Menerapkan Makna Ridha (bag 1)
Ridho merupakan sifat yang terpuji yang harus
dimiliki oleh manusia. Banyak ayat Al- Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah SWT
ridho terhadap kebaikan hambanya. Ridha menurut kamus al-Munawwir artinya
senang, suka atau rela. Dan bisa diartikan Ridho/rela adalah nuansa hati kita
dalam merespon semua pemberian-Nya yang setiap saat selalu ita rasakan.
Pengertian ridha juga ialah menerima dengan senang segala apa yang diberikan
oleh Allah s.w.t. baik berupa peraturan (hukum) ataupun qada’ atau sesuatu
ketentuan dari Allah SWT. Jadi ridho adalah perilaku terpuji menerima dengan
senang apa yang telah diberikan Allah kepadanya, berupa ketentuan yang
diberikan kepada manusia. Ada 2 dalil tentang keridhaan yaitu Dalil Aqli
atau Menurut akal pikiran, tanpa adanya ridha, manusia tidak akan bisa menerima
segala ketentuan-ketentuan Allah yang telah ditetapkan baginya, sehingga segala
sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tidak akan berjalan dengan baik.
Sedangkan dalil Naqlinya yaitu:
يَحْلِفُونَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنْ تَرْضَوْا
عَنْهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَى عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ (96)
Artinya:
Mereka
akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya
kamu ridha kepada mereka, sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang
yang fasik itu. (9: 96)
Sikap
rida merupakan sikap yg terpuji. Kata rida artian ikhlas menurut istilah adalah
mengerjakan sesuatu perbuatan yg baik dg niat hanya karena Allah Swt. dan hanya
mengrarapkan ridha-Nya. Sikap ikhlas senantiasa harus kita lakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Al Ghazali
Ridha adalah segala keputusan Allah SWT yang merupakan puncak keindahan akhlak
(muntaha husnul al khuluq).
Menurut Syeh Abdul Qadir Al-Djaelani ridha merupakan kewajiban hamba kepada Sang Khaliq yang tidak dapat ditolak.
Menurut Syeh Abdul Qadir Al-Djaelani ridha merupakan kewajiban hamba kepada Sang Khaliq yang tidak dapat ditolak.
Macam-Macam
Sikap Ridha
1. Rida kepada
Allah Swt.
Rida kepada Allah Swt. berarti
menerima dg sepenuh hati bahwa Allah Swt. adalah tuhan sekalian alam yg harus
kita sembah dan tidak menyekutukan-Nya.
Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wa
sallam bersabda:
ذَاقَ
حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ
“Akan merasakan manisnya iman,
مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْناً وَمُحَمَّدٍ
رَسُولاً
seorang yang ridha Allah sebagai
Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasul.”
(HR. Muslim, at-Tirmidziy dan
selainnya)
Beliau
juga bersabda:
يَا أَبَا سَعِيدٍ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ
دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“Wahai Abu Said, barangsiapa ridha
Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabinya,
maka ia pasti masuk surga.“
(HR Muslim)
Dan
ketahuilah, telah shahih dari Nabi, bahwa beliau bersabda :
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Tidaklah
seorang muslim membaca (dzikir berikut) saat ia memasuki pagi hari sebanyak
tiga kali dan di sore hari tiga kali:
رَضِيْتُ
بِاللهِ رَبًّا،
Aku Rela Allah sebagai Rabb
وَبِاْلإِسْلاَمِ
دِيْنًا
Islam sebagai agama
وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا.
dan Muhammad sebagai nabi (yang diutus oleh Allah).”
إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
kecuali Allah pasti untuk meridlainya
pada hari kiamat.”
(HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu
Majah dengan sanad yang hasan)
2.
Ridha
terhadap taqdir Allah.
Mari kita simak,
apa yang dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a. melihat
Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak
bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang
anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru,
kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt.
maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang
siapa tidak ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan
terhapus amalnya”.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia
tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan
keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang
perlu dilakukan oleh seorang muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar
merupakan perilaku menahan nafsu dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun
menyakitkan dan mengharap akan segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha
adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha
sendiri sebagai penawarnya.
Sebab didalam hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap
sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk
semakin dekat kepada Allah, dan semakin mengasyikkan dirinya untuk
bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang
salah satu anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah
serta memuji Allah swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar,
sesungguhnya Allah swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika
taqdirnya itu diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama
salaf mengatakan, tidak akan tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada
orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah swt. dalam situasi apapun
(Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007, Nomor: 032/Tahun ke 15)
3. Ridha Islam sebagai
Din
Yakni menerima islam
sebagai Din dan jalan hidup, tidak dengan agama yang lain. Islam merupakan
penyempurna dan dibawa oleh para Nabi dan Rasul.
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. (bersambung)
, syarah AlwasailMufidah lihayatisSa’idah
juga Minhajul Muslim
Komentar
Posting Komentar