Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Jarak Masjid yang wajib untuk didatangi bila Adzan dikumandangkan.

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah: Sesungguhnya kami jauh dari masjid kampung, namun kami (tetap) shalat berjama'ah ditempat yang kami jadikan sebagai mushalla untuk kami. Apakah atas kami sesuatu dengan tidak pergi kemasjid? Jawab: Apabila kalian mendengarkan adzan *dengan suara biasa tanpa mengunakan pengeras suara karena dekatnya suara itu dari kalian* maka kalian harus pergi dan sholat bersama mereka. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ: siapa yang mendengarkan adzan(dengan suara biasa) dan tidak datang maka tidak ada sholat baginya kecuali disebabkan udzur. Maka datanglah orang buta kepada beliau dan berkata: wahai Rasulullah aku tidak punya seorang penuntun yang menuntunku kemasjid, apakah ada keringanan untukku untuk sholat dirumah? Maka nabi ﷺ bertanya: apakah kau mendengar panggilan shalat? Ia menjawab : ia. Beliau berkata: maka jawablah panggilan itu. Maka yang wajib bagi kalian shalat berjamaah di masjid apabila kalian mendengar adzan, dan mampu pergi. Adapun apabila jauh dari kal

KHAWATIRLAH KEADAANMU BERUBAH

Al-'Allamah al-Imam Rabi' bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berkata : والمؤمن يخشى دائمًا أن تتغير حاله Seorang mukmin itu senantiasa khawatir keadaannya akan berubah. Sungguh telah tsabit dari 'Aisyah dan Anas radhiyallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu banyak mengucapkan: يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك "Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku di atas agama-Mu". Maka aku berkata: يا رسول الله آمنا بك وبما جئت به فهل تخاف علينا؟ Wahai Rasulullah, kami beriman kepada engkau dan kepada apa yang engkau bawa, maka apakah engkau mengkhawatirkan keadaan kami? Beliau shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: نعم, إن القلوب بين أصبعين من أصابع الله عز وجل يقلبها كما يشاء "Ya, sesungguhnya hati itu berada di antara dua jemari dari jari-jemari Allah 'Azza wa Jalla, Ia membolak-balikkannya sebagaimana apa yang Dia kehendaki". هذا والله هو الفقه : ألا يأمن الإنسان على نفسه، لأن الشيطان يج

Kedudukan Wanita

KEDUDUKAN WANITA DI MASA JAHILIYYAH Sebelum datang Islam, kelahiran anak perempuan sangat dibenci dan tidak diharapkan : 1. Bayi perempuan dikubur hidup-hidup sampai meninggal di dalam tanah. Allah ta'ala berfirman : (وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ * بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ) "Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apa dia dibunuh?" [Surat At-Takwir 8 - 9] 2. Seandainya pun dibiarkan hidup, maka anak perempuan dipelihara dalam kerendahan dan kehinaan. Allah ta'ala berfirman : (وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ * يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ) "Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaik

Iman kepada Rasul - rasul Allah

Syarah Ushulul Iman Beriman kepada rasul adalah salah satu rukun iman, dimana tidak sah iman seseorang tanpa beriman kepada para rasul. Maksud beriman kepada rasul adalah: meyakini secara pasti bahwa Allah subhanahu wataala mempunyai rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk menyampaikan risalah-Nya. Barangsiapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan barangsiapa yang mengingkarinya maka tersesat. Dan mereka para rasul telah menyampaikan semua yang telah diturunkan Allah kepada mereka secara jelas. Mereka telah menunaikan semua amanah, membimbing umat dan berjuang di jalan Allah dengan sebenar-benarnya, menegakkan hujjah, tidak ada sedikitpun isi risalah yang diganti atau diubah atau disembunyikan mereka. Kita wajib beriman dengan semua rasul baik yang disebutkan namanya atau yang tidak disebutkan, dan setiap rasul yang datang pasti membawa berita tentang kedatangan rasul setelahnya dan rasul yang datang sesudahnya membenarkan rasul-rasul sebelumnya. Para Rasul juga memili

UNGKAPAN "LAW LA" (KALAU BUKAN) YANG BOLEH DAN TIDAK BOLEH !

Al-'Allamah Al-Faqih Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah berkata: "Dalam bab ini kami memiliki beberapa ungkapan, maka hendaknya perhatikan mana yang tepat ! Pertama: Kalau bukan karena Allah menyelamatkanku dengan fulan niscaya aku mati. Ungkapan ini benar dan merupakan ungkapan yang paling bagus. Kedua: Kalau bukan karena fulan menyelamatkanku niscaya aku tenggelam. Hal ini benar apabila orang yang menyelamatkannya itu nyata. Adapun jika keberadaan orang yang menyelamatkannya telah meninggal maka hal ini tidak boleh. Ketiga: Kalau bukan karena Allah kemudian (tsumma) fulan niscaya aku tenggelam. Maka ungkapan ini boleh. Keempat: Kalau bukan karena Allah lalu (al-fa') fulan niscaya aku tenggelam. Maka ungkapan ini tidak baik. Kelima: Kalau bukan karena Allah dan fulan, maka ungkapan ini tidak boleh, karena Anda telah menyekutukan Allah bersama fulan dengan huruf al-wawu (dan) yang berkonsekuensi menyamakan. Dan hal ini tidak boleh. Wallahu

Buah Dari Ujian & Musibah Bagi Orang-orang Beriman

** Setiap orang beriman pasti diuji dan diberikan cobaan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam kehidupannya. Namun yang paling penting ujian dan musibah tersebut tentu harus disikapi dengan kesabaran. Allah subhanahu wa ta'ala sengaja melakukan demikian karena menginginkan kebaikan bagi mereka yakni agar orang-orang beriman meninggal dalam keadaan bersih dari dosa. Bukankah ini buah yang manis bagi kita? Tempat manakah selain surga yang akan dihuni orang-orang yang sudah bersih dari dosa? Ujian pada harta, diri, keluarga dan agama adalah sunnatullah pada setiap orang beriman sampai mereka mati meningalkan alam dunia yang fana ini dalam keadaan bersih dari dosa. Dosa-dosanya akan bersih karena diampuni oleh Allâh Azza wa Jalla. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allâh membiarkannya berjalan di atas b

Akhlak yang paling mulia

Akhlak yang paling mulia itu bukan membalas senyum orang yang menyapamu. Orang jahatpun melempar senyum kepada calon korbannya. Bukan pula membalas pemberiaanny a, karena penjahatpun dermawan kepada kawannya. Akhlak tertinggi itu ketika kita mampu menebar salam kepada orang yang menghardik, memberi kepada kepada orang pelit, memaafkan kepada yang bertindak jahat, dan mendoakan kepada yang mengumpat. Laksana pohon lebat yang membalas lemparan batu para penjahat dengan buahnya yang lezat. "Tolak lah kejahatan dengan cara yang terbaik, niscaya orang orang yang memusuhimu berubah menjadi seperti sahabat yang amat setia; tidak ada yang sanggup melakukan itu kecuali orang penyabar dan tidak ada yang memperoleh kemuliaan itu kecuali orang yang berhak mendapatkan karunia besar". "Jika kalian hendak membalas, balaslah setimpal dengan kejahatan mereka, tapi jika kalian bersabar, maka akibatnya akan lebih baik bagi orang-orang yang bersabar". Terkadang po

MENUDUH JELEK ORANG LAIN BISA MENGHILANGKAN NIKMAT DIRI KITA

*Untaian Hikmah dari Lisan Ulama Ahlussunnah* قال مكحول -رحمه الله تعالى-: (رأيت رجلا يصلي ، وكلما ركع وسجد بكى ، فاتهمتُه أنه يرائي ببكائه ، فحُرمت البكاء سنة) . حلية الأولياء (١٨٤/٥) *Imam Mak-hul (TABI'IN) berkata, "Aku pernah melihat seseorang sholat, setiap kali dia ruku' dan sujud ia menangis. Lalu aku menuduhnya menangis hanya karena riya'. Akibatnya aku dihukum (Allah) tidak bisa menangis dalam sholat selama 1 tahun."* *(kitab Hilyatul Auliya 5/184, karya Imam Abu Nu’aim Al Ashfani -rahimahulloh, wafat 228 H)*

Bab Air-air

📚 Pelajaran Fiqih 📖 (Miyaah) adalah kata jamak dari (maa‟un) yang asalnya adalah (mauhun) maknanya ketika dijamak ha-nya yang dinampakkan. Jadi “bab miyaah” artinya pintu yang bisa menganarkan kita kepada hukum-hukum seputar air.  Dijamak air-air di sini dilihat kepada jenis dan hukum air berbeda-beda dan beranekaragam sehingga dijamak oleh penulis kitab dari para ulama dan asalnya air itu hanya satu yaitu disebut air. Hikmahnya dalam ilmu fiqih karena air merupakan asal media yang bisa dipakai bersuci, yakni dalam berwudhu dan Mandi Janabah. Dan air merupakan media mencuci alat - alat yang kotor. Sedangkan dikatakan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di rahimahullah dalam kitab Manhajus Salikin: Fasal [Tentang Air] Adapun Shalat; maka mempunyai beberapa syarat yang mendahuluinya; diantaranya: - Thahaarah (bersuci); sebagaimana sabda Nabi 🁲: “Shalat tidak akan di terima tanpa bersuci.” [HR. Muslim].  Maka barangsiapa yang tidak bersuci dari: hadats besar

Bermusyawarah

Berkata Umar bin Al-Khatthab radhiyallähu’anhu: (اعتزل ما يؤذيك وعليك بالخليل الصالح وقلما تجده وشاور في أمرك الذين يخافون الله عز وجل) البيهقي في شعب الإيمان [٨٩٩٦]. Tinggalkan apa yang mengganggumu dan peganglah olehmu teman setia yang shaleh, karena betapa sedikitnya apa yang kamu temui dan bermusyawarah dalam urusanmu orang-orang yang mereka takut kepada Allah ﷻ.  Diriwayatkan oleh Baihaqi di dalam Syu’abul Iman no. (8996).

audio Kajian ilmu

📲 Link Download https://www.4shared.com/video/UhmpIok9da/REKAM_RendahHati_17032019_1837.html 💽 Audio Kajian "Menjadi penuntut ilmu yang rendah hati" 📚 Dari Kitab Hilyatu Thalibil Ilmi 👤 Bersama Rizky Ramadhan t.me/mutiaraArrisalah

Iman kepada Malaikat-malaikat

Termasuk bagian dari rukun iman adalah iman kepada malaikat-malaikat Allah ta’ala, sebagaimana firman-Nya : . ﺁﻣَﻦَ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥ َ ﻛُﻞٌّ ﺁﻣَﻦَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻣَﻼﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻻ ﻧُﻔَﺮِّﻕُ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﺣَﺪٍ ﻣِﻦْ ﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻭَﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺳَﻤِﻌْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻃَﻌْﻨَﺎ ﻏُﻔْﺮَﺍﻧَﻚَ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻭَﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ . “Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali" [QS. Al-Baqarah : 285]. . Dalam hadits Jibriil yang terkenal/masyhuur disebutkan tentang rukun iman : . ﺃَﻥْ ﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَ

Kalimat "Aamiin" Jangan Disambung?

Assalamu'alaikum.. Ustadz apakah benar tidak boleh menyambung kalimat aamiin dengan kata yang lain seperti "Aamiin yaa robbal 'aalamiin"? Disebutkan dalam gambar yang beredar, ucapan ini bersumber dari Ibnu Rojab dalam Syarh Al Bukhari 4/389 beliau berkata, "Tidak dianjurkan menyambungkan kalimat aamiin dengan dzikir yang lain misalnya ia mengatakan aamiin yaa Robbal 'aalamiin karena kalimat tersebut tidak ada petunjuknya di dalam As Sunnah." Jawab: Wa'alaikumussalam warohmatullah wabarokatuh. Penjelasan Al-Hafidzh Ibnu Rojab yang dimaksudkan di atas sebetulnya terkait mengaminkan setelah membaca Al-Fatihah di dalam sholat, bukan mengaminkan di luar sholat. Maka boleh mengucapkan Aamiin yaa Robbal 'aalamiin atau Aamiin yaa mujiibas saa'iliin. Sedangkan di dalam sholat mengaminkan dengan tambahan seperti itu tidak ada contohnya dari Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. ______________________________ ✍🏻 Fikri Abul Hasan https://t.me/ma

APAKAH DZIKIR HARUS TETAP DI TEMPAT SHALAT?

** Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah *PERTANYAAN:* “Apakah bertasbih setelah shalat WAJIB untuk di tempat yang seseorang shalat padanya? Sebab aku seorang wanita yang telah menikah dan memiliki beberapa anak sehingga aku tidak bisa duduk sampai menyelesaikan tasbih, maka aku menyempurnakannya dalam kondisi bangkit menyelesaikan urusan anggota-anggota keluargaku?” *JAWABAN:* “Tidak dipersyaratkan dalam dzikir setelah shalat lima waktu untuk tetap berada di tempat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ ﴿١٠٣﴾ _Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), berdzikirlah/ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring._ Q.S. An-Nisaa’: 103. Dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman tentang Shalat Jum’at: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿١٠﴾ _Apabila

Turut Berduka cita

Dengan segala tuduhan di seluruh dunia tentang ISLAM, menyuarakan bahwa islam adalah agama teroris, agama yang gila akan peperangan, yang kemudian tertanam di benak setiap warga dunia yang tidak menganut islam bahwa islam adalah agama yang berbahaya. Yang kemudian terus bertumbuh menjadi islam phobia. Tentu bagi kami selaku umat islam yang sering mendengar tuduhan-tuduhan tak berdasar seperti teroris, atau tuduhan buruk apapun terhadap kami,tidak lantas menimbulkan keraguan di hati kami tentang agama islam yang kami cintai dan banggakan,justru semakin bertambah keyakinan kami bahwa Maha Benar Allah dengan segala firman nya _Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya._ (Al Baqa

CIRI ANAK DURHAKA & ANAK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA !

Al-'Allamah Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله berkata : Jika kita perhatikan keadaan umat manusia hari ini, kita akan mendapati kebanyakan dari mereka tidaklah berbakti kepada kedua orang tuanya, bahkan dia berlaku durhaka. Engkau jumpai dia berlaku baik kepada sahabat – sahabatnya dan tidak merasa jenuh duduk bersama mereka. Akan tetapi jika dia duduk bersama ayah dan ibunya sesaat saja di waktu siang hari, niscaya engkau dapati dia merasa jenuh, seakan – akan dia berada di atas bara api. Maka dia bukanlah orang yg berbakti kepada kedua orang tuanya. Bahkan seorang yang berbakti ialah dia yang lapang dadanya untuk ayah dan ibunya, berkhidmat (melayani) untuk menyejukkan kedua mata mereka, dan bersemangat dengan sepenuh jiwanya untuk membuat keduanya ridho dengan mengerahkan segala sesuatu yg ia mampu. (Syarah Al-Aqidah Al-Wasithiyyah 3/121) Semoga Bermanfaat ! Baarakallahufiykum. (Al-Akh Abu Umar Andri Maadsa)

TINGKATAN TAUBAT

Taubat, secara bahasa maknanya kembali. Adapun taubat kepada Allah, artinya kembali kepada Allah, dari perkara yang tercela kepada perkara yang terpuji, dari perkara yang Allah larang kepada perkara yang Allah perintahkan, dari kemaksiatan kepada ketaatan, dan dari  perkara yang Allah benci kepada perkara yang Allah ridhai. Kembali kepada Allah setelah meninggal-Nya. Orang yang taubat memiliki tiga tingkatan : 1). At-Taib(التائب)  , seorang yang bertaubat kepada Allah karena takut dari siksa-Nya. Ini tingkatan terendah. 2). Al-Munib(المنيب) , seorang yang bertaubat kepada Allah karena malu telah berbuat maksiat kepada-Nya. Ini tingkatan pertengahan. 3). Al-Awwab(الأواب) , seorang yang bertaubat kepada Allah karena mengagungkan dan memuliakan-Nya. Ini merupakan tingkatan tertinggi. Sepertinya, kita masih berada di tingkatan yang paling rendah, yaitu seorang yang bertaubat karena takut akan siksa Allah. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita untuk mencapai tingkatan yang kedua,

BAGAIMANA BERAKHLAK BAIK KEPADA ALLAH?

Al-Allamah Ibnul Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Adapun berakhlak baik kepada Allah ﷻ yaitu: 1⃣ Ridha dengan hukum Allah baik secara syariat maupun takdir, 2⃣ Menerima hukum Allah dengan lapang dada dan tidak kesal, 3⃣ Tidak bersedih hati, 4⃣ Jika Allah telah mentakdirkan sesuatu yang dibenci kepada seorang muslim, maka ia ridha dengan takdir tersebut dan berserah diri serta bersabar, 5⃣ Ia mengucapkan "رَضِيْتُ بِاللهِ رَبّاً" baik dengan lisannya maupun hatinya, 6⃣ Jika Allah menghukuminya dengan hukum syar'i, maka ia ridha dan berserah diri serta tunduk kepada syariat Allah ﷻ dengan lapang dada dan jiwa yang tenang. Inilah yang disebut berakhlak baik kepada Allah ﷻ." 📚 Syarh Riyaadhush Shaalihin: 3/556 ____ https://t.me/miftahussalam 📌 حـسن الخلـق مـع الله ▪قال العلامة ابن العثيمين رحمه الله : أمَّا حُسن الخُلُق مع الله : فهو الرضا بحكمه شرعًا وقَدَرًا، وتلقِّي ذلك بالانشراح وعدمِ التضجُّر، وعدمِ الأسى والحزن، فإذا قدَّر الله على

KEUTAMAAN BERWUDHU' SETIAP KALI BERHADATS

** 🎙Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah *PERTANYAAN:* "Apa keutamaan yang didapatkan seorang muslim apabila ia konsisten untuk berwudhu' setiap kali ia berhadats?" (*) *JAWABAN:* "Fadhilah yang diraih oleh seorang muslim jika ia terus di atas wudhu' setelah ia berhadats yaitu ia selalu dalam keadaan thaahir (suci). 👉🏻 Dan senantiasa menjaga thaharah serta selalu tetap di atasnya adalah bagian dari amal shalih. ▪Sebab ia mungkin berdzikir kepada Allah di setiap kondisinya, sehingga dzikirnya kepada Allah Ta'ala tersebut ketika ia dalam keadaan suci. ▪Dan juga apabila ia mendapatkan (waktu) shalat di suatu tempat yang tidak ada air yang mudah untuk wudhu', maka ia telah siap untuk melaksanakan shalat. ☝🏻 _Almuhim_ (hal utama yang ditekankan) bahwa tetapnya seseorang selalu di atas thaharah terdapat padanya faidah-faidah yang banyak." 📖 *Kitaab ath-Thahaarah, al-Fauzan, hal. 24 - 25.* 💧✍🏼 Fikih Thaharah Da

Tolong Bawa Aku Ke Syurga

** Ketika mengunjungi seorang teman yang sedang kritis sakitnya, dia menggenggam erat tanganku, lalu menarik ke mukanya, dan membisikkan sesuatu... Dalam airmata berlinang dan ucapan yang ter-bata² dia berkata, **"Bila kamu tidak melihat aku di surga, tolong tanya kepada Allah di mana aku, tolonglah aku ketika itu..."* Dia langsung terisak menangis, lalu aku memeluknya dan meletakkan mukaku di bahunya. Aku pun berbisik, *"Insyaa Allah, Insyaa Allah, aku juga mohon kepadamu jika kamu juga tidak melihatku di surga..."* Kami pun menangis bersama, entah berapa lama... Ketika saya meninggalkan Rumah Sakit, saya terkenang akan pesan beliau... Sebenarnya pesan itu pernah disampaikan oleh seorang ulama besar, Ibnu Jauzi, yang berkata pada sahabatnya sambil menangis : *"Jika kamu tidak menemui aku di surga bersama kamu, maka tolonglah tanya kepada Allah tentang aku: 'Wahai Rabb kami, si fulan sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau, maka mas