HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN
1.
Definisi:
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan
bersenggama mulai dari terbit fajar yang kedua sampai terbenamnya matahari.
Firman Allah ta’ala:
“…dan makan dan minumlah
hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam…” (Al
Baqarah: 187).
2.
Kapan dan bagaimana puasa Ramadhan diwajibkan?
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah
terlihatnya hilal, atau setelah bulan sya’ban genap 30 hari. Puasa Ramadhan
wajib dilakukan apabila hilal awal bulan Ramadhan disaksikan seorang yang
dipercaya, sedangkan awal bulan lainnya ditentukan dengan kesaksian dua orang
yang dipercaya.
3.
siapa yang wajib berpuasa Ramadhan?
Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim
yang baligh (dewasa), aqil (berakal), dan mampu untuk berpuasa.
4.
Syarat wajibnya puasa Ramadhan?
Adapun syarat wajibnya puasa Ramadhan ada
empat, yaitu: Islam, berakal, dewasa dan mampu.
5.
Kapan anak kecil diwajibkan puasa?
Para ulama mengatakan: anak kecil disuruh
berpuasa jika kuat, hal ini untuk melatihnya, sebagaimana disuruh shalat pada
umur 7 tahun dan dipukul pada umur 10 tahun agar terlatih dan membiasakan diri.
6.
Syarat sahnya puasa.
Syarat sahnya puasa ada enam:
a.
Islam: tidak sah puasa orang kafir sebelum
masuk islam.
b.
Akal: tidak sah puasa orang gila sampai
kembali berakal.
c.
Tamyiz: tidak sah puasa anak kecil sebelum
dapat membedakan (yang baik dengan yang buruk).
d.
Tidak haid: tidak sah puasa wanita haid,
sebelum berhenti haidnya.
e.
Tidak nifas: tidak sah puasa wanita nifas,
sebelum suci dari nifas.
f.
Niat: dari malam hari untuk setiap hari dalam
puasa wajib. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi r:
(( مَنْ لَمْ يُبَيِّتِ النِّيَّةَ قَبْلَ الفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ
لَهُ )) رواه الخمسة.
“Barangsiapa yang tidak
berniat puasa pada malam hari sebelum fajar maka tidak sah puasanya.”
(HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, An Nasa’I dan At Tirmidzi)[1].
Dan hadis ini menunjukkan tidak sahnya puasa
kecuali diiringi dengan niat sejak malam hari, yaitu dengan meniatkan puasa di
salah satu bagian malam.
7.
Sunnah puasa.
Sunnah puasa ada enam:
a.
Mengakhirkan sahur sampai akhir waktu malam,
selama tidak dikhawatirkan terbit fajar.
b.
Segera berbuka puasa bila benar-benar matahari
terbenam.
c.
Memperbanyak amal kebaikan, terutama menjaga
shalat lima
waktu pada waktunya dengan berjamaah, menunaikan zakat harta benda kepada
orang-orang yang berhak, memperbanyak shalat sunnah, sedekah, membaca Al Qur’an
dan amal kebajikan lainnya.
d.
Jika dicaci maki, supaya mengatakan: “Saya
berpuasa” dan jangan membalas mengejek orang yang mengejeknya, memaki orang
yang memakinya, membalas kejahatan orang yang berbuat jahat kepadanya; tetapi
membalas itu semua dengan kebaikan agar mendapatkan pahala dan terhindar dari
dosa.
e.
Berdoa ketika berbuka sesuai dengan yang
diinginkan. Seperti membaca doa:
عَنِ ابْنَ عُمَرَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ
اللهِ ( إِذَا أَفْطَرَ قَالَ: ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ
وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ.
Dari Ibnu Umar, ia berkata,”Rasulullah saw. itu apabila berbuka puasa beliau berdoa,’Telah hilang dahaga, terbasahi tenggorokan dan tetapnya pahala, insya Allah’. H.r. Abu Daud, I:528, Al-Hakim, I:422, Al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra, IV:239, Ad-Daroquthni, II:185, An-Nasai, As-Sunanul Kubra, II:255.
Dari Ibnu Umar, ia berkata,”Rasulullah saw. itu apabila berbuka puasa beliau berdoa,’Telah hilang dahaga, terbasahi tenggorokan dan tetapnya pahala, insya Allah’. H.r. Abu Daud, I:528, Al-Hakim, I:422, Al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra, IV:239, Ad-Daroquthni, II:185, An-Nasai, As-Sunanul Kubra, II:255.
f.
Berbuka dengan kurma segar, jika tidak punya
maka dengan kurma kering, dan jika tidak punya cukup dengan air.
8.
Hukum orang yang tidak berpuasa Ramadhan.
Diperbolehkan tidak puasa pada bulan Ramadhan
bagi empat golongan:
a.
Orang sakit yang berbahaya baginya jika
berpuasa dan orang bepergian yang boleh baginya mengqashar shalat. Tidak puasa
bagi mereka adalah afdhal, tapi wajib mengqadha’nya. Namun jika mereka berpuasa
maka puasa mereka sah (mendapat pahala). Firman Allah:
“…Maka barangsiapa diantara kamu ada yang
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain…”
(Al Baqarah: 184).
Maksudnya, jika orang sakit dan orang yang
bepergian tidak berpuasa maka wajib mengqadha’ (menggantinya) sejumlah hari
yang ditinggalkan itu pada hari lain setelah bulan Ramadhan.
b.
Wanita haid dan wanita nifas: mereka tidak
berpuasa dan wajib mengqadha’. Jika berpuasa tidak sah puasanya. Aisyah
radhiyallahu anha berkata:
“jika kami mengalami haidh, maka diperintahkan
untuk mengqadha puasa dan tidak diperintahkan mengqadha shalat.”
(Hadits muttafaq alaih).
c.
Wanita hamil dan wanita menyusui: jika
khawatir atas kesehatan anaknya boleh bagi mereka tidak berpuasa dan harus
mengqadha serta memberi makan seorang miskin untuk setiap hari yang
ditinggalkan. Jika mereka berpuasa maka sah puasanya. Adapun jika khawatir atas
kesehatan diri mereka sendiri, maka mereka boleh tidak bepuasa dan harus
mengqadha saja. Demikian dikatakan Ibnu Abbas sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
Daud([2]).
d.
Orang yang tidak kuat berpuasa karena tua atau
sakit yang tidak ada harapan sembuh. Boleh baginya tidak berpuasa dan memberi
makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya. Demikian kata Ibnu
Abbas menurut riwayat Al Bukhari([3]).
Sedangkan jumlah makanan yang diberikan yaitu
satu mud (genggam tangan) gandum, atau satu sha’ dari bahan makanan lainnya([4]).
9.
Hukum jima’ pada siang hari bulan Ramadhan.
Diharamkan melakukan jima’ (bersenggama) pada
siang hari bulan Ramadhan. Dan siapa yang melanggarnya harus mengqadha dan
membayar kaffarah mughalladzah (denda berat) yaitu memerdekakan hamba sahaya.
Jika tidak mendapatkan, maka berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika
tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin. Dan jika tidak punya maka
bebaslah ia dari kaffarah itu. Firman Allah ta’ala:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya…” (Al Baqarah: 286).
10.
Hal-hal yang membatalkan puasa.
a.
Makan dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan
karena lupa maka tidak batal puasanya.
b.
Jima’ (bersenggama).
c.
Memasukkan makanan ke dalam perut.
d.
Keluarnya darah haid dan nifas. Manakala
seorang wanita mendapati darah haid, atau nifas batallah puasanya, baik pada
pagi hari atau sore hari sebelum terbenam matahari.
e.
Murtad dari Islam –semoga Allah melindungi
kita darinya-. Perbuatan ini menghapuskan segala amal kebaikan. Firman Allah
ta'ala:
“…seandainya mereka mempersekutukan Allah,
niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Al
An’am: 88).
Tidak batal puasa orang yang melakukan sesuatu
yang membatalkan puasa karena tidak tahu, lupa atau dipaksa. Demikian pula jika
tenggorokannya kemasukan debu, lalat, atau air tanpa disengaja.
Jika wanita nifas telah suci sebelum sempurna
empat puluh hari, maka hendaknya ia mandi shalat dan berpuasa.
11.
Kewajiban orang yang berpuasa:
Orang yang berpuasa, juga lainnya, wajib
menjauhkan diri dari perbuatan dusta. Ghibah (menyebutkan kejelekan orang
lain), namimah (mengadu domba), laknat (mendoakan orang dijauhkan dari rahmat
Allah) dan mencaci maki. Hendaklah ia menjaga telinga, mata, lidah dan perutnya
dari perkataan yang haram, penglihatan yang haram, pendengaran yang haram,
makan dan minum yang haram.
12.
Puasa yang disunnahkan:
Disunnahkan puasa 6 hari pada bulan syawal, 3 hari pada setiap
bulan (yang afdhal yaitu tanggal 13, 14 dan 15, disebut shaumul biidh), hari
senin dan kamis, lebih ditekankan tanggal 9,
yaitu hari arafah, hari Asyura (tanggal 10 Muharram) ditambah sehari sebelum
atau sesudahnya untuk mengikuti jejak Nabi dan para sahabatnya yang mulia serta
menyelisihi kaum yahudi.
13.
Pesan dan nasehat:
Manfaatkan
dan pergunakan masa hidup anda, kesehatan dan masa muda anda dengan kebaikan
sebelum maut datang menjemput. Bertaubatlah kepada Allah dengan sebenar-benar
taubat dalam setiap waktu dari segala dosa dan perbuatan terlarang. Jagalah
fardhu-fardhu Allah dan perintah-perantah-Nya serta jauhilah apa-apa yang
diharamkan dan dilarang-Nya baik pada bulan Ramadhan maupun pada bulan lainnya.
Jangan sampai anda menunda-nunda taubat, lalu andapun mati dalam keadaan
maksiat sebelum sempat bertaubat, karena anda tidak tahu apakah anda dapat
menjumpai lagi bulan Ramadhan mendatang atau tidak?
Bersungguh-sungguhlah
dalam mengurus keluarga, anak-anak dan siapa saja yang menjadi tanggung jawab
anda agar mereka taat kepada Allah dan menjauhkan diri dari maksiat kepada-Nya.
Jadilah suri tauladan yang baik bagi mereka dalam segala bidang, karena andalah
pemimpin mereka dan bertanggung jawab atas mereka di hadapan Allah taala.
Bersihkan rumah anda dari segala bentuk kemungkaran yang menjadi penghalang
untuk berzikir dan shalat kepada Allah.
Sibukkan
diri dan keluarga anda dalam hal yang bermanfaat bagi anda dan mereka. Dan
ingatkan mereka agar menjauhkan diri dari hal yang membahayakan mereka dalam
agama, dunia dan akhirat mereka.
Semoga
Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang dicintai dan
diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan Allah kepada Nabi kita
Muhammad r,
segenap keluarga dan sahabatnya.
Komentar
Posting Komentar