Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Renungan

‏قال عطاء بن أبي رباح : ‏إن الرجل ليحدثني بالحديث، فأنصت له كأني لم أسمعه، وقد سمعته قبل أن يولد . "Terkadang, ada orang bercerita, namun saya tetap semangat mendengarkannya. Seolah-olah saya belum pernah mendengarnya. Padahal, cerita itu sudah saya ketahui sejak orang itu belum lahir" Kalimat bijak Atha' bin Abi Rabah (Siyar A'lam Nubala, Adz Dzahabi 5/86) Inilah akhlak Salaf yang patut diteladani! 1. Lebih banyak mendengar daripada berbicara. Hal itu akan mendorong untuk lebih banyak aksi dibanding sekadar berbunyi. Ilmu pun didapat dengan sabar-sabar mendengar. 2. Menghargai orang lain yang sedang berbicara, walau ia jauh lebih muda. Meskipun ia bawahan, meskipun ia anak, meskipun ia murid, dan meskipun ia masih kurang pengalaman.  3. Jangan sakiti hati orang dengan memutus pembicaraan nya! Apalagi belum selesai ia berkata, kita sudah menyambung cerita. Lebih-lebih lagi merespon, "Aku juga tahu cerita itu!" , atau "Aku lebih tahu dari kamu", ata

Umar mengubur Putrinya?

PENTING!! ( dulu pun saya tertipu dengan kisah ini, ) Dari DR Sholih Al Ushoimy dosen Unv. Islam . Imam Muhammad bin Saud, Jurusan Aqidah. Apakah Umar bin Khattab benar telah mengubur hidup Putrinya pada masa jahiliyah?? Jawabannya : TIDAK Memang presespsi itu muncul dari kebanyakan Dari khatib atau ustadz / dai, bahwasanya Umar bin Khattab telah mengubur putrinya pada masa Jahiliyah, dan kita semua selalu mendengarkan kisah tersebut melalui mimbar mimbar dalam sesi sesi kuliah dan ceramah, singkat kisah yg tersebar pada masyarakat adalah bahwa Umar Radhiallah anhu suatu hari tengah duduk bersama para sahabat yg lain, kemudian ia tiba tiba tertawa ringan lalu kemudian ia menangis. Lalu ada yg bertanya padanya apa yang telah terjadi. Umar menjawab: Dahulu pada saat jahiliyah kami membuat berhala sesembahan dari adonan roti. Kemudian suatu saat kami memakannya, itulah sebabnya aku tertawa. Adapun sebab tangisku karena dulu aku punya putri kecil dan aku terobsesi untuk menguburnya, kemudi

TANPA TAUHID AMAL IBADAH TIDAK BERNILAI

Tauhid adalah Syarat Diterimanya Ibadah Perlu pembaca sekalian ketahui bahwa ibadah tidak akan diterima kecuali apabila memenuhi 2 syarat : Pertama, memurnikan ibadah kepada Allah semata (tauhid) dan tidak melakukan kesyirikan. Kedua, mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibadah apapun yang tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat ini, maka ibadah tersebut tidak diterima. Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan,”Sesungguhnya apabila suatu amalan sudah dilakukan dengan ikhlas, namun tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah maka amalan tersebut tidak diterima. Dan apabila amalan tersebut sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah, namun tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Jaami’ul Ulum wal Hikam) Ada permisalan yang sangat bagus mengenai syarat ibadah yang pertama yaitu tauhid. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam risalahnya yang