIDAK LARI MENGAPA DIKEJAR & TIDAK HILANG MENGAPA KAWATIR ?

 BBG AL ILMU 🌴🌴🌴 Biasanya anda berlari karena mengejar sesuatu agar tidak menjauh. Sebagaimana biasanya sesuatu bila ditinggal atau diabaikan akan hilang, sehingga anda kawatir setiap kali ketinggalan sesuatu. Namun anehnya selama ini anda berlari mengejar rejeki, padahal untuk urusan rejeki, ia tidak pernah lari. Sebaliknya, anda menjadi gundah, lagi panik bila menyadari ada dari sebagian harta anda yang ketinggalan di suatu tempat karena anda kawatir kehilangan. 🌴🌴🌴 Sobat! ketahuilah sikap semacam ini sejatinya adalah kesalahan besar yang selama ini melilit diri anda. Percayalah bahwa rejeki anda tidak akan pergi menjauh sehingga tidak ada perlu anda berlari tunggang langgang mengejarnya. Sebaliknya rejeki anda juga tidak akan hilang dipungut orang walaupun telah ketinggalan di suatu tempat. Cukuplah anda berusaha sewajarnya yaitu dengan tetap mengindahkan batasan dan hukum syari’at, niscaya seluruh rejeki anda pasti berhasil anda dapatkan dan nikmati. 🌴🌴🌴 Rasulullah shallal

Penyakit Sombong Penuntut Ilmu

﷽ Seringkali seorang yang baru mendapatkan sedikit ilmu terkena penyakit sombong, merasa dirinya sebagai ulama dan melihat orang lain sebagai orang-orang yang bodoh Inilah yang dijuluki oleh para ulama dengan ‘Abu Syibrin’. Siapakah Abu Syibrin? Abu Syibrin adalah orang yang baru mendapatkan ilmu pada jengkal pertama Ada 3 tahapan dalam menuntut ilmu dari Umar Bin Khattab : “Ilmu ada tiga tahapan. Jika seorang memasuki tahapan pertama, ia akan sombong. Jika ia memasuki tahapan kedua ia akan tawadhu’. Dan jika ia memasuki tahapan ketiga ia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya” Biasanya orang yang masih baru belajar baik itu ilmu agama atau ilmu apa saja, dia akan menjadi sombong. Karena dia merasa sudah berada pada posisi yang paling mulia merasa sudah berilmu, sementara orang lain yang mungkin belum belajar ilmu itu dianggap lebih rendah dari pada dia. Padahal, mungkin kondisinya dialah yang masih banyak kekurangan dan jahil (bodoh). Juga sering terjadi pada sebagian penuntut ilmu

SEORANG WANITA BOLEH MENUNTUT AGAR SUAMINYA LEBIH AKTIF & SEMANGAT DALAM BERHUBUNGAN BADAN !

Bismillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du, Kita ambil satu peristiwa yang terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tersebutlah seorang sahabat bernama Rifa'ah al-Quradzi. Dia menikahi seorang wanita bernama Tamimah bintu Wahb. Setelah beberapa lama menjalani kehidupan berumah tangga, Rifa'ah menceraikan istrinya, cerai tiga. Setelah usai iddah, Tamimah menikah dengan Abdurrahman bin Zabir al-Quradzi. Namun ternyata Tamimah tidak mencintai Abdurrahman. Dia hanya jadikan itu kesempatan agar bisa balik ke Rifa’ah. Hingga wanita ini mengadukan masalah suaminya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan memakai kerudung warna hijau. Mulailah si wanita ini mengadukan, وَاللَّهِ مَا لِي إِلَيْهِ مِنْ ذَنْبٍ ، إِلَّا أَنَّ مَا مَعَهُ لَيْسَ بِأَغْنَى عَنِّي مِنْ هَذِهِ – وَأَخَذَتْ هُدْبَةً مِنْ ثَوْبِهَا - “Suami saya ini orang baik, tidak pernah berbuat dzalim kepada saya. Cuma punya dia, tida

CADAR BUKAN BUDAYA BANGSA ARAB⁣

⁣ Ada sebagian kaum muslimin yang beranggapan bahwa cadar adalah budaya Arab, bukan bagian dari syariat Islam. Dengan begitu, dia bisa menyudutkannya, karena budaya arab pasnya di negara Arab saja.⁣ ⁣ Kita katakan, bahwa orang yg demikian sangat pas dengan sebutan “kurang piknik”, walaupun sebagian dari mereka bergelar doktor, bahkan profesor -allahu yahdihim wa yahdina jami‘an-.⁣ ⁣ Hal ini karena ternyata sebagian ulama dari madzhab syafi‘i justru menegaskan bahwa cadar itu bukan budaya Arab, tetapi itu adalah syariat Islam yang mulia, yg dibawa oleh Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menggantikan budaya Arab sebelumnya.⁣ ⁣ Lihatlah penegasan Imam Ibnul Mulaqqin -rahimahullah- (wafat : 804 H) berikut ini.⁣ ⁣ “Dahulu Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- meninggalkan pakaian hijab (untuk para isteri beliau) karena berjalan sesuai budaya arab ketika itu, sampai akhirnya beliau diperintahkan dengan syariat hijab (cadar).⁣ ⁣ Perintah berhijab tersebut diturunkan (untuk para istri beliau)