Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

KEUTAMAAN TAUHID

** 📜 Dari 'Ubadah bin As-Shamit - رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ -berkata, telah bersabda rasulullah ﷺ : "ﻣﻦ ﺷﻬﺪ ﺃﻥ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ، ﻭﺃﻥ ﻣﺤﻤﺪاً ﻋﺒﺪﻩ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ، ﻭﺃﻥ ﻋﻴﺴﻰ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﻭﻛﻠﻤﺘﻪ ﺃﻟﻘﺎﻫﺎ ﺇﻟﻰ ﻣﺮﻳﻢ ﻭﺭﻭﺡ ﻣﻨﻪ، ﻭاﻟﺠﻨﺔ ﺣﻖ ﻭاﻟﻨﺎﺭ ﺣﻖ، ﺃﺩﺧﻠﻪ اﻟﻠﻪ اﻟﺠﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ اﻟﻌﻤﻞ". ﺃﺧﺮﺟﺎﻩ _" Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba Allah dan rasul-Nya, juga kalimat-Nya yang dilemparkan kepada Maryam dan merupakan ruh dari-Nya, dan surga adalah haq dan neraka adalah haq, Allah masukkan dia ke dalam surga atas apa yang dia lakukan dari amalan. " Dikeluarkan oleh keduanya_ (¹). ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖ ✍ *Berkata As-Syaikh Al-'Allamah Shaleh bin Fawzan Al-Fawzan - حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى - : ▪️ 'Ubadah bin As-Shamit: adalah 'Ubadah bin As-Shamit bin Qais Al-Anshari Al-Khazraji, salahsatu pimpinan dalam perang Badar ya

Penjelasan Hadits Bab 10

📚 Syarah Shahih AlBukhari Kitabul Iman 📖 “Haddatsanaa Abul Waliid ia berkata, haddatsanaa Syu’bah ia berkata, akhbaronii Abdullah bin Abdullah bin Jabr ia berkata, saya mendengar Anas Rodhiyallohu 'Anhu  berkata dari Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam Beliau bersabda : “Tanda keimanan adalah cinta kepada Anshor dan tanda kemunafikan adalah benci kepada Anshor”. ▶ Penjelasan Hadits : 1. Hadits ini juga sebagai barometer ukuran keimanan seseorang, apakah didalam hatinya terdapat rasa kecintaan kepada sahabat Anshor dan juga seluruh sahabat Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam? Ataukah justru sebaliknya, ia memendam kebencian kepada sahabt-sahabat Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam. Kalau hal ini terdapat pada diri seseorang, maka ia adalah salah satu dari dua jenis manusia, apakah ia orang kafir ataukah orang munafik?. Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan dalam surat Al Fath ayat 29 bahwa orang kafir sangat jengkel kepada para sahabat Nabi Shollallohu 'A

MASUK SURGA TANPA HISAB Hadits Tentang 70.000 Orang Yang Masuk Surga Tanpa Hisab (terakhir)

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata mengomentari sanad hadits ini: “Sanadnya jayyid (bagus)”. Mereka itu adalah orang-orang yang: a. Tidak minta diruqyah. Demikianlah yang ada dalam shahihain. Juga pada hadits Ibnu Mas’ud radhiyallâhu’anhu dalam musnad Imam Ahmad rahimahullâh. Sedangkan dalam riwayat Imam Muslim (وَلاَ يَرْقُوْنَ ) artinya yang tidak meruqyah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata “Ini merupakan lafadz tambahan dari prasangka rawi dan Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam tidak bersabda (وَلاَ يَرْقُوْنَ ) karena Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam pernah ditanya tentang ruqyah, lalu beliau menjawab: “Barangsiapa diantara kalian mampu memberi manfaat kepada saudaranya, maka berilah padanya manfaat” dan bersabda: “Boleh menggunakan ruqyah selama tidak terjadi kesyirikan padanya.” Ditambah lagi dengan amalan Jibril ‘alaihissalam yang meruqyah Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam dan Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam meruqyah shahabat-shahabatnya. Beliaupun menjelaskan perbedaan an

MASUK SURGA TANPA HISAB Hadits Tentang 70.000 Orang Yang Masuk Surga Tanpa Hisab (lanjutan3)

إِنَّ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ “Sesungguhnya umatku datang pada hari kiamat dalam keadaan wajah, tangan dan kakinya bercahaya karena bekas wudhu” (HR. Muslim no. 246). 15. Ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa setiap 1000 dari 70.000 tadi ada 70.000 lagi. Dari Abu Umamah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, وَعَدَنِى رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِى سَبْعِينَ أَلْفاً بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفاً “Rabbku ‘azza wa jalla telah menjajikan padaku bahwa 70.000 orang dari umatku akan dimasukkan surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Setiap 1000 dari jumlah tersebut terdapat 70.000 orang lagi.” (HR. Ahmad 5: 268. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dan sanad hadits ini hasan). Berarti berdasarkan hadits ini ada 4.900.000 orang yang dimaksud. 16. Setelah Nabi shallalla

Faedah thalabul 'ilmi

KEUTAMAAN BELAJAR ISLAM *Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata* . “Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu. Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan diri pada Allah).” *Ali radhiyallahu ‘anhu berkata* “Ilmu (agama) itu lebih baik dari harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta mesti engkau menjaganya. Harta akan berkurang ketika dinafkahkan, namun ilmu malah bertambah ketika diinfakkan.” *Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata* مَجْلِسُ فِقْهٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً “Majelis ilmu lebih baik dari ibadah 60 tahun lamanya.” *Imam Asy Syafi’i rahimahullah* berkata, مَنْ لَا يُحِبُّ الْعِلْمَ لَا خَيْرَ فِيهِ “Siapa yang tidak mencintai ilmu (agama), tidak ada kebaikan untuknya.” *Imam

Perbedaan karakteristik Muwahhid dan Musyrik dalam Uluhiyah (2)

📚 Syarah Ushulul Iman 📖 Allah medeskripsikan hamba-Nya dengan penghambaan kepada -Nya.  Firman -Nya, “(Yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah, yang mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.” (QS.al-Insan:6) Dan firman -Nya, [ "Dan hamba-hamba Tuhan yang Mahapenyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil  menyapa  mereka,  mereka  ucapkan kata-kata (yang  mengandung)  keselamatan."  (QS.al-Furqan:63)  Dalam  riwayat  yang  lain  beliau  (Syaikhul Islam) -rahimahullah-  juga menyebutkan,  "Ketahuilah  bahwa  kefakiran  hamba  terhadap  Allah Shubhanahu wa ta’alla  dalam  mengibadahi  -Nya  tanpa menyekutukan  -Nya  dengan  sesuatu  pun,  tidak  bisa  diserupakan dengan  apa  pun,  namun  dari  sebagian  sisi  seperti  kebutuhan  jasad terhadap  makan  dan  minum,  meskipun  di  antara  keduanya  amat banyak  perbedaan. Sesungguhnya  hakikat hamba,  hati  dan  r

MASUK SURGA TANPA HISAB Hadits Tentang 70.000 Orang Yang Masuk Surga Tanpa Hisab (lanjutan2)

Tujuh puluh ribu orang dari umatku akan masuk surga tanpa hisab. Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak beranggapan sial dan mereka selalu bertawakkal pada Rabbnya.” Hadits ini disebutkan oleh Syaikh Muhammad At Tamimi dalam Kitab Tauhid ketika membahas keutamaan menyempurnakan tauhid akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Yang dimaksud menyempurnakan tauhid (tahqiq tauhid) adalah dengan meninggalkan kesyirikan baik syirik besar dan syirik kecil, meninggalkan perbuatan bid’ah, dan meninggalkan maksiat. (Lihat At Tamhid li Syarh Kitabit Tauhid, hal. 56). Syaikh Sulaiman At Tamimi menjelaskan bahwa yang dimaksud merealisasikan tauhid adalah tidak ada di hati seseorang sesuatu selain Allah, tidak ada keinginan pada apa yang Allah haramkan, selalu patuh pada perintah Allah. Itulah bukti dari merealisasikan kalimat laa ilaha illallah. (Lihat Taisir Al ‘Azizil Hamid, 1: 253). Baik kita sekarang lihat hadits panjang yang dimaksud. Hushain bin ‘Abdurrahman –ra

Jaminan Dari Allah

Oleh: Ustadz Ari Wahyudi Bukti kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya sangat banyak. Di antaranya adalah berupa jaminan dari-Nya bagi siapa saja yang mau benar-benar mengikuti petunjuk-Nya bahwa mereka tidak akan sesat dan tidak pula celaka. Allah ta'ala berfirman (yang artinya), "Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka." (QS. Thaha: 123) Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma berkata, "Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca al-Qur'an dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akherat." Kemudian beliau membaca ayat di atas (lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal. 49). Lalu apa yang dimaksud dengan mengikuti petunjuk Allah? Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah menerangkan, bahwa maksud dari mengikuti petunjuk Allah ialah: [1] Membenarkan berita yan

MASUK SURGA TANPA HISAB Hadits Tentang 70.000 Orang Yang Masuk Surga Tanpa Hisab (lanjutan)

Maksud Takwa Takwa asalnya adalah menjadikan antara seorang hamba dan sesuatu yang ditakuti suatu penghalang. Sehingga takwa kepada Allah berarti menjadikan antara hamba dan Allah suatu benteng yang dapat menghalangi dari kemarahan, murka dan siksa Allah. Takwa ini dilakukan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi maksiat. Namun takwa yang sempurna kata Ibnu Rajab Al Hambali adalah dengan mengerjakan kewajiban, meninggalkan keharaman dan perkara syubhat, juga mengerjakan perkara sunnah, dan meninggalkan yang makruh. Inilah derajat takwa yang paling tinggi. Al Hasan Al Bashri berkata, المتقون اتَّقَوا ما حُرِّم عليهم ، وأدَّوا ما افْتُرِض عليهم “Orang yang bertakwa adalah mereka yang menjauhi hal-hal yang diharamkan dan menunaikan berbagai kewajiban.” ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata, ليس تقوى الله بصيام النهار ، ولا بقيام الليل ، والتخليطِ فيما بَيْنَ ذلك ، ولكن تقوى اللهِ تركُ ما حرَّم الله ، وأداءُ ما افترضَ الله ،فمن رُزِقَ بعد ذلك خيراً ، فهو خيرٌ إلى خير “Takwa bukanlah h

merapatkan shaff dalam Shalat

Terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan anjuran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat untuk merapatkan shaf. Diantaranya, . 1. Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan makmumnya, . أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ وَتَرَاصُّوا . ”Luruskan shaf kalian dan rapatkan.” (HR. Bukhari 719) . 2. Juga dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan, . سوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَفِّ مِنْ تَماَمِ الصَّلَاةِ . ”Luruskan shaf kalian, karena meluruskan shaf bagian dari kesempurnaan shalat.” (HR. Muslim 433). . 3. Hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan, . أقيموا الصَفِّ فِي الصَّلَاةِ فَإِنَّ إِقَامَةَ الصَفِّ مِنْ حُسْنِ الصَّلَاةِ . Luruskan shaf dalam shalat, karena meluruskan shaf bagian dari kesempurnaan shalat. (HR. Muslim 435) . 4. Hadis dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi w