Petunjuk Al-Qur’an Mencakup Kebahagiaan Dunia Dan Akhirat


Jumlah nash-nash yang termaktub dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam mengenai petunjuk Al-Qur’an yang mencakup kebahagiaan dunia dan akhirat adalah banyak sekali sehingga membutuhkan pembahasan tersendiri jika kita ingin untuk memperdalamnya. Tetapi karena tujuan disini adalah mengingatkan saja maka penulis ringkas sebatas yang terpenting, insya Allah.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman sebagai pujian atas kitabNya yang mulia dan pemberi petunjuk bagi hamba-hambaNya untuk diperhatikan
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57)

Ibnu Katsir berkata: “Mauidzah maksudnya pencegah dari hal-hal yang keji. Wa syifaun lima fisshudur maksudnya dari syubhat (yang tidak jelas) dan syak (ragu-ragu) seperti menghapus kotoran dan najis.”
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An-Nahl: 89)
Ibnu Mas’ud berkata tentang maksud ayat ini bahwa Allah menjelaskan pada kita dalam Al-Qur’an segala ilmu dan segala sesuatu.
Mujahid berkata: “ilmu dan segala sesuatu yaitu Setiap yang halal dan yang haram.”
Ibnu Katsir setelah mengisahkan dua perkataan di atas menjelaskan bahwa perkataan Ibnu Mas’ud lebih umum dan mencakup segala ilmu yang bermanfaat pada zaman dahulu dan ilmu-ilmu yang belum terungkap. Al-Qur’an juga menegaskan setiap yang halal dan haram serta apa-apa yang dibutuhkan oleh manusia dalam perkara dunia, agama, kehidupan dan tempat mereka kembali.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
“Barangsiapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123)
Ibnu Abbas berkata: “Allah menjamin bagi yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, maka ia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.”
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfiman:
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 2)
Ibnu Sa’di berkata: “Al-Huda yaitu apa yang meng-hasilkan petunjuk dari kesesatan, dan keraguan kepada petunjuk ke jalan yang lurus, yang bermanfaat.”
Firman Allah: “hudan” yang dibuang al-ma’mul (tanpa menyebutkan obyek) bukannya petunjuk untuk kemaslahatan seseorang, tidak pula sesuatu yang bersifat khusus bagi seseorang, melainkan dengan lafazh umum, karena maksudnya petunjuk bagi seluruh kemaslahatan dunia dan akhirat.
Maka Al-Qur’an petunjuk bagi para hambaNya yang bertaqwa. Juga penjelas antara kebenaran dengan kebatilan, serta bagaimana menempuh jalan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat mereka.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (Al-Isra’: 9)
Syaikh Amin As-Syinqithi berkata: “Allah menyebutkan pada ayat yang mulia ini bahwa Al-Qur’an yang agung adalah paling mulianya kitab yang diturunkan dari langit dan paling mencakup semua ilmu serta paling akhir-nya waktu diturunkan oleh Penguasa alam semesta. –Memberi petunjuk yang lebih lurus– maksudnya jalan yang terbaik, teradil dan paling benar.”
Ayat ini di dalamnya mencakup semua yang terdapat dalam Al-Qur’an dari petunjuk jalan yang terbaik, teradil, dan paling benar. Kalau kita menelusuri penjelasannya secara sempurna maka kita akan menyebutkan semua ayat Al-Qur’an, karena mengandung semua petunjuk kebaikan dunia dan akhirat; tetapi dengan izin Allah akan saya sebutkan petunjuk terbaik Al-Qur’an di berbagai bidang sebagai penjelas sebagian ayat peringatan dari berbagai masalah besar dan perkara-perkara yang diingkari oleh orang-orang yang melampaui batas dari orang-orang kafir yang mencari kesempatan untuk menjatuhkan Islam, karena keterbatasan kemampuan mereka tentang hikmah Al-Qur’an yang agung. Syaikh Amin juga menyebutkan bahwa hidayah Al-Qur’an yang paling lurus pada perkara At-Tauhid, menjadikan selain agama yang dibawa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam maka ia jelas kekafirannya. Tali pengikat antar individu dalam masyarakat dan ajakan agar berpegang teguh pada ikatan tauhid itulah Dienul Islam. Kemudian beliau menyebutkan sumbu perbaikan hati ada tiga:
• Penolakan terhadap hal-hal yang jelas merusak prinsip agama.
• Mengambil manfaat yang jelas sesuai kebutuhan menurut agama.
• Mempercepat penyempurnaan keindahan dengan pertumbuhan dengan akhlak yang mulia.
Dan setiap perbaikan diatas adalah petunjuk Al-Qur’an ke jalan yang lebih lurus. Barangsiapa mengambil petunjuk Al-Qur’an maka ia telah mengambil hidayah yang lurus untuk mengatasi masalah besar dalam dunia Islam dengan sebaik-baik jalan dan seadil-adilnya.
Sekian Yang bisa kami sampaikan semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada kesalahannya. Kritik saudara kami harapkan. Terima kasih. Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasanah wafil’aakhirati hasanah waqinaa ‘adzaabannaar
Jazakallah khoiron katsiron

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA