Taqwa bersyari'at
Taqwa berasal dari kata waqaa - yaqii - wiqaayatan yang berarti takut, menjaga atau memelihara diri
Kata Waqa juga bermakna melindungi sesuatu, yakni melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan.
Tujuan Taqwa: Huwa anyattakhidzal insaanu an yaqiya min 'adzaabillaahi : Yaitu agar manusia menjadikan kewaspadaan (berhati-hati) dari 'adzab Allah
Yaqiya sendiri bermakna imtitsaalu awaamirillaahi wajtinaabu nawaamiihi : Mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya
At-Taqwa akan menghasilkan Al-Birr (Kebaikan)
وَ تَعاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوى
Dan tolong- menolonglah kamu dalam ( mengerjakan ) kebaikan dan takwa
Berhati - hati disebut Al Haithatu
Al-Kayyisu (Orang yg cerdik): Al Insaanul haazimu yaghtanimul furasha wayattkhizu linafsihil haithata:
Manusia yang cerdas memperlihatkan kepandaian menjadikan dirinya berhati-hati
Al haazimu: cerdas, yakni dalam segala tindakannya
Al Furashu: Pandai, yakni dalam segala tindakannya didasari atas ilmu
Hubungannya dengan syari'at
Padanan-padanan lafadz di atas menggambarkan bagaimana taqwa yang menghasilkan kebaikan adalah dalam perbuatannya Al Kayyisu (cerdik) yang al haazimu (cerdas) dengan Al Furashu (kepandaiannya didasari ilmu, tentunya syari'at Allah) maka itulah menjadi Al haithatu (berhati-hati, hasil tadarrusnya dan menjalankan syari'at Allah, itulah kaffahnya seorang muslim)
Dalam Manuscript (catatan tangan) Ust Dzulqarnain M. Sunusi
hal ini sangatlah penting bagi keimanan seorang muslim, sebab bertambahnya keimanan adalah;
1. Tadarrus (belajar) ilmu syari'at baik dari Al Qur'an, Hadits serta ullumul (Ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya), termasuk Sirah Rasulullah dan para Shahabat serta orang-orang shalih terdahulu (salafush - shalih)
2. Beramal dengan ilmu termasuk memperbanyak
3. Senantiasa berdzikir (mengingat) Allah
4. Bersifat dengan sifat - sifat orang mu'min
5. Berdakwah di jalan Allah dan
6. Meninggalkan kekufuran, maksiat dan bid'ah
Sedangkan berkurangnya keimanan:
1. Jahhil (bodoh) terhadap syari'at
2. Lalai dari dzikir kepada Allah
3. Berpaling dari hidayah taufiq karena tanpa tuntunan syari'at
Sumber;
Manuscript Ustadz Andri Mulyadi dan Rusdian Abdul Hakim
serta Dzulqarnain M. Sunusi dengan sedikit penambahan
Komentar
Posting Komentar