Pesan dan jalan menuju Taqwa

 

Ikhwatu fillah, seiring tahun ini negeri kita masih pandemi maka pemberangkatan ibadah haji ditunda agar tidak ada mafsadat yang diperkirakan terjadi.

 Setiap muslim yang hidup di dunia tak lepas dari ujian dan tantangan. Sebab sudah menjadi sunnatullah, mereka yang mengaku muslim pasti mengalami ujian untuk meningkatkan derajat. Setiap pelajar, dalam sekolahnya pasti akan menghadapi ujian. Dari ujian itu ia akan mengetahui kualitas ilmu, pemahaman dan kecerdasannya. Mereka yang berhasil menyelesaikan ujian dengan hasil yang memuaskan, dipastikan naik kelas.

Sebaliknya, mereka yang tak berhasil, dipastikan tidak naik kelas. Begitu pun dalam hidup ini, Allah senantiasa memberikan ujian dan tantangan kepada umat Islam untuk melihat atau menyeleksi siapa saja yang termasuk hamba Allah. Yang dikmaksud sebagai hamba Allah, tentu mereka yang bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Itulah landasan di setiap ibadah kita.

Ketika Allah memerintahkan kepada orang-orang yang ingin menempuh perjalanan ibadah haji agar menyiapkan perbekalan,
• Allah ta'ala berfirman,
ﻭَﺗَﺰَﻭَّﺩُﻭﺍ ﻓَﺈِﻥَّ ﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟﺰَّﺍﺩِ ﺍﻟﺘَّﻘْﻮَﻯٰ
"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." QS. Al-Baqarah: 197

• Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
ﺍﺗَّﻖِ ﺍﻟﻠﻪ ﺣَﻴﺜُﻤَﺎ ﻛُﻨْﺖَ
"Bertakwalah kamu kepada Allah di manapun berada." -HASAN- (Shahih al-Jami', 97) HR. At-Tirmidzi (1987)

Para pendahulu kita, dimulai dari Nabi Muhammad ﷺ dan diikuti orang-orang shalih setelah beliau memiliki kebiasaan menitipkan pesan agar bertakwa kepada seseorang yang ingin melakukan perjalanan.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata,
"Datang seseorang kepada Nabi Muhammad ﷺ , lalu dia mengatakan, 'Wahai Rasulullah, saya hendak melakukan safar. Berilah saya bekal.'
• Nabi ﷺ bersabda,
ﺯَﻭَّﺩَﻙَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟﺘَّﻘﻮَﻯ
"Semoga Allah membekalimu dengan ketakwaan." -HASAN SHAHIH- (Shahih at-Tirmidzi) HR. At-Tirmidzi (3444)

Makna Taqwa

Salah satu makna At Taqwa adalah apa yang diriwayatkan dari Rosulullah saw, bahwasanya beliau bersabda :


<< لا يبلغ العبد أن يكون من المتقين حتى يدع ما لا بأس به حذرا مما به بأس >>


” Bahwasanya seorang hamba, tidaklah akan bisa mencapai derajat ketaqwaan sehingga ia meninggalkan apa yang tidak dilarang, supaya tidak terjerumus pada hal- hal yang dilarang ” ( Hadist ini Hasan, diriwayatkan oleh Tirmidzi no : 2451 , Ibnu Majah no : 4215, Baihaqi : 2/ 335) .


Diriwayatkan pula bahwa pada suatu ketika Umar bin Khattab bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang Taqwa . Ubai balik bertanya : ” Apakah anda pernah melewati jalan yang banyak durinya ” ? ” Pernah ” Jawab Umar. Ubai bertanya kembali : ” Bagaimana ketika anda melewatinya ” ? Umar menjawab : ” Saya bersungguh- sungguh serta berhati- hati sekali supaya tidak kena duri ” . Ubai akhirnya mengatakan : ” Itulah arti Taqwa yang sebenar- benarnya. ”


Dari hadist an Atsar Umar ra,kita bisa menyimpulkan , bahwa hakikat taqwa adalah kesungguhan dan kehati-hatian terhadap apa yang dilarang Allah swt. Orang yang bertaqwa adalah orang yang sungguh –sungguh untuk menjauhi segala larangan Allah dan berhati- hati sekali supaya tidak terjerumus di dalamnya, walaupun untuk menuju kepada ketaqwaan tersebut , kadang- kadang ia harus meninggalkan apa yang tidak dilarang, jika hal tersebut akan menyeretnya kepada apa yang dilarang

*Jalan menuju taqwa*
1. .MUHASABAH
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ    اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. "
QS. Al-Hasyr[59]:18

2. Mu'ahadah (mengingat janji)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

"Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,
[18/6 4.45 PM] rizky R: . Al-An'am[6]:162

 3. Mujahadah (Bersungguh-sungguh)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ 

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."
QS. Al-'Ankabut[29]:69

 4. Muroqobah (selalu merasa diawasi Allah)

. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Dia (jibril) bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (Hr. muslim)

5. Mu'aqobah
Artinya, mencoba memberi sangsi kepada dirikita sendiri manakala kita melakukan sebuah kehilafan, menegur dan memberi sangsi kepada diri kita kalau kita melakukan kesalahan merupakan hal yang penting kita lakukan agar kita senantiasa meningkatkan amal ibadah kita. Contoh, Manakala kita terlewatkan kita terlewatkan salat subuh berjamaah maka hukumlah diri kita dengan infak di siang harinya, manakala kita terlewatkan membaca alqur'an 'iqoblah diri kita dengan memberi bantuan kepada si miskin. Kalau kita melewatkan sebuah amal saleh maka hukumlah diri kita sendiri dengan melakukan amal saleh yang lain, inilah yang di sebut mu'qobah. Jika sikap ini selalu kita biasakan insyaAllah kita akan selalu mampu meningkatkan kualitas ibadah dan diri kita.

Sumber:
Hartonoiwansel.blogspot. com,
Umma.id, dan
Telegram nasehat Etam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA