Menerapkan Makna Ridha (bag 3)
4. Ridha dengan Nabi
Muhammad sebagai Nabi dan RasulNya
Yakni menerima dan
meyakini bahwa Muhammad sebagai penutup Nabi dan Rasul yang diutus kepada
seluruh manusia sebagai rahmat bagi semesta alam semesta. Tidak ada lagi Nabi
dan Rasul setelah beliau.
Allah
memuji Rasul-Nya yang datang membawa Al Quran. Diutus-Nya Beliau adalah rahmat bagi alam semesta.
Orang-orang mukmin menerima rahmat itu dan mensyukurinya, oleh karenanya mereka
membenarkan Beliau, sedangkan selain mereka kufur terhadap nikmat itu dan
menggantinya dengan kekafiran serta menolak rahmat tersebut.
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ
رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS.al-Ahzab:40)
Inilah kedudukan Beliau Rasulullah Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu sikap kita kepada Beliau adalah
menaati perintahnya, menjauhi larangannya, membenarkan setiap sabdanya dan
beribadah kepada Allah sesuai sunnahnya, serta mencintainya di atas kecintaan
kepada siapa pun orangnya.
ayat 40 surat Al-Ahzab ini merupakan nas yang menunjukkan bahwa tidak ada nabi lagi sesudahnya, dan apabila sudah tidak ada nabi lagi, maka terlebih lagi rasul. Karena kedudukan rasul bersifat lebih khusus daripada kedudukan nabi. Dengan kata lain, setiap rasul pasti nabi, tetapi tidak sebaliknya. Hal ini telah disebutkan oleh banyak hadis mutawatir dari Rasulullah Saw. melalui riwayat sejumlah para sahabat radiyallahu 'anhum.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْأَزْدِيُّ، حَدَّثَنَا زُهَيْر بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَثَلِي فِي النَّبِيِّينَ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا فَأَحْسَنَهَا وَأَكْمَلَهَا، وَتَرَكَ فِيهَا مَوْضِعَ لَبنة لَمْ يَضَعها، فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِالْبُنْيَانِ وَيَعْجَبُونَ مِنْهُ، وَيَقُولُونَ: لَوْ تمَّ مَوْضِعُ هَذِهِ اللَّبِنَةِ؟ فَأَنَا فِي النَّبِيِّينَ مَوْضِعُ تِلْكَ اللَّبِنَةِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami. Abu Amir Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Zuhair ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail ibnu Abu Ka'b, dari ayahnya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Perumpamaanku di kalangan para nabi sama dengan seorang lelaki yang membangun sebuah gedung, ia melakukan pekerjaannya dengan baik dan sempurna. Tetapi ia membiarkan suatu bagian yang tidak dirampungkannya. Maka manusia meliput bangunan tersebut dan mereka merasa kagum dengan keindahan bangunan itu seraya berkata, "Andaikata bagian ini dirampungkan pembangunannya (alangkah indahnya bangunan ini).” Maka perumpamaanku di kalangan para nabi adalah seperti bagian tersebut.
Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Bandar, dari Abu Amir Al-Aqdi dengan sanad yang sama, lalu ia mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziad, telah menceritakan kepada kami Al-Mukhtar ibnu Fulful, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus, maka tidak ada rasul dan tidak pula ada nabi sesudahku.
قَالَ أَبُو
دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا سَليم بْنُ حَيَّان، عَنْ سَعِيدِ بْنِ
مِينَاءَ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَثَلِي وَمَثَلُ الْأَنْبِيَاءِ كَمَثَلِ
رَجُلٍ بَنَى دَارًا فَأَكْمَلَهَا وَأَحْسَنَهَا إِلَّا مَوْضِعَ لَبنة، فَكَانَ
مَنْ دَخَلَهَا فَنَظَرَ إِلَيْهَا قَالَ: مَا أَحْسَنَهَا إِلَّا مَوْضِعَ هَذِهِ
اللَّبِنَةِ! فَأَنَا مَوْضِعُ اللَّبِنَةِ، خُتِمَ بِي الْأَنْبِيَاءُ،
عَلَيْهِمُ السَّلَامُ".
•
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaim
ibnu Hayyan, dari Sa'id ibnu Maina, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Perumpamaanku
dan perumpamaan para nabi sama dengan seseorang yang membangun sebuah gedung,
dia membangunnya dengan sempurna dan indah, terkecuali suatu bagian darinya.
Maka setiap orang yang masuk ke dalamnya menyaksikan keindahannya mengatakan,
"Alangkah indahnya gedung ini terkecuali bagian ini.” Maka akulah bagian
tersebut dan para nabi semuanya ditutup olehku.
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Turmuzi
meriwayatkan melalui berbagai jalur dari Salim ibnu Hayyan dengan sanad yang
sama; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini ditinjau dari segi jalurnya sahih
garib.
Termasuk rahmat Allah kepada
hamba-hamba-Nya ialah Dia mengutus Muhammad Saw. kepada mereka. Kemudian
termasuk penghormatan dari-Nya kepada mereka ialah Dia menutup para nabi dan
para rasul dengan Nabi Muhammad Saw., dan Allah telah menyempurnakan agama-Nya
yang hanif melalui Nabi Muhammad Saw.
Allah Swt. telah memberitakan di
dalam Kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya (yaitu sunnahnya yang mutawatir)
bahwa tidak ada nabi lagi sesudahnya. Dinyatakannya hal ini agar mereka
mengetahui bahwa barang siapa yang mengaku-ngaku dirinya menyandang gelar ini
sesudah ia tiada, maka dia adalah seorang pendusta, pembual, pemalsu, sesat,
dan menyesatkan.
Adapun makna
firman-Nya, (Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu) ; apa yang
diberitakan-Nya, maka itu adalah haq (benar), apa yang diputuskan-Nya maka itu
adalah ‘adil dan apa yang disyari’atkan-Nya, maka itu adalah kebaikan. Maka
serahkan kepada Allah segala putusan hukum sebab itu akan lebih baik dan
bermanfa’at (Lihat: tafsir Aysar at-Tafaasiir karya Syaikh Abu Bakar
al-Jazairy terhadap ayat tersebut)
5. Ridha Dengan
Hukum Allāh
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah
pantas bagi seorang laki-laki yang mu’min dan wanita yang mu’minah apabila
Allāh & Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan yang lain di dalam urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai
Allāh dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.”
(QS Al-Ahzab:
36)
syarah AlwasailMufidah
lihayatisSa’idah, Tafsir Alquranul ‘Adziim, Minhajul Muslim
juga Hidayatul Insan
Komentar
Posting Komentar