*Tegar Istiqomah*



Istiqomah artinya lurus dan konsisten. Secara istilah berarti senantiasa konsisten mentaati Allah dan RasulNya.

Sehari minimal 17 kali, dalam shalat kita memohon kepada Allah agar tegar di atas jalan istiqomah, tidak bengkok ke kanan atau ke kiri. Selalu produktif berbuat kebaikan dan ketaatan.

Menurut Syaqiq al-Balkhi, ada 4 jalan menuju istiqomah.

Pertama, tidak meninggalkan perintah Allah karena kesulitan.  Jika kesulitan hidup membelit, ada orang yang putus asa. Ia meninggalkan salat, puasa, makan barang haram, doyan maksiat dan dosa. Ia lupa kepada Allah. 

Jika seseorang tetap taat kepada Allah, meskipun di masa sulit maka dia termasuk orang yang istiqomah.

Kedua, tidak meninggalkan perintah Allah karena merasa kaya. Ada orang yang diberi kekayaan bukannya bersyukur kepada Allah, tetapi justru malah melupakan Allah. Berfoya-foya, sombong dan menggunakan kekayaannya untuk bermaksiat dan durhaka kepadaNya.

Orang yang istiqomah  menjadikan kekayaannya sebagai sarana ketaatan kepada Allah. Seperti untuk bersedekah, pergi umroh atau haji, membantu fakir miskin, yatim, sarana pendidikan, dakwah, sosial dan sebagainya.

Ketiga, tidak beramal berdasarkan keinginan orang lain. Dalam beramal hendaknya seseorang meniatkan semata-mata karena Allah. Bukan karena malu atau karena disuruh oleh orang lain. Sebab hal itu bisa menjadikan amalnya tidak ikhlas karena Allah.

Seorang yang istiqomah beramal bukan karena manusia, tetapi untuk mencari ridho Allah Ta'ala.

Keempat, tidak beramal karena hawa nafsu. Seseorang yang disetir oleh hawa nafsunya pasti akan terjerumus pada kemaksiatan dan dosa. Sebab hawa nafsu selalu  memerintahkan kepada keburukan.

Seorang yang istiqomah akan menahan diri agar tidak menuruti hawa nafsunya. Meski berat, dia selalu beramal sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya. 

Semoga kita senantiasa bisa  taat kepada Allah dan RasulNya, terus berada di jalur istiqomah sampai khusnul khotimah. Amin

Sukolilo, 17 Sya'ban 1441H/ 11 April 2020M.
*Ainul Haris*, semoga Allah mengampuninya dan kedua orang tuanya.
Referensi: Shalih bin Abdul Aziz al-Muhaimid *1000 Hikmah Ulama Salaf*, Pustaka Elba Surabaya.

Join Telegram Channel Ar-Raudhoh: https://t.me/fuadhbaraba79

Komentar

Postingan populer dari blog ini

mati karena sesuai dengan kebiasaannya

ILMU TERBAGI MENJADI DUA (ILMU DHARURI DAN ILMU NAZHARI)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA