Perbedaan karakteristik Muwahhid dan Musyrik dalam Uluhiyah (2)
๐ Syarah Ushulul Iman
๐
Allah medeskripsikan hamba-Nya dengan penghambaan kepada -Nya.
Firman -Nya, “(Yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah, yang mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.” (QS.al-Insan:6)
Dan firman -Nya,
[ "Dan hamba-hamba Tuhan yang Mahapenyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka ucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (QS.al-Furqan:63)
Dalam riwayat yang lain beliau (Syaikhul Islam) -rahimahullah- juga menyebutkan, "Ketahuilah bahwa kefakiran hamba terhadap Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam mengibadahi -Nya tanpa menyekutukan -Nya dengan sesuatu pun, tidak bisa diserupakan dengan apa pun, namun dari sebagian sisi seperti kebutuhan jasad terhadap makan dan minum, meskipun di antara keduanya amat banyak perbedaan. Sesungguhnya hakikat hamba, hati dan rohnya tidak akan baik kecuali dengan menuhankan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang tidak ada tuhan selain -Dia. Tidak akan tenang di dunia kecuali dengan mengingat -Nya.
-Dia akan menemui siapa yang berupaya sungguh-sungguh menuju-Nya. Mau tidak mau sudah pasti akan menemui -Nya. Dan tidak ada kebaikan kecuali dengan bertemu dengan -Nya. Jika hamba mendapat kelezatan dan kesenangan dari selain AllahShubhanahu wa ta’alla, itu tidak akan abadi, hanya berpindah dari satu jenis ke jenis yang lain, dari seorang ke orang yang lain, dan nikmat yang dirasakan hanya pada sebagian waktu dan keadaan
tertentu. Tak jarang yang menikmati dan mencicipi kelezatan tidak merasakan kenikmatan dan kelezatan tersebut, bahkan hanya akan menyakiti saja. Keberadaan kelezatan itu justru memudaratkannya.
Sedangkan,Pengambilan tuhan-tuhan yang dilakukan orang-orang musyrik telah dibantah oleh Allah dengan dua dalil:
A.Tuhan-tuhan yang diambil itu tidak mempunyai sifat-sifat uluhiyah sedikitpun, karena mereka adalah makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat mendatangkan manfaat, tidak dapat menolak bahaya, tidak memiliki hidup dan mati, tidak memiliki sebagian kecilpun dari langit dan tidak pula ikut memiliki keseluruhannya.
Allah berfirman: “Mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripadaNya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil) sesuatu manfaatpun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.”
(QS. Al-Furqan: 3).
Allah berfirman: “Katakanlah , “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah. Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sekali-kali tidak ada diantara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya, dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkanNya memperoleh syafaat…” (QS. Saba’: 22-23).
Allah berfirman: “Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembahpenyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” ( QS. Al-A’raf : 191-192). Kalau demikian keadaan tuhan-tuhan itu, maka sungguh sangat bodoh dan sangat keliru bila menjadikan mereka sebagai tuhan (Ilah).
B. Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah ๐ adalah satu-satunya Rabb, Pencipta, yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. Mereka juga mengakui bahwa hanya Dialah yang dapat melindungi dan tidak ada yang dapat memberi perlindungan selain-Nya. Ini mengharuskan pengesaan uluhiyah (penghambaan), seperti mereka mengesakan Rububiyah (ketuhanan) Allah.
Sumber:
๐ Syarah Ushulul Iman, Syaikh Ibnul Utsaimin
Tauhid Uluhiyah, Muhammad bin Ibrahim Al Hamd
Kitab Al Ubudiyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Komentar
Posting Komentar