Perbedaan karakteristik orang-orang yang Muwahid dan orang-orang Musyrik dalam Uluhiyah (1)
๐ Syarah Ushulul Iman
๐
Dan menjadikannya karakteristik para malaikat dan nabi. Firman -Nya,
“Dan kepunyaan–Nya lah segala yang di langit, di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS.alAnbiya:19-20)
Allah Shubhanahu wa ta’alla mencela mereka yang menyombongkan diri. Firman -Nya
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah -Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” (QS.Ghafir:60)
Juga medeskripsikan hamba-Nya dengan penghambaan kepada -Nya. Firman -Nya,
“(Yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah, yang mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.” (QS.al-Insan:6)
Dan firman -Nya, "Dan hamba-hamba Tuhan yang Mahapenyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka ucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (QS.al-Furqan:63)
Dalam riwayat yang lain beliau -rahimahullah- juga menyebutkan, "Ketahuilah bahwa kefakiran hamba terhadap Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam mengibadahi -Nya tanpa menyekutukan -Nya dengan sesuatu pun, tidak bisa diserupakan dengan apa pun, namun dari sebagian sisi seperti kebutuhan jasad terhadap makan dan minum, meskipun di antara keduanya amat banyak perbedaan. Sesungguhnya hakikat hamba, hati dan rohnya tidak akan baik kecuali dengan menuhankan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang tidak ada tuhan selain -Dia. Tidak akan tenang di dunia kecuali dengan mengingat-Nya. Dia akan menemui siapa yang berupaya sungguh-sungguh menuju-Nya. Mau tidak mau sudah pasti akan menemui-Nya. Dan tidak ada kebaikan kecuali dengan bertemu dengan-Nya. Jika hamba mendapat kelezatan dan kesenangan dari selain Allah Shubhanahu wa ta’alla, itu tidak akan abadi, hanya berpindah dari satu jenis ke jenis yang lain, dari seorang ke orang yang lain, dan nikmat yang dirasakan hanya pada sebagian waktu dan keadaan
tertentu. Tak jarang yang menikmati dan mencicipi kelezatan tidak merasakan kenikmatan dan kelezatan tersebut, bahkan hanya akan menyakiti saja. Keberadaan kelezatan itu justru memudaratkannya. Adapun dari Tuhan-nya, dia akan mendapatkannya dalam segala kondisi dan setiap saat. Dimana pun berada (keagungan) Tuhan selalu bersamanya. Karenanya imam kita Nabi Ibrahim alKhalil mengatakan, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Dan dalam ayat yang paling agung di dalam al-Quran menyebutkan: "Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan -Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)…" (QS.al-Baqarah:255)
Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya. Mereka masih saja mengambil Tuhan selain Allah ๐. Mereka menyembah, meminta bantuan dan pertolongan kepada tuhan-tuhan itu dan menyekutukan Allah.
Padahal, Ilah (Tuhan) yang haq Dialah yang menjadi tempat bergantungnya hati para hamba, penuh dengan rasa cinta kepada-Nya melebihi cinta kepada yang lain, pengharapan hanya kepada-Nya, dan meminta dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya, serta tidak ada rasa takut dan khawatir kepada selain-Nya. Allah berfirman: ๐ ๐ ๐ ๐ “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) yang haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil dan sesungguhnya Allah, Dialah yang maha tinggi lagi maha besar.” (QS.Al-Hajj:62).
Sumber:
๐ Syarah Ushulul Iman, Syaikh Ibnu Utsaimin
Rukun-rukun Iman, Universitas Islam Madinah
Tauhid Uluhiyah, Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd
Komentar
Posting Komentar